INTERVIEW GO KILL

Interview bisa jadi nereka bagi pencari kerja dan bisa juga moment yang menyebalkan bagi pewawancara. Kemampuan menyesuaikan dibutuhkan oleh kedua pihak agar interview bisa berjalan menyenangkan.

INTERVIEW GO KILL

Hari itu ruang tunggu interview terlihat ramai oleh para kandidat yang dinyatakan lulus untuk test tahap berikutnya. Memang untuk diterima sebagai Calon Pegawai, setiap Kandidat harus melewati tahap yang berliku, mirip sepserti penerimaan Calon Karyawan Negeri sebelah. Beragam raut wajah tampak dari para kandidat tersebut. Ada yang menunjukkan raut wajah gelisah, raut wajah takut, grogi dan ada juga yang tampak tenang.

Dari semua kandidat yang menunggu untuk di Interview, Aku melihat ada satu sosok wajah yang terlihat berbeda. Pertama datang langsung berteriak selamat pagi, situasi ini membuat suasana jadi heboh dan sedikit mengurangi ketegangan. Ia langsung menuju tempat pendaftaran menyapa Panitia ujian dan ngobrol dengan Sekuriti Gedung.

Jujur, Aku tertarik dengan prilaku yang Ia tampakkan, terlihat easy going, ceria dan punya adaptabilitas tinggi. Wuah, keren (kataku dalam hati). Kalau sebahagian besar kandidat mengusir rasa tegang dengan sibuk bercengkerama dengan Smartphone masing-masing, tetapi Ezal (Aku mengetahui Namanya, ketika Ia memperkenalkan diri ke Sekuriti) asyik berkeliling menyapa orang-orang yang ada di ruang tunggu dan menggoda peserta lain yang terlihat nervous.

“Keep Calm Bro, rezeki ga’ kemana-mana” katanya menghibur seorang kandidat yang gelisah.

Tiba-tiba Panitia berteriak “Mohammad Rizal”.

Tanpa disangka-sangka majulah dua orang Kandidat sambil mengacungkan tangan menuju Panitia itu. Panitia sedikit grogi menghadapi dua kandidat tersebut dan mencoba mengklarifikasi data yang Ia miliki.

“Mas Mohammad Rizal, yang mana?” tanya Mba Panitia.

“Saya Muhammad Rizal, Mba’” Jawab salah satu kandidat yang memiliki pembawaan kalem.

“Kalau Saya Mohammad Rezal, Panggilannya Ezal” kata Ezal dengan PDnya.

“Ooooh OK, yang Mohammad Rizal, interview di ruang B dan Mohammad Ezal di ruang D” Jawab Mba Panitia.

“Maaf Mba, Nama Saya Mohammad Rezal and You can Call me EZAL” kata Ezal menggoda.

“Yaaaa pokoknya itulah, silahkan ke ruang D!” jawab Mba panitia sedikit ketus.

Ezal langsung berjalan menuju ruang yang dituju dengan rasa percaya diri yang poooolllll. Ia mengetuk pintu, setelah mendapat jawaban, Iapun masuk dan langsung duduk.

Ezal                      : Selamat Pagi Ibu.

Interviewer        : Selamat pagi. Gimana, udah siap interview.

Ezal                      : Siaaaap!!!!

Interviewer        : Enggak usah pake teriak, Kaget saya.

Ezal                      : Maaf Ibu, terlalu semangat.

Interviewer        : Coba ceritakan Apa alasan Kami bisa menerima Kamu.

Ezal                      : Ezal orang yang disiplin dan bisa memanfaatkan waktu.

Interviewer        : Sudah pernah bekerja?

Ezal                      : Sudah Bu.

 Interviewer       : Terus, Kok mau jadi Sales?.

Ezal                      : Yaaa, daripada nganggur Bu!

Interviewer        : Berarti Kamu orang yang suka pindah-pindah kerja ya?

Ezal                      : Ah enggak juga, Saya orangnya loyal kok Bu.

Interviewer        : OK, Kenapa Kamu bisa nganggur?

Ezal                      : Karena belum punya kerjaan yang lebih baik, Ibu.

Interviewer        : Teruss kenapa Kamu ga punya kerjaan?

Ezal                      : Saya punya kerjaan kok Bu!

Interviewer        : Kerjaanmu Apaaaaaaaa!

Ezal                      : Pengangguran Bu.

Interviewer        : Maksudmu Apaaaaaa!

Ezal                      : Maksud Sayaaaaaa, Jadi Sales itu lebih baik daripada Nganggur Ibuuuuuk!”

 

Tiba-tiba ruang interview jadi sunyi senyap.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.