Harapan Seorang Apatis

HARAPAN SEORANG APATIS
Entah kenapa, sejak kapan dan entah bagaimana hal sepele menjadi hal yang mudah mematahkan hatiku. Yah, kenalin aku Dila seorang perempuan ambivert yang selalu diprasangka sebagai pribadi yang pendiam dan apatis. Dulu, saat usiaku masih remaja awal banyak hal indah dalam pertemanan yang kudapatkan. Sahabat yang seperti saudara kandung, teman yang sefrekuensi dan lingkungan yang ramah untuk berbaur antar sesama. Hal indah ini tak berlangsung lama karena sebuah pengkhianatan sahabat yang sangat ku sayangi layaknya adik sendiri menjadikanku sebagai monster dalam setiap ceritanya kepada lingkungan pertemanan kami. Alhasil bisa ditebak saja, yaps aku menjadi sosok yang harus dijauhi hanya karena cerita sahabatku itu. Tahukah kalian, kenapa lingkungan pertemananku itu mempercayai cerita dia? Kalau jawaban kalian salah satunya adalah karena dia orang kaya, cantik, terkenal seantero sekolah maka itu benar sekali. Yah tidak ada yang menolak bukan kalau "penguasa" sudah bertitah untuk mengeksekusi "pendosa" meski belum tentu bersalah.
Pengalaman persahabatan yang mengerikan untuk diingat dan diulang kembali hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya dan tidak akan mau berbalik karena trauma. Hasil trauma ini membuatku berubah menjadi sosok yang apatis dan tidak mau serta merta menunjukkan wajah ceria ku kepada siapa saja yang kutemui atau seperti yang dulu kulakukan hingga berujung pengkhianatan. Memasuki masa remaja tengah, akhirnya sifat apatisku sedikit membuahkan hasil dengan aku diterima di lingkungan pergaulanku hingga di hargai sebagai sosok yang menjadi panutan. Meski apatis yang kusebut itu maknanya bukan seperti tidak peduli pada lingkungan sama sekali melainkan mencoba untuk menahan diri dari bersikap terbuka kepada siapa saja. Pada masa ini aku juga menemukan diriku seperti apa dan bagaimana. Lingkungan pertemanan yang banyak atau bergeng tidak cocok untukku apalagi pengalaman menyedihkan yang dulu pernah ku alami membuatku tersisihkan dari lingkungan pergengan yang tidak sejalan dengan prinsipku. Awalnya tersisihkan karena aku jarang menghadiri waktu kumpul bareng yang sekedar healing and hunting semata. Hingga berujung aku ditinggalkan oleh gengku yang merasa aku tidak cukup penting menjadi bagian dari mereka. Yah ditinggalkan secara perlahan namun pasti, mulai dari kegiatan kumpul dan jalan-jalan yang selalu tanpaku, kejutan ulang tahun antar sesama teman dalam geng yang tidak dikabari hingga ulang tahunku sendiri no celebrate anything dari mereka. Mau marah tapi mungkin aku harus banyak introspeksi diri, ingin bertanya kesalahan ku apa malah khawatir menyinggung mereka, haduh dasar aku si manusia penerka dan apatis. Tapi dibalik aku ditinggalkan gengku, aku justru bertemu dengan sahabat sejatiku yang hingga saat ini selalu ada untukku. Walau hanya 1 orang tapi menurutku lebih berkesan dan saling memahami satu sama lainnya itu lebih ku prioritaskan.
Berlanjut ke tahap remaja akhir, karena pada masa remaja pertengahan aku mendapatkan respon dan feedback yang nano-nano (baik dan buruk) menjadikanku berkembang menjadi sosok yang no apatis dengan ekspektasi mungkin dilingkungan yang baru aku bakal dapat lingkungan yang aware dan setujuan denganku. Aku menyelami pergaulan remaja akhir ini ke semua circle pertemanan hingga aku menemukan circle yang cocok. Awalnya kami begitu kompak menjadi tim yang bisa saling bantu untuk hal positif tapi semakin hari aku mendapati titik yang tidak cocok denganku. Haha, mungkin beberapa dari kalian menyangka bahwa aku pemilih banget dalam bergaul hingga bisa merubah yang cocok jadi tidak cocok. Eh tunggu dulu, untuk kasus ini aku masih ambigu alasan kenapa aku menyimpulkan ada titik ketidakcocokan, alasan itu karena beberapa orang dari circleku menjauhiku tanpa alasan yang bisa ku introspeksi. Dengan penuh keyakinan tidak bisa ku prediksi, tapi alhasil karena aku bukan lagi anak yang apatis level kakap membuatku bersalah setiap kali aku di circle ini selalu di kucilkan dan bahkan tidak dianggap. Perubahan circleku yang menolakku secara halus tentu mengguncang hatiku yang begitu peka ini untuk mundur pelan-pelan tapi tidak sepenuhnya karena aku masih berharap untuk mempertahanin circle ini. Hingga puncak dari kesabaranku adalah disaat aku berulang tahun tidak ada satupun dari circleku ini yang minimal mengucapkan HBD aja tidak ada, haha mau ketawa tapi miris. Dulu saat aku masih akrab dengan circle ku dan selalu berusaha untuk saling memberikan support dan meluangkan waktu untuk merayakan ulang tahun mereka dengan kejutan tak terduga supaya nantinya aku bisa mendapatkan hal yang sama, tapi sayang ternyata ekspektasiku terlalu berlebihan untuk circle pertemanan ini. Aku yang terluka dengan ekspektasiku sendiri ini juga salah banget karena berharap pada manusia. Tidak semua orang punya keinginan berteman secara tulus dan setia apalagi pada mereka orang-orang yang tidak seprinsip. Apakah aku sudahi saja rasa peduliku untuk mereka yang ngakunya "teman geng teranjay"? Aku sudah lelah menghadapi kecuekan mereka dan sifat dingin mereka setiap kali aku berusaha untuk masuk ke pembicaraan mereka. Akankah terulang kembali masa kelam yang dulu? Meski berbeda versi tapi keduanya sama-sama bersifat menjauhi. Apakah aku seorang yang toxic banget hingga harus menerima lingkaran pertemanan seperti ini lagi? Kalau benar aku toxic, maka aku akan legowo untuk mundur dari circle ini tanpa menyalahkan siapapun. Maybe aku harus menjaga jarak kali ya atau mundur pelan-pelan dari kedekatan pertemanan ini supaya aku tidak terlalu peka kalau di kucilkan dan berujung menyalahkan diriku sendiri lagi. Jika rasa tulus dan setiaku dalam pertemanan lingkup besar tidak dihargai, aku akan mulai apatis lagi. Salam buat kalian, semoga sehat selalu dan bahagia. Aku tidak akan berharap apa-apa lagi pada kalian dan kalian juga tidak perlu memikirkan aku lagi supaya kalian bisa tetap menjadi manusia dan aku tetap menjadi diriku seutuhnya. Terimakasih.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.