Pengaruh Gaptek Digital Immigrant (Orang Tua) Terhadap Penyebaran Informasi Hoax Saat Masa Pandemi Covid-19

Pengaruh Gaptek Digital Immigrant (Orang Tua)  Terhadap Penyebaran Informasi Hoax Saat Masa Pandemi Covid-19
Sumber: pixabay.com

 

 

Manusia di seluruh penjuru di dunia sedang mengalami musibah pandemi yang mengakibatkan aktivitas manusia terganggu. Saat ini kita tidak bisa bertemu secara seutuhnya atau normal. Saat ini kita tidak bisa berbuat apapun terhadap musibah yang kita alami. Semua ini sudah menjadi takdir yang mengakibatkan semua aktivitas kita terganggu.

Pandemi yang sudah menyebar ke seluruh dunia adalah menyebarnya virus covid-19 atau secara medis bernama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat menyerang  sistem pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan seperti pneumonia akut hingga mengakibatkan meninggal dunia.

Dilansir melalui Who.int (pernyataan keilmuan, 09 juli 2020) menyatakan bahwa Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dapat menyebar melalui droplet atau air liur dari kontak fisik seseorang yang terkena virus corona. Kabar baiknya virus ini dapat mati di suhu yang panas namun, virus ini pun dapat bertahan di udara dengan suhu dingin sehingga mengakibatkan dapat bertahan diudara sehingga siapapun yang berada di dekat orang yang terkena virus maka akan tertular.

Menurut KBBI gaptek adalah gagap teknologi yaitu sulit menggunakan teknologi sehingga saat mendapatkan informasi akan sulit saat mengetahui mana yang benar dan tidak. Gagap teknologi ini terjadi di kalangan digital immigrant yaitu orang-orang yang lahir sebelum perkembangan teknologi yaitu orang yang lahir 1980 ke atas. Akibat dari dari gagap teknologi tersebut banyak dari mereka yang tidak mengetahui mana yang benar dan salah sehingga paparan hoax sulit dikendalikan.

Orang tua (digital Immigrant) memiliki kekurangan terhadap Teknologi yang ada dikarenakan mereka tidak tumbuh besar saat masa internet sehingga mereka ketinggalan zaman dan sulit untuk mengetahui segala sesuatu hal contohnya adalah sebuah berita yang sesuai fakta. Banyak dari mereka yang sulit membedakan antara berita yang fakta dan tidak sehingga ini dapat berdampak buruk bagi negara karena dapat membuat propaganda yang beredar di masyarakat. Dilansir melalui Kominfo.go.id Propaganda yang dihasilkan dari hoax tidak jauh berbeda dengan propaganda yang dilakukan nazi sehingga masyarakatnya tidak mengetahui dimana letak kebenaran dan keburukan.

Jika hal tersebut terjadi maka kesatuan negara Republik Indonesia akan terancam. Banyak dari masyarakat yang akan tertipu akan hoax dan mengakibatkan tidak stabilnya negara sehingga mengakibatkan kerusuhan dan lain-lain. Bukti nyata yang terjadi adalah peristiwa di wamena pada tahun 2019. Dilansir melalui Kompas.com kerusuhan yang terjadi pada 23 September 2019 diakibatkan oleh rasisnya seorang guru terhadap murid sehingga terciptanya solidaritas massa wamena terhadap kasus rasisme tersebut yang kenyataannya itu hanyalah sebuah hoax setelah konfirmasi dari guru tersebut. Dilansir melalui Tirto.id kejadian hoax tersebut mengakibatkan Ratusan tumah, Belasan ruko, dan puluhan kantor hangus terbakar selain itu terdapat korban jiwa berkisar puluhan dan belasan luka-luka serta ratusan ribu warga pendatang dan warga Papua mengungsi dengan ketakutan. Tragedi kelam tersebut menjelaskan kepada kita bahwa hoax sangat berbahaya terhadap kedamaian di Indonesia.

Digital Immigrant saat ini memiliki kekuasaan atau sedang ‘Menjabat’ di berbagai sektor terlebih sebagai orang tua dari anak-anaknya. Selain itu, teman, kerabat atau saudara yang memang berinteraksi kurang lebih sama generasi Dengan adanya pandemi maka mereka berinteraksi secara online dan meningkatkan resiko terjadinya penyebaran hoax. Dilansir melalui tirto.id pada tahun 2016 riset University Newyork dan Pricenton University tehadap perliaku pengguna Faecbook periode sebelum atau sesudah Pilpres AS menjelaskan bahwa penyebar hoax >65 tahun sebesar 11% sedangkan anak muda dengan rentan 18-29 tahun sebesar 3%. Dilansir melalui liputan6.com data Kominfo per tanggal 5 September 2020 menjelaskan bahwa terdapat 1.016 berita hoax yang beredar di masyarakat.

Dilansir melalui kominfo.go.id pengguna internet di Indonesia berjumlah 63 juta orang dan 95 persennya menggunakannya untuk jejaring sosial media. Hal itu mensimpulkan bahwa media sosial menjadi salah satu media penunjang untuk terpenuhinya kebutuhan informasi yang diperlukan oleh manusia. Maka dari itu dengan manusia di rumah atau membatasi diri dari kerumunan atau bertemu secara fisik maka kebutuhan informasi akan meningkat dibandingkan sebelum masa pandemi.

Kekuatan yang dimiliki digital Immirant berbahaya  bahkan lebih parah saat masa pandemi COVID-19 Jika mereka masih terpapar bahkan menyebarkannya di media sosial. Selain berbahaya bagi orang lain bahkan berbahaya bagi dirinnya karena dapat terkena Pasal 28 ayat (1) dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar. Hal ini dapat merugikan mereka sendiri dan orang terdekat mereka. Bisa deibayangkan dia akan sulit bertemu dengan keluarganya bahkan dapat menjadi kesuilitan ekonomi karena tidak bisa melakukan pekerjaan mereka.

Oleh karena itu kita sebagai anak muda (digital native) yaitu orang yang lahir saat masa perkembangan teknologi untuk mengedukasi para digital immigrant agar kita dapat mengurangi penyebaran hoax yang sangat berbahaya bagi kehidupan. Berikut 3 tips untuk mengedukasi Digital immigrant:

  1. Edukasi Diri Sendiri

Sebelum kita mengedukasi orang lain maka edukasi diri kita sendiri karena dengan melakukan hal tersebut kita sudah mengetahui musuh nyata kita dan sarana dan prasarananya. Ketika kita mengetahui hal tersebut maka kita dapat mengedukasi orang lain dengan mudah dan tepat serta kitqa sendiri terhindar dari informasi.

  1. Pola Konsumsi Media Sosial

Ketahuilah pola konsumsi yang dilakukan oleh orang tua kita seperti berapa lama mereka memainkan sosial medianya dan platform yang digunakannya. Hal tersebut sangat penting karena dengan mengetahuinya kita dapat mengetahui sumber permasalahan yang ada yaitu kredibilitas dari penyebar informasi tersebut baik dari individu, media, dan lain-lain.

  1. Komunikasi

Komunikasi adalah kunci utama dalam hal mengedukasi orang tua kita. Ketika strategi komunikasi kita terhadap mereka tidak sesuai maka akan gagal informasi yang kita berikan. Maka hal yang harus kita perhatikan adalah sifat atau karaakter orang tua tersebut karena dengan mengetahuinya maka kita akan mudah dalam memberikan informasi yang tepat. Selain itu kita harus mengedukasi dengan waktu yang tepat. Terkadang ketika kita memberitahukan sesuatu kepadanya dengan waktu yang tidak tepat maka akan menyebabkan penolakan informasi. Hal selanjutnya yang penting adalah komunikasi non-verbal kita. Banyak orang tua yang merasa dirinya benar, mengetahui segalanya bahkan menjelaskan bahwa “Lahir duluan” dibanding kita. Maka yang harus kita perhatikan adalah nada bicara kita, lalu gestur yang kita berikan serta diksi yang kita pilih saat mengedukasi orang tua.selain itu kita harus memberikan informasi yang jelas seperti berikan kalimat penjelasan contohnya adalah “Menurut kepolisian penyebar hoax dapat di penjara” hal tersebut akan lebih meyakinkan mereka serta memberikan efek yang akan membuat informasi yang kita buat diterima.

Pandemi korona saat ini sedang kita alami dan kita tidak tahu kapan akan berakhir. Selain menjaga kesehatan fisik kita harus menjaga psikologis kita agar dapat memberikan ketenangan dan meningkatkan imun kita agar terhindar dari virus COVID-19. Maka dari itu kita harus waspada terhadap berita hoax dan kita putus rantai penyebaran informasi tersebut. Dengan hal tersebut maka kita dapat menciptakan kedamaian dan ketenangan di negara Indonesia.

Semua hal yang terjadi akibat hoax dapat diputus hanya dengan solusi yang mungkin kita remehkan saat ini yaitu komunikasi. Pada poin diatas komunikasi adalah hal yang sangat penting karena sebagai faktor utama dalam mengedukasi digital immigrant agar tidak terjadi hal yang sangat berbahaya dari hoax sehingga kita sebagai manusia dapat melewati pandemi korona dengan gagah berani dan berfikiran jernih.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/transmisi-sars-cov-2---implikasi-untuk-terhadap-kewaspadaan-pencegahan-infeksi---pernyataan-keilmuan.pdf?sfvrsn=1534d7df_4#:~:text=Bukti%20saat%20ini%20mengindikasikan%20bahwa%20SARS%2D%20CoV%2D2%20ditransmisikan%20dari,bahwa%20transmisi%20COVID%2D19%20terjadi  (diakses pada 09 Januari 2021 pada pukul 09:00 WIB)

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker (diakses pada 09 Januari 2021 pada pukul 09:15 WIB)

https://kominfo.go.id/content/detail/8716/bahaya-hoax-bisa-berujung-pada-pembunuhan-karakter/0/sorotan_media (diakses pada 09 Januari 2021 pada pukul 09:45 WIB)

Putri G. S. 2019. Kerusuhan Wamena, Kenapa Kemarahan karena Hoaks Bisa Sangat Merusak?
https://sains.kompas.com/read/2019/09/24/170300323/kerusuhan-wamena-kenapa-kemarahan-karena-hoaks-bisa-sangat-merusak-?page=all (diakses pada 10 Januari 2021 pada pukul 12:00 WIB)

https://tirto.id/kerusuhan-wamena-papua-23-september-2019-ekhD (diakses pada 10 Januari 2021 pada pukul 12:30 WIB)

Hasan A. M. 2019. Masalah Orangtua: Gemar Membagi Hoaks di Medsos dan WhatsApphttps://tirto.id/masalah-orangtua-gemar-membagi-hoaks-di-medsos-dan-whatsapp-decZ (diakses pada 10 Januari 2021 pada pukul 13:00 WIB)

 Nuralam. Cakrayuri. 2020. Data Kominfo: Berita Hoaks soal Virus Corona Berjumlah 1.016 https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4360418/data-kominfo-berita-hoaks-soal-virus-corona-berjumlah-1016 (diakses pada 10 Januari 2021 pada pukul 13:05 WIB)

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.