Content Spreader Specialist

Saat itu saya lagi ngajar di sebuah production house. Materi yang saya bawakan adalah penggalian ide untuk konten-konten social media. Kelas itu saya bagi menjadi 4 group yang masing-masing terdiri atas 3 orang. Setiap group saya kasih kasus tersendiri lalu membiarkan mereka brainstorming untuk menyelesaikan kasusnya.
Pesertanya gak banyak, cuma sekitar 12 orang. Semuanya berusia di bawah 30 tahun. Bahkan ada satu orang yang wajahnya muda banget dan keliatannya memang masih anak-anak. Saya baca papan nama di dadanya, di sana tertulis 'FUAD."
"Fuad, kamu umurnya berapa?" tanya saya.
"17 tahun, Om Bud," sahutnya tersenyum.
"17 tahun? Baru lulus SMA dong?"
"Iya, Om. Baru aja lulus."
"Kok udah kerja? Emang gak pengen kuliah?" tanya saya penasaran.
"Pengen sih, Om. Tapi perusahaan ini nelpon saya ngajak kerja. Saya terima aja, soalnya gajinya lumayan, Om."
"Oh gitu. Jabatan kamu sebagai apa?"
"Content spreader Specialist, Om."
"Wah? Jabatan apa itu? Kok saya baru denger?"
"Ya gitu deh, Om. Posting-posting di social media. Kadang kontennya juga saya yang harus bikin makanya saya disuruh ikut workshop ini."
“Oh, gitu. Okay, silakan dilanjutkan tugasnya.”
Sementara mereka bekerja, saya keluar dari kelas dan menuju kolam renang yang terdapat di belakang kantor buat merokok. Di sana saya ngeliat presdir PH tersebut dan dia mengajak saya duduk untuk ngerokok bersama. Kesempatan itu saya manfaatkan untuk bertanya soal Fuad padanya, Sang Presdir itu temen lama saya, namanya Liam..
"Lo ngerekrut anak lulusan SMA buat apa, Liam? Dia bisanya apa?"
"Oh, Fuad maksud lo? Dia mah gak bisa apa-apa. Makanya gue suruh ikut workshop lo," jawab Liam.
"Kalo gak bisa apa-apa, ngapain lo ngerekrut dia?"
"Satu-satunya alasan adalah dia TikToker dan subcribernya udah banyak."
"Oh ya? Jadi lo gak peduli dia gak punya skill? Yang penting subscribernya banyak?" tanya saya takjub banget.
"Iya. Subscribernya udah ratusan ribu. Jadi dia kerjanya cuma posting-posting aja. Kontennya yang bikin orang lain."
"Fuad bilang dia bikin konten juga?" tukas saya.
"Kadang-kadang. Biasanya dia gue kasih kerjaan bikin konten untuk klien-klien kecil dan maunya serba murah."
"Bagus gak konten yang dia bikin?" tanya saya pengen tau.
"Ya gitu, deh. Karya receh-receh anak jaman sekarang."
"Karya receh itu yang kayak gimana, Liam?"
"Om Bud liat aja konten-konten di TikTok. Nah, karyanya Fuad persis kayak gitu."
"Oooooo...." saya mulai ngerti omongannya Liam.
"Tapi Om Bud percaya gak? Ternyata karyanya Fuad jauh lebih viral daripada konten yang dibuat seniornya."
"Iya gue ngerti. Euforia digital memang baru sampai segitu levelnya. Ntar lama-lama akan makin selektif kok."
"Jadi Om bud sekarang ngerti kan kenapa gue nge-hire orang kayak Fuad? Hehehehe...."
"Ngerti banget. Udah lo bayar murah, bisa viral pula. Iya kan?" tanya saya.
"Hahahahahaha....TOSS?" kata Liam sambil menyodorkan tangannya mengajak toss.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.