Hubungan Emosional antara Kata dan Penulisnya

Hubungan Emosional antara Kata dan Penulisnya

Semua manusia ditakdirkan untuk berkarya. Dan itu yang membedakan kita dengan makhluk lain seperti pohon atau binatang yang tidak pernah berkarya. Manusia tanpa karya, dia mati hari ini, orang sudah melupakannya esok hari. Manusia dengan karya, dia akan hidup selamanya. Spiritnya akan terus hidup melalui karya yang ditinggalkannya.

Pernahkah kalian kepikiran bahwa satu-satunya bakat yang diwariskan oleh Tuhan dan tidak diwariskan oleh makhluk lainnya adalah berkarya. Dan Tuhan itu maha pengasih dan penyayang. Dia tidak hanya menyuruh tapi juga membekali kita pancaindra dan otak untuk berkarya.

Pancaindra adalah radar untuk mendeteksi data. Segala sesuatu yang ada di sekitar akan dipindai oleh Pancaindra kita. Saat terbangun di pagi hari kita mendengar suara weker berbunyi. Kita membuka mata dan melihat istri masih terlelap. Kita bangunkan istri kita sambil menepuk-nepuk lengannya yang halus, Tidak lama kemudian, kita sarapan berdua dengan hidangan singkong gereng panas ditemani secangkir kopi hitam tanpa gula yang aromanya harum. Di sini dapat dilihat bahwa begitu terbangun, pancaindra kita langsung bekerja.

Setelah itu bangun pagi, kita akan menjalani hari dengan berbagai macam setting, baik itu di jalan di busway atau di kantor. Semua yang kita lalui selalu akan dipindai oleh pancaindra kita. Akan ada banyak sekali data yang tertangkap di dalam sebuah hari. Artinya ada banyak sekali data yang terdeteksi oleh pancaindra kita.

Seorang penulis biasanya adalah seorang tipe thinker. Itu sebabnya semua yang tertangkap oleh pancaindra langsung dikirim ke otak. Dari sekian banyak data yang terkirim, ada beberapa di antaranya yang sangat inspiratif sehingga menggugah emosi kita. Terutama kata yang mempunyai hubungan emosional yang erat dengan individu. Perlu dipahami bahwa sebuah kata mempunyai kadar hubungan emosional yang berbeda-beda dengan setiap individu. Ada yang hubungannya erat dan ada yang sebaliknya.

Misalnya kata ‘Kecoa’. Banyak temen saya yang geli dan takut sama kecoa. Setiap kali ngeliat kecoa, dia bisa ngibrit atau naik ke atas meja saking ngerinya. Dari ilustrasi ini bisa disimpulkan bahwa dia punya hubungan kuat dengan kata kecoa. Sehingga dari kata kecoa ini dia bisa menulis panjang banget. Dia bisa menceritakan ketakutannya itu. Kenapa awalnya dia takut

‘Kanker’. Kata itu mempunyai hubungan emosional yang sangat erat dengan saya. Akibatnya kalo saya disuruh menulis berdasarkan sebuah kata “Kanker’ bisa jadi saya mampu menulis hingga beratus-ratus halaman. Saya pernah menemani ayah saya dirawat di RS karena mengidap kanker hati. Waktu itu saya adalah satu-satunya anak yang belum menikah. Itu sebabnya sayalah yang paling lama menemani ayah saya di rumah sakit sampai akhirnya menutup mata.

Sebuah kata yang mempunyai hubungan emosional erat itulah yang paling berpotensi untuk dituliskan. Kenapa demikian? Karena tulisan yang bagus adalah yang menggugah emosi. Jadi peristiwa emosional otomatis akan menjadi bagus pula ketika dituliskan.

Agak sulit buat saya untuk menjelaskan hal ini karena kompleksitasnya cukup tinggi. Diperlukan latihan-latihan yang akan memudahkan kita untuk memahaminya. Bila kalian ingin menggali hal ini lebih dalam, silakan klik https://asepherna.com/workshop-tepi-kali/

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.