Critical Factor

Critical Factor

Di kantor MACS909 ada sebuah ruangan yang disebut Common Area. Itu adalah tempat favorit semua staff karena di sanalah satu-satunya tempat kita bisa merokok. Biasanya orang-orang yang pengen brainstorming demen banget kerja di sana.

Hari itu creative director kami mengajak seluruh team kreatif untuk brainstorming TVC Djarum Black. Sang Creative Director sedang gundah karena sudah cukup lama konsep yang dipresetasikan oleh teamnya gak approved-approved. Itulah sebabnya seluruh team kreatif diturunkan untuk membantu termasuk seorang anak magang yang bernama Romi.

 Branistroming berjalan seru, setiap orang melemparkan ide-ide yang kocak tapi kebanyakan ngawur dan out of strategy. Walaupun belom dapet ide yang cocok, suasana begitu menyenangkan. Sampai akhirnya Si Creative Director melirik ke arah Romi Si anak magang yang dari tadi diam saja. Romi terlihat sedang berpikir keras. Keningnya berkerut. Matanya mendongak ke atas entah sedang memandang apa.

“Yak, Romi, barangkali udah dapet ide?” tanya Sang Creative Director.

Si Anak Magang sama sekali tidak bereaksi. Keliatannya dia sedang asyik dengan dirinya sendiri. Si Creative Director akhirnya kembali ke forum dan berkata, “Ok yang lain gimana? Udah ada yang dapet ide?”

“Gue mau nyumbang ide, nih,” kata saya.

“Yak, silakan, Om Bud.”

“Jadi begini. Bayangin suasana di dasar laut. Kan kita sering ngeliat di TV, ikan-ikan berenang bersama-sama membentuk konfigurasi. Mereka berenang ke sana kemari dengan gerakan yang sama. Setelah berenang membentuk macam-macam konfigurasi, tiba-tiba semua ikan muncul dari bawah menuju ke atas dan ternyata mereka membentuk segitiga. Kamera freeze lalu dissolve jadi logo segitiga merah Djarum Black,” kata saya mengakhiri cerita.

“Widiiiiii…. keren Om Bud. OK saya catet ya buat dipresent,” kata Sang CD.

Setelah saya selesai berbicara ternyata yang lain juga terpancing dan melontarkan ide-idenya. Dari sekian banyak ide, kami memilih tiga ide terbaik untuk dieksekusi.

“Okay, sebelum meeting ini saya tutup, barangkali ada yang masih punya ide untuk dipresentasikan? Romi barangkali punya ide?” tanya Pak CD.

Romi yang sedari tadi asyik dengan pikirannya terbangun. Dia tersenyum manis dan berkata, “Iya, pak. Saya mau nyumbang ide.”

“Okay, silakan Romi.”

“Jadi begini. Bayangin suasana di dasar laut. Kan kita sering ngeliat di TV, ikan-ikan berenang bersama-sama membentuk konfigurasi. Mereka berenang ke sana kemari dengan gerakan yang sama. Setelah berenang membentuk macam-macam konfigurasi, tiba-tiba semua ikan muncul dari bawah menuju ke atas dan ternyata mereka membentuk segitiga. Kamera freeze lalu dissolve jadi logo segitiga merah Djarum Black,” kata Romi mengakhiri ceritanya.

Semua orang melongo mendengar ide Romi melemparkan ide yang persis sama dengan ide saya. Bukan cuma idenya, dia juga mempresentasikan ide itu hampir 100% sama kata perkata dengan yang saya omongin. Semua orang terdiam. Mereka belum bisa memastikan apakah serius atau sedang ngeprank.

“Itu ide Romi sendiri atau ide Om Bud?” tanya Sang CD.

“Itu ide Romi sendiri. Kok dibilang ide Om Bud, sih?” kata Si Anak Magang keheranan.

“Serius?” tanya yang lain ingin memastikan.

“Sumpah! Demi Allah itu ide Romi Sendiri.” kata anak itu bersikeras.

Sekali lagi ini adalah fenomena yang sangat menarik! Saya langsung diskusikan dengan Asep Herna. Temen saya ini seorang hipnoterapis. Dia selalu mempunyai jawaban pada peristiwa semacam ini.

"Om Bud masih inget tentang critical factor, kan?" tanya Asep.

"Iya masih. Critical factor itu yang selalu punya kecenderungan untuk menolak sugesti, kan?" tanya saya.

"Betul! Si Anak Magang itu sedang fokus nyari ide. Critical factornya juga ikut fokus ke sana. Nah ketika Om Bud  mempresentasikan ide, omongan Om Bud langsung masuk dengan lancar tanpa penghalang ke alam bawah sadar anak magang itu.” Asep menjelaskan.

"Tapi dia sumpah pake kata demi Allah segala bahwa dia gak denger apa-apa ketika gue lagi present ide itu?"

“Memang karena omongan Om Bud masuk tanpa sepengatahuan critical factornya.”

“Wuiiiih….unbelieveable banget ya?” kata saya takjub.

"Itu sebabnya kalo kita ingin ngasih sugesti positif pada anak, usahakan critical factornya lengah seperti anak magang itu. Hasilnya pasti keren!”

"Iya bener. Anak sekarang susah banget nerima nasihat ortunya."

"Makanya critical factornya harus dibikin lengah dulu, Om Bud."  

"Caranya bikin lengah gimana, Sep?"

"Misalnya anak kita lagi main game. Bilang aja kita mau ngomong tapi dia boleh nerusin main gamenya. Dengan cara itu, Si Critical Factor akan fokus ke arah game dan omongan Om Bud bisa masuk ke anak itu tanpa hambatan," jelas Kang Asep.

Masya Allah! Untuk kesekian kalinya, Asep lagi-lagi membuka mata saya tentang bagaimana melakukan sugesti-segesti positif pada anak secara efektif. Pantes nasihat saya pada anak-anak gak pernah mempan. Saya kalo ngasih nasihat ngomongnya, “Heh! Duduk dan dengerin Ayah ngomong. Ayah mau ngasih nasihat pada kalian.” Hehehehe….

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.