GORONTALO, BOTUBARANI: Mimpi Diving Bersama Pujaan Hati
Keheningan bawah laut adalah tempat yang membuat saya begitu terbius setelah banyaknya kesibukan dan suara hiruk pikuk di daratan.
Perasaan yang begitu indah dan damai datang menghinggap ketika hiu paus itu berenang begitu dekat dengan tubuh ini. Rasa kagum atas tubuhnya yang begitu panjang hampir lima kali tubuh saya sendiri. Tubuhnya berwarna abu- abu bagai dicat totol dan garis putih satu persatu oleh Sang Penciptanya. Bagian perutnya berwarna putih seputih salju. Dua matanya kecil hangat penuh keluguan bagai hewan kesayangan yang sedang mengajak bermain, serta mulutnya yang lebar terlihat senyum menyapa dengan gembira.
Pagi itu saya terbangun dari mimpi, berenang di lautan biru bersama seekor ikan raksasa yang begitu menawan hati dan jiwa.
Di suatu siang yang panas cetar membara, pertengahan bulan lalu tiba- tiba mata saya tertuju kepada pesan WA di HP dari Bli Agus,
“Mba,masih mau ikutan diving ke Gorontalo?”
Belum sempat membalas WA dari Bli, otak saya mulai menampilkan gambaran air jernih di atas butiran pasir coklat, hamparan biru laut warna toska, angin segar yang seakan mengelus muka dan pertemuan mendebarkan dengan segala penghuni Kerajaan Bawah Laut Indonesia.
Ibarat anak kecil ketika ditanya, “Mau gak ikutan ke taman rekreasi?”, saya pun dengan semangat '45 menggerakkan jari di hp, “Mauuu Bli.”
“Loh, Bli bukannya kemarin tripnya udah full 10 orang yang ikutan?”
Dan pembicaraan di hp bergayung sambut mengenai itinerary, teman yang rencana bergabung ikut, biaya dan jenis penerbangan yang sudah dibeli jauh-jauh hari sebelumnya. Pada akhirnya jari saya menutup percakapan dengan penuh optimistis walau terbersit sedikit keraguan.
“Ok Bli, aku bicarain dulu sama Bang Anton, soalnya baru inget asisten lagi pada pulkam.”
Ketika alam semesta mendukung dan suami memberi lampu hijau, rencana olahraga menyelam menjadi mulus dan tak terbendung. Sekali dayung dua pulau terlampaui, tak disangka tak diduga adik saya yang lebih lama bergelut di dunia olahraga air ini menyatakan kesanggupannya untuk ikut trip ini. Walau dia berdomisili di Jakarta dan saya di Balikpapan kita berencana untuk bertemu dalam pesawat di Makassar dan selanjutnya menggunakan pesawat yang sama untuk menuju Gorontalo.
Olahraga diving ini sebenarnya olahraga air yang baru saya pelajari 2 tahun terakhir ini, itu pun karena kesempatan dari kantor suami yang salah satu kegiatannya membuka kesempatan kepada karyawan dan karyawati beserta keluarganya untuk belajar olahraga menyelam ini. Namanya keren, Club Blubblub PHM. Bagi yang pengen belajar diving bisa membuka website ini: www.diveraid.com.
Desa Botubarani di Gorontalo, merupakan salah satu destinasi wisata air surgawi di Indonesia. Selain suburnya terumbu karang dan biota laut yang tak terhitung, di tempat inilah Hiu Paus atau hewan yang mempunyai nama latin Rhincodon Typus sering bermunculan.
Menurut cerita warga setempat, hadirnya pabrik udang menyebabkan limbah udang banyak dibuang ke laut. Limbah udang yang berupa kepala dan kulit udang ini menarik hiu paus untuk berdatangan, begitu juga dengan suburnya plankton yang ada di pesisir laut ini. Walau tempat ini sempat menjadi pro dan kontra baik pemerhati lingkungan dan ikan serta masyarakat setempat, kehadiran hiu paus menjadi salah satu daya tarik wisata yang patut disyukuri.
Namun kedatangan whale shark Indonesia ke daerah ini tidak bisa diprediksi. Tidak ada yang dapat memastikan bulan apa saja dia berenang di kawasan ini. Ada teman menceritakan kekecewaannya saat diving di sana tidak bertepatan dengan waktu migrasi hiu paus. Ada juga cerita kakak ipar bersama tim baksos RS ke sana selama 2 tahun berturut- turut dan tidak berjodoh dengan makhluk air raksasa ini.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Dari awal keberangkatan saya sudah pasrah dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak kecewa jika hiu paus tidak ada selama kami menyelam di daerah itu. Walau di hati tak putus saya panjatkan doa kepada Tuhan untuk diberi kesempatan bertemu salah satu penghuni lautan dengan ukuran terbesar di dunia ini.
Pucuk dicinta ulam tiba, kami mendapat kabar satu hiu paus muncul di tempat tes diving pertama kami. Bak mau ketemu bintang idola, detak jantung saya berdetak dengan keras, pikiran pun melayang-layang karena tidak sabar untuk bertemu pujaan hati yang selama ini hanya saya temukan dalam mimpi.
Kami terutama kaum perempuan… hehehehe… tidak berhenti untuk berteriak bak anak kecil yang kegirangan sambil menyapa seekor hius paus muda yang mendekati kapal kami. Paus ini pasti mengira kami membawa makanan untuknya, hihihihi.
Setelah akhirnya menggunakan peralatan menyelam lengkap bak mau berperang, “Byuuuurrr… tungggg!” bunyi saya, tabung dan guide operator seakan berpadu untuk menyelam. Beberapa menit kemudian dunia di bawah laut terasa berhenti. Rasa tidak percaya sekaligus terpesona akan ciptaan Tuhan yang luar biasa megah semakin kuat mencekam. Nelayan yang duduk manis dari kapal kayunya sedang memberikan makanan kepada hiu paus ini. Dengan posisi tegak lurus, mulut paus dapat dengan nyaman menganga dan menyedot kepala serta kulit udang dengan begitu lahapnya. Tampaknya kehadiran saya dan teman- teman sama sekali tidak mengganggunya.
Di luar dugaan, saya yang begitu memimpikan bertemu hewan ini tetap tidak bisa menutupi ketakutan sebagai manusia biasa. Ketika tangan ditarik oleh guide untuk mendekatinya, tetap saya menolak dan mencoba menjaga jarak. Sepintas terlintas ketakutan jika secara tidak sengaja tersedot mulutnya atau tidak sengaja tertampar oleh buntutnya. Seketika hati nurani turut mengingatkan hewan bawah laut perlu dilindungi dan salah satu caranya adalah dengan tidak menyentuhnya.
Karena keberuntungan yang berpihak pada kami di hari pertama, pada hari kedua itu kami kembali ke tempat penampakan hiu paus. Kami datang pagi ketika matahari masih terang menyinari hamparan laut biru. Kali ini bukan hanya satu namun lima hius paus bermunculan dan berenang kian kemari di daerah yang sama.
Pagi itu tim diving kami memutuskan untuk snorkeling saja sambil menikmati kehadiran makhluk- mahkluk yang tidak selalu ada itu. Diving akan dilakukan di titik penyelaman berikutnya. Karena tidak sengaja bertubrukan dengan seorang wanita berambut pirang, saya tersadar bukan kami saja yang sedang mengecap kebahagiaan di pesisir pantai desa Botubarani ini.
Hiu paus yang paling besar memilih untuk berada di dekat kapal kami, hiu yang berukuran panjang kurang lebih 7 meter dan lebar 1 meter lebih seakan siap memukau siapa saja yang menatapnya. Ketika saya sedang mengamati kecantikan satu hiu paus raksasa, tiba-tiba saya dikejutkan dengan kehadiran hius paus lainnya yang lewat tepat di samping saya. Dalam hitungan detik datang lagi berenang di samping adik dan teman saya. Ketika mencoba mengarahkan pandangan ke bawah, dua hius paus seakan sedang menari di bawah saya.
Rasanya dalam setiap lirikan mata dan pergerakan tubuh saya harus bersiap untuk menanti datangnya hiu paus yang menawan sekaligus mengagetkan diri. Oh Tuhan, jika ini memang sebuah mimpi, tolong jangan bangunkan saya dari mimpi menakjubkan ini.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.