Rela tak Semudah Kata

Rela tak Semudah Kata

"Relakan saja, yang sabar yaa, udah ikhlasin aja yaa" Begitu kurang lebih, kata yang terdengar di kuping Nayaka remaja. Saat itu, Nayaka baru berumur 19 tahun. Awal tahun 2014 itu, menjadi bab baru dalam hidupnya, kali kedua ditinggal orang tercinta. Setelah ditinggal sang Ayah 9 tahun lalu, kini Nayakapun ditinggal oleh Ibu tercinta yang baru dia kenal dekat 9 tahun terakhir ini. Yaa.. Nayaka si anak Ayah baru kenal siapa Ibunya setelah sang Ayah meninggal dunia. Nayaka kecil sering berpikir bahwa sang Ibu tidak pernah cinta dan sayang padanya, hanya karena lebih fokus mengurus adik bayinya. Nayaka kecil menganggap hanya Ayah yang cinta dan peduli terhadapnya, sedang Ibu hanya cinta dan peduli hanya pada adiknya.

Pikir dan anggapan Nayaka kecil perlahan terhapus waktu, saat melihat kenyataan sang Ibu mulai memainkan peran ganda sebagai orang tua setelah Ayah Nayaka meninggal dunia. Yaa, cinta itu mulai tumbuh, ketika Ibu selalu pandai menyembunyikan rasa sedih dan lelah ketika disampingnya tidak ada Ayah. Lantunan lirih dalam do'a malamnya, penuh dengan harapan kebaikan untuk anak-anak tercintanya. Hati Nayaka kian luluh, ketika melihat sang Ibu bersungguh-sungguh belajar mandiri mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Kata lelah sepertinya sudah tak bersahabat dengan realita hidup Ibu kala itu. Yaa, mungkin yang terpikir oleh Ibu hanya bagaimana anak-anaknya tidak kelaparan dan tercukupi kebutuhannya.

Ketika rasa kagum dan cinta itu mulai menguat pada Ibunya, takdir mengatakan Nayaka harus berpisah dengan sang Ibu untuk selama-lamanya. Mengapa? Hanya satu kata itu yang bergumam dalam hati Nayaka remaja. Mengapa harus kehilangan lagi? Mengapa harus Nayaka yang mengalami ini? Mengapa dan mengapa lainnya menjadi tanya hati Nayaka remaja. Ikhas? Rela? Mungkin hanya sebatas kata.

Karna nyatanya, Rela itu tak semudah Kata.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.