Nikita Mirzani. Seorang Tokoh Fenomenal

Kenapa Nikita Mirzani tiba-tiba mencuat namanya? Jawabannya sederhana saja; banyak orang tidak puas dengan apa yang terjadi belakangan ini. Kepulangan Riziek Shihab yang disambut kerumunan pendukungnya telah membuat jalanan macet total, tarnsportasi terganggu dan jadwal pesawat pun banyak yang delay.
Belum sempat kekesalan mereda, tiba-tiba Riziek mengadakan acara perkawinan anaknya dan mengumpulkan kerumunan yang sangat banyak. Padahal Anies Baswedan telah berkali-kali memperingatkan untuk selalu menghindarkan diri dari kerumunan, apalagi sampai menciptakan kerumunan. Yang membuat masyarakat semakin depresi, Tim Satgas Covid malah menyumbang ribuan masker membantu keriaan tersebut.
Masyarakat sungguh marah melihat kejadian itu tapi mereka tidak berani mengungkapkan kekesalannya. Yang mereka lakukan hanya bisa menunggu pemerintah untuk bertindak tegas. Sayangnya pemerintah pusat sepertinya tidak mengambil tindakan apapun yang berarti. Rakyat pun semakin frustrasi. Jika presiden dan lembaga tinggi terkait saja seperti tidak punya nyali, lalu siapa lagi yang harus diharapkan? Hopeless...
Semua orang berharap akan tampil seorang pahlawan yang mengisi ruang kosong tersebut. Sebuah posisi yang akan menjadikan orang tersebut menjadi pahlawan. Siapa tokoh tersebut? Siapa saja OK. Joko Widodo? Bagus! Mahfud MD? Keren! Pangab? Cocok! Kapolda DKI? Boleh! Denny Siregar? Ade Armando? Abu Janda? Terserah! Kita lagi krisis seorang tokoh heroik, jadi siapapun yang berani tampil pastilah cocok-cocok saja. Namun setelah ditunggu sekian lama, tokoh-tokoh tersebut tidak juga datang untuk menyiram api panas yang telah membuat panas negeri ini.
Sekonyong-konyong ruang kosong tersebut diisi oleh seorang Nikita Mirzani. Siapa yang menyangka bahwa tokoh ini yang mengisinya? Sang Nyai ini sendiri mungkin tidak menyadari bahwa dia telah berdiri di tempat yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Nikita sepertinya cuma bertindak spontan saja ketika mengungkapkan kekesalannya. Tanpa sengaja dia telah memposisikan dirinya di tempat dan waktu yang tepat. Itu sebabnya, tiba-tiba banyak orang merasa terwakili. Itu alasannya banyak orang terpicu untuk membelanya. Bagaimana mungkin kita bisa membiarkan seorang perempuan sendirian digeruduk oleh 800 orang di rumahnya.
Dan NIkita memang ternyata seorang macan betina sejati. Makian lonte dan ancaman rumahnya akan digerudug sama sekali tidak membuatnya ciut. Bahkan tanpa gentar dia balik menantang bahwa dia akan membuat open house bagi siapa saja yang datang ke rumahnya. Saya rasa dia memang seorang perempuan yang cerdas. Saat ini dia sudah menyadari di mana posisinya. Dia tau bahwa dia banyak disorot media sehingga tidak mungkin ada yang berani memperlakukannya secara keras.
Riziek Shihab dalam ceramahnya pun merasa perlu menanggapi move dari Nikita Mirzani. Berkali-kali dia memaki Sang Nyai dengan kata Lonte. Sebuah kata kotor yang sulit dibayangkan keluar dari seorang yang mengaku habib. Waktu masih SMA dulu, saya pernah ditampar oleh ibu saya karena keterlepasan memaki teman saya lonte. Menurut ibu saya, kata tersebut hanya diucapkan oleh orang-orang yang tidak punya budi pekerti.
Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan perseteruan antara kedua orang ini. Yang satu disebut lonte dan yang lain disebut habib. Yang perempuan tidak pantas disebut lonte dan yang laki-laki tidak pantas disebut habib. Bagaimana pun akhirnya, semoga menjadi sesuatu yang baik bagi negeri ini. Kita berdoa saja. Amin.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.