Penulis Komik Turun Gunung Melayani Fans-nya
Saya dilayani dengan ramah saat membeli merchandise, tanpa tahu bahwa dia juga merupakan kreatornya.

Hari minggu kemarin saya datang ke Comifuro, pameran pop culture bernuansa Jepang (doujin) untuk membeli stiker di toko-toko komik favorit saya. Kenapa stiker? Pertama, sebagai bentuk support ke penulisnya dengan harga terjangkau. Kedua, stiker adalah ajang berekspresi favorit saya; personifikasi identitas saya. Karenanya, saya sering menempelkan stiker ke barang-barang yang sering jadi pusat perhatian, seperti helm dan laptop.
Mari kembali ke cerita. Saya akhirnya sampai ke salah satu booth komik favorit saya. Booth mereka menjual merchandise yang dipajang rapi dari sudut kiri ke kanan, mulai dari T-Shirt, Lanyard, Ganci, hingga Tote Bag.
Terdapat 3 penjaga toko; satu pria dan satu perempuan aktif melayani pengunjung yang cuci mata melihat kumpulan merchandise, sedangkan satu pria duduk dengan tenang di sudut paling kanan, baru saja melayani pengunjung yang membeli stiker. Saya otomatis menghampiri sudut itu, karena terdapat juga katalog stiker menanti untuk dibaca.
"Silahkan Kak, mau stiker yang mana?" dia menyapa saya dengan senyum tipisnya. Penjaga toko tersebut seorang pria berumur sekitar akhir 20-an. Dia berpostur pendek, berkacamata, dan atasan yang ia pakai seluruhnya menampilkan karakter dari komik tersebut; mulai dari kemeja, t-shirt, hingga lanyard.
"Saya pilih dulu ya Kak" balas saya.
Setelah memilih stiker di katalog, dengan telaten ia mengambil stiker-stiker yang saya inginkan dari sebuah kotak penyimpanan. Saat menunggu, saya diselimuti perasaan dejavu, seperti pernah melihat mas-mas ini sebelumnya. Ada niat untuk bertanya, tapi karena takut menjadi canggung (awkward), saya mengurungkan niat tersebut.
"Terima kasih, Kak" ucapnya dengan senyuman lebar saat memberikan stiker seraya menerima uang dari tangan saya.
"Iya, sama-sama, Kak"
Saya langsung bergegas menuju kantin di luar area pameran untuk membeli air putih. Berkeliling sepanjang pameran membuat saya haus luar biasa. Sambil minum air, saya iseng melihat akun Instagram komik favorit saya itu, siapa tahu ada petunjuk identitas mas-mas tersebut.
Namun karena ramainya orang, sinyal jadi sangat lemot. Jangankan Instagram, untuk buka E-Mail saja saya tidak bisa.
"Ya sudahlah, mungkin karena mirip seseorang saja", ucap saya dalam hati.
Akhirnya saya bisa mengakses Instagram setelah saya sampai rumah saat adzan maghrib berkumandang, tepat dua jam sebelum pameran tutup.
Karena minimnya info di feed utama, saya lalu buka story akun tersebut. Di slide-slide awal masih menampilkan kemeriahan di Comifuro. Ekspresi saya masih biasa saja....
...hingga melihat slide ke-4 (gambar ada di paling atas, dengan caption "ketemu pelukis @ghosty_comic")
TERNYATA MAS-MAS INI PENULIS KOMIKNYA!
Gubrakkk, saya langsung menghela napas panjang.
Tahu dia penulis komiknya, saya kan bisa mengajak selfie, atau paling minimal berjabat tangan sambil memberi ucapan terimakasih karena sudah menghibur saya lewat komik-komiknya.
Saya yang awalnya duduk dengan tegak di sofa langsung membiarkan sofa melemaskan tubuh saya, masih tidak menyangka melewatkan kesempatan emas itu. Namun di satu sisi saya salut terhadap sifatnya yang tidak neko-neko atau malah menyombongkan diri bahwa dia penulis komiknya.
Comifuro berikutnya di Mei 2024, semoga saya diberi kesempatan untuk dapat bertemu lagi dengannya ya, minimal bisa mengucapkan terima kasih saja sudah cukup bagi saya.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.