PERAHU YANG TERKOYAK

CERPEN

PERAHU YANG TERKOYAK

 

Braaaakkk…..ada  suatu benturan keras di tepi dermaga, semua orang memandang arah datangnya suara, dan sebagian lagi berlari-lari kecil mendekati dermaga di mana asal suara itu berada.

Terlihat sebuah perahu bertengger dengan kondisi yang mengenaskan. Apa yang tejadi dengan benda itu, dan mengapa sebagian badan perahu porak poranda, dan suara apa yang sudah begitu keras dari badan perahu hingga membuat keberadaannya memprihatinkan. Semua tanya hanya menjadi tanya, tanpa jawaban.

 

Perlahan seseorang yang berbadan atletis, dan mengenakan kemeja putih tak berkancing dengan celana pendek katun sedengkul berwarna gelap, bersepatu kets hitam mencoba mendekati perahu itu, bersamaan dengan itu, cewek yang semula bersamanya berteriak-teriak, memintanya agar menjauh, akan tetapi lelaki itu terus berjalan ke arah dermaga.

 

“Kusuuut…..menjauhlah dari situ !!” teriak seorang cewek berkaos ketat berwarna biru, bercelana pendek katun putih, bersepatu kets sewarna dengan celananya….

“Kita kan ga tau, kenapa perahu itu meleduk, mungkin ada benda yang jatuh dari langit dan mengenainya, atau itu sebuah isyarat dari alien bila dia sudah mampir di laut kita.” Terangnya dengan berteriak-teriak.

 

Sayangnya hal itu tak membuat cowok yang dipanggil dengan sebutan “Kusut” beringsut dari tempatnya berjalan, hingga beberapa polisi pantai segera menariknya untuk tidak mendekat, bersamaan dengan itu berdatanganlah team evakuasi untuk menyelidiki apa yang barusan terjadi. Mereka memasang pita kuning sebagai batas aman untuk para pengunjung yang kepo, dan memberi ruang para penyelidik agar lebih aman dan leluasa bergerak melakukan tugasnya.

 

Serta merta cewek berkaos ketat biru, merangkul cowok yang di panggil “Kusut” itu, dan mengajaknya menjauh, tak perlu kepo dengan keadaan yang baru saja terjadi, maka bergegaslah mereka berlalu meninggalkan perahu yang terkoyak.

 

Sudah dua malam “Kusut” dan cewek berkaos ketat biru itu tinggal di pantai Mutiara, suasana yang romantis dan indah dari pesona laut lepas di Samudra Hindia membuat siapapun akan betah tinggal di bungalow ini, apalagi mereka adalah pelancong dari kota besar, suasana yang jauh dari rutinitas dan hiruk pikuk metropolitan yang bikin pening tapi mau gimana lagi karena justru di kota besarlah uang datang bak air bah bagi yang pintar menemukan peluangnya.

 

Mentari mulai naik dari garis pantai yang terlihat, panas mulai menyengat,  perlahan si Kusut dan cewek berkaos ketat menyudahi bermain selancar, dan kembali ke bungalownya tuk berendam di kolam renang yang besar dan teduh oleh pepohonan yang tumbuh rindang mengitari kolam renang yang bernuansa melankolis.

 

Baju renang seksi dengan tubuh aduhai si cewek berkaos ketat, membuat siapapun akan memandang dengan berdecak kagum, bukan hanya kaum adam, bahkan kaum hawa pun akan memandang dalam balutan iri di balik kagumnya.

 

“Sweety, ayoook turunlah bukan kah kita akan menikmati siang ini dengan mesra,” kata si Kusut mengajak cewek seksi itu tuk berendam bersamanya.

Sementara cewek yang dipanggil dengan sebutan “Sweety” sedang sibuk dengan gawainya, entah apa yang dia baca dan dia ketik tuk orang di seberang sana.

 

Setelah berputar beberapa putaran renang gaya bebas si Kusut kembali memanggil “Sweety” tuk turun ke kolam, tapi dengan enggan cewek seksi ini menanggapinya. Dengan wajah tak manis, dia meletakkan gawainya tuk menerima ajakan “Kusut” berendam di kolam renang.

 

Bukan “Kusut” namanya kalau tak mampu membuat cewek bisa takluk dan melupakan kesalnya, demikian si Seksi turun ke kolam, langsung disambut dengan pelukan mesranya dari belakang si Seksi, bertubi-tubi diciumi tengkuknya tanpa malu-malu pada pengunjung lainnya. Dan tak kalah panasnya, si seksipun berbalik badan mendaratkan bibirnya di bibir si Kusut dengan gelora yang membara.

Siapapun yang melihat akan menjadi syuur oleh keasikkan mereka. Tanpa menghiraukan sekitarnya bibir si Kusut mulai turun ke dagu, dengan lenguh pendek dari si Seksi semakin membuat pembuluh darahnya bereaksi cepat seirama detak jantungnya yang memburu, dan bibirnya pun semakin turun diantara dua bukit indah si Seksi, dengan terpejam menikmati rasa sakau dari aliran darah yang menggeliat, si seksi melenguh semakin panjang, di rengkuhnya tubuh si seksi semakin erat di dada telanjang “Kusut” sambil terus menghujani ciuman di tubuh sintal si Seksi.

Lama mereka saling memanggut dan mencumbu, andai itu ranjang maka akan menjadi tempat asik masyuknya mereka memadu kasih.

 

Auuuuuw…ada teriakan kecil si “kusut” dan membuat geger pengunjung kolam renang, diapun tak sadarkan diri.

 

Entah sudah berapa lama dia terbaring di pinggir kolam renang, ada petugas bungalow  yang menungguinya bersama seseorang yang memakai kalung stetoskop, sambil sedikit tergopoh-gopoh, pemakai kalung stetoskop itu menyapa si Kusut. “Hai…kamu sudah sadar dari pingsanmu,” katanya dengan lembut tepat di wajah si Kusut.

Dengan bingung si Kusut merabah belakang kepalanya, ada bercak darah di perban yang dibalutkan di kepala yang menempel di tangannya, langsung dia merasa mual dan pening menyerang, dia kembali berteriak dan tak sadarkan diri.

 

Kali ini si Kusut kembali membuka matanya, dia melihat sekeliling, kini sudah berada di dalam kamar bungalownya, dia mencoba mengingat apa yang terjadi, dan baru dia menyadari bukan kah dia bersama “Sweety” di kolam renang, dan mengapa dia tak ada di sini menemaninya.

 

Dia mencoba bangkit dari ranjangnya, dengan terhuyung-huyung mencoba menekan angka-angka di gawainya, belum juga tersambung tiba-tiba kamar nya di ketuk seseorang, dengan tertatih-tatih dia berjalan sambil berharap yang muncul adalah si Seksi, tapi hilang sudah harapannya karena yang ada di depan matanya adalah petugas bungalow dengan sepucuk surat beramplop putih dan secangkir kopi.

 

Dengan cepat dia segera merobek amplop surat itu, ada marah yang bergejolak serasa darahnya mendidih, ingin meninju orang yang sudah membuat kepalanya terluka, tapi apa daya dia sudah pergi bersama “Sweety”, lelaki yang terbakar cemburu dan menghajar kepalanya tanpa permisi.

 

“Kusut” maaf kan aku, lelakiku tahu aku bersamamu, hingga dia menyusul ke bungalow, dan merusak perahu yang kamu sewa tuk kita pergi ke pulau kecil di sebrang lautan dan sebagai permohonan maafku, terimalah secangkir kopi kesukaanmu, lain waktu kita lanjutkan gairahmu tanpa lelakiku tau.

 

Marlin

 

Si Kusut hanya menggeleng perlahan, entahlah dia selalu takluk dengan bius si Seksi…..

 

 

 

Melati/180520

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.