Olivia’s Story
Olivia’s Story
Namaku Olivia. Aku mempunyai adik bernama Oggy. Satu waktu, ketika kami sedikit tumbuh besar, Ibu pergi meninggalkan kami. Rasanya sedih sekali. Maka kami tidak punya pilihan lain selain mencari makan dan minum sendiri. Bahkan, mencari rumah baru.
Beberapa hari kemudian, kami menemukan sebuah rumah besar dengan pagar coklat dan dua lantai di Kebon Baru, Jakarta Selatan. Saking ingin sekali tempat tinggal baru, kami berdiri lama di depan pintu belakang dekat garasi. Alhasil, seseorang membuka pintu. Siapa yang di dalam? Pasangan suami istri dan kedua anak perempuan mereka yang cantik. Karena merasa kasihan, mereka memutuskan untuk mengadopsi kami. Kami senang sekali.
Kami diberi makan dan minum. Selain itu, tidak lupa diperhatikan. Aku merasa nyaman tinggal di rumah baru kami, terutama ketika salah satu gadis selalu mengelus dan menggendongku. Ok, aku tahu ia gemas padaku, tapi aku belum anteng digendong! Makanya aku bilang kepadanya, “sudah dong! Aku mau turun!” Terkadang ia langsung menurunkanku, atau masih ingin menggendongku. Bila berlebihan, aku terus menjerit sambil menendang-nendang, “sudah dong!” Akhirnya cewek itu menurunkanku. Wiih! Lega deh! Ia memang suka menggendongku. Namun jika berlebihan, aku cakar saja dia, baik di wajah , leher, atau baju. Setelah itu, baru ia menurunkanku. Aduh! Meskipun lega, tetap saja aku menyesal telah mencakar si cantik itu.
Namanya Fairuz. Kerap dipanggil Fai, cewek ini adalah sulung dari dua bersaudara. Di antara aku dan Oggy, Fai lebih gemas denganku. Bahkan ia menjadikanku favoritnya. Aku disebut cutie, sayang, atau babygirl. Aku tidak tahu arti ketiga kata itu, namun lama-kelamaan aku tahu kenapa ia seperti itu, karena ia sayang padaku. Ia setulus hati mencintaiku. Aku paling suka bila ia mengelus dan memberiku tali untuk dimainkan. Untuk membalas budi, aku menunjukkan cintaku kepada Fai dengan cara menjilatnya, baik di tangan atau kaki. Gadis itu paling suka dijilat di tangan. Kalau di kaki, dia geli sekali. Karena cinta Fai kepadaku kuat, aku selalu menunggunya bangun tidur di depan pintu kamarnya setiap pagi.
Aku sudah membuat Fai senang, namun ada saat dimana aku membuatnya sedih. Semuanya berawal saat aku merasa lapar. Kami punya makanan di rumah, namun aku sudah bosan. Oleh karena itu, aku pergi ke luar rumah untuk mengonsumsi makanan lain. Siapa tahu, makanan luar lebih enak dari makanan rumah. Sayangnya, mencari makan tidak semudah yang kukira. Kudatangi banyak rumah, namun orang-orang memberiku sedikit atau tidak memberiku makanan sama sekali. Maka semakin banyak goyangan perutku. Lama-kelamaan, tubuhku yang sebelumnya gemuk menjadi kurus.
Aku tidak tahu mesti bagaimana, sehingga aku ingat satu hal: rumah Fai. Ah, aku sangat merindukan gadis itu. Aku ingin kembali dielus, diberikan mainan tali, bahkan digendong walaupun tidak suka. Tidak hanya Fai yang kurindukan, melainkan Papanya selalu menyiapkan makanan untukku, Oggy, dan teman-teman kami yang juga menginap di rumah Fai.
Aku sudah berjalan kesana-kemari, mencari jalan pulang. Hanya saja, aku lupa letak rumah Fai. Aku kewalahan, sekaligus kelaparan. Badanku mulai bertambah kurus. Sementara otakku tidak bisa berhenti memikirkan Fai. Aku tahu, pasti ia sedang sedih memikirkanku. Aku menyesal telah pergi dari rumah Fai berlama-lama. Sudah 3 bulan aku meninggalkannya. Oggy mungkin juga mencariku. Kami dua saudari yang sudah berpisah, menyangka tidak akan bertemu dengan satu sama lain lagi.
Hari sudah malam. Aku bergegas tidur dan keesokan harinya….aku terkejut begitu mulai terbangun. Aku sudah di depan rumah Fai! seruku di dalam hati. Dengan perut kelaparan, aku melangkah masuk lewat celah gerbang rumah Fai. Seperti waktu aku dan Oggy datang, aku berdiri di depan pintu belakang dekat garasi.
Setelah lama menunggu, pintu dibuka oleh adik Fai, Lila yang sudah berseragam SMA. Ia kaget begitu melihatku. “Olivia, kamu dari mana aja?” Saking senangnya, ia memberitahu Papa, Mama, dan tentu saja, kakaknya. Walaupun senang aku kembali, mereka juga kasihan melihatku kelaparan. Maka Papa menyiapkanku makanan kucing yang sudah lama kurindukan.
Alhasil, badanku kembali sehat seperti semula. Aku juga kembali dielus dan digendong Fai yang paling senang dengan kembalinya aku, si kucing calico favoritnya dalam jangka waktu yang lama. Aku berjanji pada diriku, walaupun boleh keluar, jangan sampai jauh dari rumah untuk mencari makanan dari orang lain. Lagipula, makanan di rumah masih enak. Aku juga masih mencintai Fai. Walaupun kadang-kadang sibuk, ia tidak lupa memberiku kasih sayang.
Olivia-Kucingku
******
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.