Sekotak Ayam Goreng
![Sekotak Ayam Goreng](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_5ee1d4a52575c.jpg)
Handphoneku berdering tatkala pintu kamar kosku baru saja ku tutup. Aku meraih remote yang tergeletak didekat tempat tidur, bersanding dengan helm yang baru kuletakan beberapa saat sebelum menutup pintu. Sekali pencet tombol di remote, televisi menyala. Siaran berita pencurian sepeda motor jadi hal pertama yang ditampilkan.
Handphoneku berdering sekali lagi. Total ada sepuluh panggilan tak terjawab dan 32 whatsapp dari nomor yang sama. Setelah memastikan tak akan ada lagi panggilan, aku meraih handphoneku. Membuka whatsapp, membuka pesan-pesan darinya. Ketiga puluh dua pesan whatsapp itu isinya sama. Tidak ada satupun yang ku balas.
Tiga puluh menit menonton berita yang sembilan puluh persen isinya tentang new normal membuatku mengantuk. Setelah dua bulan lebih dirumah saja, kerja hari ini cukup melelahkan. Padahal hari sabtu begini biasanya aku paling semangat kerja, selain karena esoknya libur, juga karena jam kerjanya pendek. Hanya sampai jam 12 siang. Aku mematikan televisi serta handphone lalu beranjak ke tempat tidur. Tidur siang.
Hujan turun deras sekali. Dia datang dengan membawa sekotak ayam goreng. Masih dengan jas hujan warna kuningnya, dia nyengir seketika aku membuka pintu. Aku tidak membalas cengirannya, atau bicara basa-basi perihal kelakuannya. Hanya diam. Memandanginya dari atas sampai bawah. Jas hujan kuningnya meneteskan banyak air. Sandal jepit yang dikenakan basah kuyup. Jari-jari yang mengapit diatasnya mulai mengkerut-kerut dan membiru.
Setelah cukup lama nyengir dan tidak mendapat respon apapun dariku. Dia membuka suara, ”Din, dingin,"katanya dengan suara sedikit menggigil.
Aku masuk kembali ke kamar, mengambil handuk dan hanger. Menyerahkannya.
“Jas hujannya kamu hanger terus cantolin di tembok aja," ucapku.
Setelah melakukan apa yang aku suruh, dia mengikutiku duduk di bangku teras. Di depan kosanku memang tersedia dua kursi dan satu meja diantaranya.
Hujan semakin deras. Aku duduk sambil memainkan handphone. Di kursi seberang dia mulai meminta maaf dan menanyakan kenapa tidak ada satupun balasan atas pesan whatsapp darinya. Awalnya aku diam saja. Bagiku kejadian hilangnya kulit ayam goreng waktu itu tetap saja menyakitkan. Aku saat itu hanya pergi ke kamar mandi selama sepuluh menit, tapi saat kembali kulit ayamku sudah tidak ada. Dan yang paling menyebalkan adalah saat dia bilang kulit ayamnya sengaja dia makan karena dikira aku tidak suka.
Melihatku yang mengacuhkan permohonan maafnya, dia tidak pendek akal. Dia lantas meraih kotak ayam goreng yang tadi sengaja dia bawa sebagai bentuk kesungguhannya meminta maaf, lantas membukanya. Kotak ayam itu berisi tiga potong ayam goreng pedas yang begitu terbuka aromanya langsung menusuk-nusuk hidungku. Ditambah kepulan asapnya, ayam-ayam itu terlihat semakin menggoda. Aku akhirnya luluh dan memaafkannya. Dia tersenyum menyerahkan kotak ayam itu padaku. Aku menerimanya dengan mata berbinar-binar.
Tok tok tok. Ketukan pintu kamar membuatku membuka mata. Disertai kepala yang sedikit berdenyut, aku beranjak dari tempat tidur. Sebelum membuka pintu aku memandang sekeliling. Kemudian menyadari ternyata kotak ayam itu hanya mimpi.
Kediri, 11 Juni 2020
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.