Tentang Seseorang Yang Patah Hati

Tentang Seseorang Yang Patah Hati

"Maukah kau menikah denganku?" tanya Anas.

Susi pipinya merah tersipu. Antara malu dan bahagia berkecamuk dalam kalbu. Sambil tersenyum dia menjawab, "Kita jalanin aja dulu hubungan kita. Kalau jodoh pasti gak akan ke mana-mana."

Mereka pun berpacaran. Setiap hari mereka posting foto-foto mesranya ke social media. Susi semakin lama semakin mantap hatinya. Anas adalah orang yang tepat sebagai pasangannya. Selain tampan, dia juga sangat taat pada perintah agamanya. Susi juga menjemput Anas saat pulang umrah.

"Aku sudah siap sekarang. Kapan kau akan melamarku?"tanya Susi.

"Beri aku waktu. Ada beberapa urusan yang harus kukerjakan."

Jawaban itu terus berulang. Bahkan yang lebih parah lagi, Anas semakin sulit ditemui. Hati Susi semakin galau. Apalagi dia mendengar selentingan ada nama-nama lain yang sering dikait-kaitkan dengan Anas. Ada yang namanya Yeni. Dan ada pula yang namanya Afifah.

"Kalau kau tidak mau segera melamarku, lebih baik kita sudahi hubungan kita." Susi memberi ultimatum pada Anas.

"Jangan bersedih, Susiku. Ayo kita temui ayahmu. Aku akan segera melamarmu." kata Anas sambil tersenyum manis sekali.

Anas menulis surat cinta bertulis tangan. Susi bahagia bukan main. Apalagi ketika akhirnya Sang Kekasih berkunjung ke Pacitan menemui ayah Susi. Maklumlah ibu Susi sudah meninggal dunia. Pembicaraan berjalan sangat lancar. Ayah Susi merestui hubungan mereka. Di depan wartawan infotainment, Anas diberondong pertanyaan, "Bagaimana dengan perempuan-perempuan yang sering dihubungkan dengan Anda."

"Kita tidak lagi berbicara siapa pasangan saya. Kami sudah solid. Kami sudah siap berlayar. Yang kami kami pikirkan adalah bagaimana strategi meraih masa depan." Anas yang memang canggih dalam menata kata menjawab dengan tegas.

Susi kembali menangis haru. Impiannya selama ini untuk menikah dengan Anas akhirnya dikabulkan Tuhan.

Sayangnya keberuntungan memang belum menjadi milik Susi dan keluarganya. Bagaikan disambar petir, mereka mendapat kabar yang sangat menyakitkan. Anas mengirim utusan pada keluarga Susi dan mengabarkan pertunangannya dengan wanita lain yang bernama Mini.

Susi menjerit histeris. Dia masuk ke dalam kamar, membanting tubuhnya ke tempat tidur dan menangis sepanjang malam. Di sela-sela kesedihannya, dia masih sempat meraih HP dan mendelete semua foto-foto mesranya bersama Anas di Instagram.

Sang Ayah juga murka bukan main. Dia membuat konperensi pers di depan ratusan wartawan infotainment. Mengatakan calon mantunya itu sebagai manusia tak beretika, tidak menghargai komitmen bahkan memakinya sebagai penghianat.

Patah hati yang dirasakan oleh Susi, kira-kita seperti itulah yang dirasakan oleh AHY sekarang ini. Anies mencampakkan AHY tanpa memedulikan perasaannya sama sekali. Sedih memang. Sakit sekali rasanya.

Saya cuma bisa ngasih nasihat ke AHY: Hidup memang kejam. Tapi kita harus tetap tegar. Lupakan Anies. Fokuslah hanya pada Annisa. Insya Allah kau akan berbahagia.

There's no broken heart. There is only rejection. And rejection hurts.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.