Seharusnya

"Ya sudah, Bu, besok Kakak telepon lagi. Ini anak-anak sudah waktunya makan. Ibu jangan lupa vitaminnya diminum, ya. Bye, Bu..."
"Salam cium buat cucu-cucu ya, Kak, bye..."
Sambungan video call pun terputus dan layar laptop Ibu kembali gelap. Perempuan berambut putih itu tersenyum sendiri, masih rindu dengan putri sulungnya yang kini tinggal jauh di seberang benua. Setiap hari mereka tersambung lewat Skype, Whatsapp, dan entah apa lagi yang diajarkan Kakak ke Ibu supaya mereka tetap bisa mengobrol.
Jaman dulu, Ibu hanya mengerti berbalas surat dengan Bapak kalau suaminya sedang bertugas di luar kota. Surat yang ditulis di kertas yang putih bersih, ditoreh tinta biru yang sarat lampiasan emosi. Sampai sekarang pun, Ibu masih senang mencatat semua yang dia mesti ingat di sebuah buku catatan kecil yang dia simpan rapi di laci mejanya. Ulang tahun keempat anak dan sembilan cucu, keluarga terdekat, sampai nomor telepon tempat Ibu memesan air galon. Di situ juga masih ada nomor telepon kantor Bapak, nomor handphone Bapak dan anak-anak serta alamat rumah di berbagai kota yang pernah mereka tempati selama ikut Bapak dinas.
Ibu menghela napas panjang, mendengarkan kesunyian di sekitarnya yang selalu muncul setiap hari sehabis melakukan video call dengan Kakak dan keluarganya. Cucu-cucunya--anak dari Kakak dan suaminya--masih balita, jadi sesi video call mereka selalu dipenuhi dengan ocehan dan jeritan mereka berebut ingin ngobrol dengan eyangnya. Dia menatap ke layar laptopnya, dan tak terasa sebuah senyum tersungging di bibirnya yang mulai keriput.
Dari layar wallpaper tampak foto Ibu bersama almarhum Bapak dan keempat anak mereka yang diambil beberapa tahun lalu ketika sedang berlibur di Bukittinggi, sebelum mereka satu per satu menikah dan berkeluarga. Kini Ibu tinggal sendiri di rumah besar dengan kebun yang luas dan rindang, ditemani sebuah laptop pemberian anak-anaknya--laptop yang menjadi penghubung mereka setiap malam guna melepas rindu.
Setiap malam juga setelah mengobrol dengan anak-cucunya, Ibu membuka folder berisi foto keluarga mereka dan melihat satu-satu, membuka kenangan lama. Rasanya masih terekam jelas sekali di ingatan Ibu setiap momen di album foto itu. Dari mulai foto-foto liburan mereka naik mobil dari Jakarta keliling Pulau Sumatra, Pulau Jawa, sampai melintasi negara-negara di benua Eropa menggunakan mobil sewaan waktu Bapak dinas di sana.
Malam ini, ibu melihat foto-foto tersebut agak lebih lama dari biasanya. Malam ini, Bapak seharusnya berulang tahun yang ke-70. Bapak seharusnya bisa ikut bercanda tawa dengan cucu-cucunya--dan mungkin memarahi Ibu penuh canda dalam Bahasa Jawa kasarnya karena tidak mengerti bagaimana cara mengirim rekaman suara melalui Whatsapp.
“Iki lho tak ajari,” begitu seharusnya candaan Bapak dalam bayangan Ibu.
Seharusnya. Kata yang menyebalkan, pikir Ibu. Kata yang penuh dengan penyesalan, penuh dengan rasa kehilangan. Seharusnya Bapak bisa menemani Ibu merasa bangga melihat bagaimana anak-anaknya berjuang, berkarya dan membangun keluarga kecil mereka masing-masing di berbagai penjuru dunia. Anak-anak mandiri yang dulu tak lepas dari segala ajaran dan petuah Bapak yang selalu mengajarkan mereka untuk hidup dari hasil usaha dan kerja kerasnya sendiri.
Ibu memeluk laptopnya sambil memejamkan mata dan menghela napas, tak terasa hari sudah larut. Dia menepis jauh-jauh rasa kehilangan yang mulai kembali menumpuk di dadanya, sesuatu yang sudah biasa Ibu lakukan apabila mulai merasa sedih sejak Bapak meninggal dunia sebelas tahun lalu. Dia tersenyum sendiri sambil menata bantal-bantal empuk di kamarnya yang sangat nyaman. Jika dulu sebelum tidur ia memeluk anak-anaknya satu per satu, kini ia cukup melihat perkembangan mereka melalui laptop abu-abunya ini. Sambil memejamkan matanya yang mulai terasa hangat dan berair, seperti malam-malam lainnya sebelum tidur Ibu berbisik halus,
"Selamat malam, anak-anak. Selamat malam, Bapak."
(This month marks the 11th year without you, Pak.)
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.