PENULIS BUKU ITU PROFESI KERE.

PENULIS BUKU ITU PROFESI KERE.
Menulis buku itu memberi inspirasi pada pembacanya

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca ribut-ribut soal penulis buku yang protes karena bukunya dikenakan pajak sampai dua kali. Issue ini dimulai dengan keluhan penulis Tere Liye yang mempermasalahkan pajak yang tinggi untuk sebuah buku. Konon, dia sampai memutuskan kontrak dengan dua penerbit besar di Indonesia, yakni Gramedia Pustaka Utama dan Republika.

Nah, untuk semua teman-teman yang hendak menulis buku, saya akan menjelaskan secara rinci, kira-kira bagaimana perhitungan royalty untuk seorang penulis. Sampai hari ini, saya udah menerbitkan 12 buah buku. Artinya saya cukup kompeten untuk berbagi pengalaman bagi para pemula yang ingin menjadi penulis.

To be honest, penulis Indonesia gak bakalan jadi kaya dengan menulis buku. Kecuali kalo kalian mendapat keberuntugan seperti Raditya Dika dan penulis-penulis best seller lainnya. Boro-boro kaya, ngandelin mata pencaharian hanya dengan mengandalkan buku aja rasanya nyaris mustahil. Sahabat saya Noorca M Massardi pernah melakukan perhitungan kasar pendapatan rata-rata perbulan dari royalty penjualan buku.

"Udah gue itung, Bud. Kalo kita punya 20 buku yang sedang terpajang di toko buku, maka kita akan memperoleh sekitar Rp 1 juta rupiah perbulan," kata Noorca.

"Hah? Yang bener, Bro?" Saya terkesima bukan main.

"Sad but true! Tapi itulah kenyataannya, Bro," kata Noorca lagi.

Rp 1 juta perbulan dari 20 buku? JK Rowling cuma 7 buku kok bisa jadi orang terkaya di Inggris, ya? Tapi begitulah realita yang terjadi di negeri ini. Jadi persisnya, berapa. sih, penghasilan kita dari menulis buku? Okay, yuk, kita bahas.

Anggaplah kalian sekarang udah nerbitin satu buku dan udah beredar di pasaran. Dari buku itu, penulis akan mendapat royalty sebesar 10% dari tiap buku yang terjual. Toko buku memperoleh 40% dan sisanya buat penerbit dan distributor. Konon sekarang Toko buku Gramedia menetapkan marjin 55%, enatah betul atau tidak.

Sekarang mari kita berkalkulasi. Kalo buku kita dijual di toko dengan harga Rp 50 ribu, maka dari angka Rp 5000 itu akan dikenai pajak sebesar 15 persen. Jadi royalty yang penulis peroleh adalah 10% dari (Rp 5000 -- 15%) = Rp 42.500.

Nah, royalty yang kita terima adalah 10% dari Rp 42.500 sama dengan Rp Rp 4.250. Tapi sebelum uang itu sampai ke tangan kita, royalty sebesar Rp 4.250 itu dipotong pajak lagi sebesar 15%, sehingga yang kita terima adalah Rp 3.612,50. Jadi jika buku kita dijual di toko buku dengan harga Rp 50 ribu, maka dari setiap buku terjual, kita akan mendapat royalty sebesar Rp 3.600-an.

Seandainya buku tersebut laku sebanyak 1000 eksemplar, maka kita akan mendapat penghasilan sekitar Rp 3.600.000 rupiah. Karena itu berdoalah supaya buku kita laris seperti 'Laskar Pelangi' atau 'Jakarta under cover.' Kalo buku kita terjual sampe 1 juta eksemplar? Wah bisa kaya mendadak, dong! Rp3 Milyar angka yang luar biasa, loh? Untuk menambah income, kita juga bisa membeli buku kita sendiri dai penerbit. Umumnya penulis akan mendapat diskon sebesar 30% - 40%. Kemudian buku tersebut kita jual di social media dengan harga di toko. Kelebihan diskon itulah yang akan menambah penghasilan kita.  

Masalahnya, apa iya buku kita akan selaris itu? Wallahu alam. Perlu campur tangan Tuhan untuk mendapatkan keberhasilan seperti itu.

By the way, tulisan ini gak bermaksud membuat temen-temen patah semangat, loh. Maap banget kalo ada yang merasa begitu. Saya cuma mau ngasih realita yang ada. Secara finansial, jangan berharap terlalu banyak dari buku kita. Ada manfaat yang lebih mulia dari sekedar uang. Anggap aja sebagai sumbangsih kita terhadap bangsa ini yang kekurangan profesi penulis. Dari ratusan juta penduduk Indonesia berapa yang suka menulis buku? Gak sampe 150 ribu. Sumpe!

Menulis buku buat saya adalah untuk menebar kebaikan. Bukan mencari keuntungan. Kalo ternyata buku tersebut laris dan kita mendapatkan income yang banyak? Itu berarti Tuhan memberi ganjaran atas kebaikan yang kita tebarkan. Dan bukan hanya itu manfaat yang akan kita peroleh.

Selalu ada hadiah buat orang yang berkarya. Buku yang kita tulis ternyata bisa memberi keuntungan yang tak disangka-sangka. Misalnya, buku itu bisa menjadi marketing tool untuk personal branding kita. Saya sering banget diundang untuk mengajar atau menjadi pembicara di berbagai seminar dan workhop. Ketika saya tanya, kok bisa kepikiran ngundang saya? Jawabannya adalah mereka mengenal saya melalui buku-buku yang saya tulis.

Manfaat lain lagi adalah sebagai merchandise. Misalnya buku itu kita bagikan ketika kita bertemu dengan temen baru, calon klien atau bisa juga kita hadiahkan pada orang-orang terkenal misalnya pada Jokowi kalo berkesempatan bertemu dengannya.

Di samping itu, melalui buku, anak cucu kita juga akan merasa mengenal kita. Dengan menulis buku, otak kita akan selalu terasah. Menjadi penulis membuat kita selalu update dengan segala hal. Dengan berkarya bagi bangsa, tentunya akan banyak pahalanya karena kita mau berbagi pengetahuan dengan orang lain.

Kata orang bijak, orang yang baik adalah orang yang memiliki manfaat bagi orang lainnya.

Selamat menulis buku.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.