Biru

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu… (Petikan dari lagu ‘Sore Tugu Pancoran’ oleh Iwan Fals)

Biru
"Kira-kira, dia hidup di jalan tanpa makan yang benar selama dua minggu," kata drh. Bimo kepadaku.
 
Duh. Padahal, umurnya diperkirakan baru enam minggu saja—diketahui dari gigi-geliginya yang sudah sempurna. Sekecil itu sudah harus sendiri di dunia, padahal belum bisa makan makanan padat. Entah ke mana induknya, satu-satunya sumber makanannya. Berarti, dia sudah kehilangan induknya dan hidup sendiri selama itu juga.
 
Dari mana sang dokter memperkirakan waktu dua minggu itu? Dari badannya yang kurus sangat. Beratnya hanya 200 gram, dari yang seharusnya 300 gram untuk usianya. Untung, nafsu makannya bagus. Harapannya baik.
 
"Jadi sehat ya kamu," kata drh. Bimo lagi, kali ini pada Biru.
 
Biru adalah nama anak kecil itu. Jenis kaliko-nyaris-torti, tiga warna: hitam, kuning, putih.
 
Aku menemukannya pada Selasa, 19 Oktober 2021, pagi hari. Di tengah jalan ia melintas terseok-seok, terhuyung-huyung. Kuminta gojekku berhenti, semula maksudnya untuk menyingkirkannya ke pinggir jalan. Tapi, saat tanganku merengkuhnya, aku tahu dia kucing terlantar sendirian. Tubuh mungilnya hanya berupa tulang terbalut kulit.
 
Saat itu, aku dalam perjalanan ke tempat kerja. Tak ada pilihan yang lebih baik, kubawa juga dia ke sana. Di tempat itu kebetulan ada kucing-kucing juga. Biru nyaman saja di sana, demikian pula dengan kucing-kucing lainnya atas kehadirannya. Kecuali satu, induk kucing yang anak-anaknya padahal santai saja terhadap si Biru. Biru kena gaplok si emak beberapa kali...
 
Nama Biru kuambil dari nuansa warna di rumah temanku, Lulu Ratna. Untuk hari itu, sudah kadung janji untuk mampir ke rumah Lulu sehabis kerja. Jadi, kutenteng juga anak kecil itu ke sana.
 
Seharian di tempatku kerja, Biru tidak makan apa-apa. Hanya minum air. Sebab, di sana yang ada hanya makanan kucing yang kering, dan Biru belum bisa makan itu. Baru di rumah Lulu dia dapat susu. Setelah tiba di rumah sendiri, dia mau makan makanan kucing basah yang kusodorkan. Meski sedikit.
 
Sebagian dari perjalanan pulang dari rumah Lulu, kami tempuh dengan commuter line alias KRL. Psssttt..., jangan bilang-bilang ya, karena sebenarnya terlarang untuk bawa hewan peliharaan ke commuter line hikz...
 
Keesokkan harinya, aku masih ada jadwal kerja di tempat yang sama. Biru aku bawa lagi, karena takkan terurus bila ditinggal di rumah. Kan tak ada orang... Jadilah hari itu bring your pet to work day, lagi, buatku. Sorenya, kami pulang naik gocar.
 
"Mas, maaf ya, saya bawa anak kucing," kataku pada supir gocar.
 
Biasanya, berdasarkan pengalaman, supir-supir gocar tak suka binatang dibawa ke dalam mobil mereka.
 
"Oh, nggak apa, bu, saya suka binatang koq," jawab sang supir ramah dan bikin lega.
 
Keesokan harinya lagi, tak ada jadwal kerja keluar, jadi Biru bisa diurus di rumah. Ada waktu juga untuk melengkapi makanan sesuai kebutuhannya. Beli susu—yang biasa saja bukan formula, karena anak kucing dibawah usia 3 bulan masih bisa diberi susu. Dan, makanan basah khusus anak kucing—yang ada di rumah adalah untuk dewasa.
 
Malamnya, saya jadi cemas. Gara-gara, Biru sepertinya jadi agak lemas. Makan dan minum susunya sedikit saja. Khawatir juga karena sepertinya suhu badannya turun. Tapak-tapak kakinya terasa Lebih dingin. Turunnya suhu tubuh bagi kucing adalah tanda bahaya. Sangat bahaya.
 
Satu hal tentang anak kucing tanpa induk, berdasarkan pengalaman ya, mereka yang semula sehat dan lincah, bisa saja sejam kemudian menjadi sekarat dan mati. Apalagi yang tak sehat, atau lemah seperti Biru.
 
Itu sebab, pada hari Jumat yang penuh berkah dan merupakan hari keempat Biru masuk ke kehidupanku, kubawa Biru ke klinik hewan.
 
Untung, diagnosis-nya tak buruk. Suhu badannya juga normal, 37,5° C. Tak perlu diberi suntikan apa-apa. Dokter hewan menyarankan susu dihentikan dulu, tapi pastikan cairan diasup cukup banyak. Makanan basah sebaiknya ditambahkan air juga. Pup-nya diawasi. Saya juga dapat catatan dosis untuk vitamin, dan harus bagaimana apabila kondisi pup-nya buruk.
 
Lega? Lumayan sih. Meski, masih belum terlalu tenang. Karena, kondisi Biru bisa saja memburuk. Dia masih terlalu kecil, dan masih terlalu kurus. Doakan ya, agar Biru bisa jadi kucing besar, cakep, dan sok tahu...   =^.^=

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.