Melawan Stigma Negatif Penyintas COVID-19 melalui Media Sosial sebagai Sarana Komunikasi yang Efektif
Stigma yang menyebar di tengah-tengah masyarakat telah memperburuk keadaan sehingga diperlukan edukasi dalam penanganannya. Apakah edukasi melalui media sosial sebagai sarana komunikasi selama pandemi sudah tepat sasaran?

Pandemi Covid-19 menjadi problematika global yang masih berusaha untuk diatasi hingga sekarang. Berbagai pihak telah melakukan beragam upaya agar pandemi ini cepat berakhir. Pandemi telah mengubah banyak hal di berbagai sisi kehidupan manusia sehingga memaksa manusia untuk dapat beradaptasi dengan baik.
Pada tanggal 22 Desember 2020, telah tercatat sebanyak 77.307.971 orang di dunia terkonfirmasi positif COVID-19 dan di Indonesia telah terkonfirmasi Sebanyak 678.125 positif COVID-19 yang jumlahnya terus meningkat hingga sekarang. Kasus yang kian hari terus meningkat membuat resah masyarakat. Keresahan dan tidak pahamnya masyarakat mengenai COVID-19 memunculkan stigma negatif terhadap para penyintas COVID-19. Stigma yang terjadi di masyarakat saat ini dalam bentuk labeling, stereotype, diskiriminasi, pemisahan dan penghilangan status. Pemberitaan mengenai pengucilan pasien COVID-19 yang telah sembuh banyak bermunculan. Mereka beranggapan bahwa para penyintas COVID-19 adalah sumber tersebarnya penyakit sehingga harus dijauhi. Stigma tersebut dapat menyebabkan seseorang menyembunyikan penyakitnya, mencegah orang mencari perawatan kesehatan, dan mencegah orang untuk hidup sehat. Selain itu, stigma negatif berdampak pada kesehatan mental orang yang menjadi sasaran stigma.
Sebagian orang yang sadar akan pentingnya melawan stigma negatif mencoba melakukan beragam upaya agar stigma tersebut dapat diminimalisir atau bahkan hilang. Salah satu upaya tersebut adalah edukasi masal yang dikomunikasikan melalui media sosial. Edukasi ditujukan untuk meluruskan pemahaman dan sikap masyarakat yang salah mengenai COVID-19. Berikut beberapa poin mengapa edukasi melalui media sosial tepat sasaran
Peningkatan Pengguna Media Sosial selama Pandemi
Pandemi memaksa manusia untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Manusia yang awalnya dapat berinteraksi langsung secara bebas, kini hanya dapat terhubung secara daring. Semua kegiatan baik di sekolah hingga di lingkungan kerja dilakukan di rumah masing-masing. Hal ini berdampak pada peningkatan pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2018 tercatat 171,2 juta jiwa naik menjadi 196,7 juta jiwa berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) baru-baru ini. Perlu diketahui bahwa masyarakat Indonesia berjumlah 266 juta jiwa yang berarti 74% masayarakat indonesia telah menggunakan internet.
Peningkatan pengguna internet berdampak juga pada peningkatan pengguna media sosial. Survei yang dilakukan APJII menuturkan lima alasan masyarakat mengakses internet, yakni media sosial, komunikasi pesan, game online, dan belanja online. Riset yang dilakukan oleh perusahaan teknologi asal Perancis, Criteo menunjukan sejak merebaknya pandemi pada awal Maret 2020, sekitar 70 persen pengguna ponsel pintar di Indonesia meningkatkan alokasi waktunya untuk berselancar di media sosial. Peningkatan pengguna media sosial ini memudahkan pesan edukasi tersampaikan kepada masyarakat dengan mudah dan menyeluruh.
Sarana yang Aman
Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa virus ini ditularkan melalui droplet pernafasan dari manusia ke manusia ketika berada dalam jarak dekat sekitar satu meter dengan syarat seseorang memiliki gejala pernafasan, seperti batuk atau pilek. Sehubungan dengan hal itu, diberlakukanlah social distancing atau bahkan lockdown dibeberapa wilayah atau negara guna menekan terjadinya penularan antar manusia yang masif. Di Indonesia kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu wilayah di indonesia yang menerapkan PSBB adalah Jakarta.
Diberlakukannya PSBB bukan berarti interaksi sosial antar masyarakat berhenti begitu saja. Interaksi sosial dapat terus terjadi dengan media sosial. Media sosial sebagai media komunikasi membantu manusia untuk tetap dapat berinteraksi satu sama lain meskipun tidak bertemu secara langsung. Dengan hal tersebut, edukasi mengenai stigma penyintas COVID-19 dapat berjalan dengan aman karena tidak perlu dilakukan secara tatap muka dan berkumpul pada suatu tempat.
Efisiensi Biaya dan Waktu
Perkembangan teknologi saat ini memudahkan manusia dalam menyebarkan informasi tanpa mengenal batas geografis. Manusia mudah mengetahui apa yang sedang terjadi di wilayah lain hanya dengan bermodalkan gadget dalam genggaman. Penggunaan media sosial untuk edukasi sangatlah efisien dalam biaya dan waktu karena manusia tidak perlu berkeliling di setiap wilayah untuk menyebarkan informasi dari satu wilayah ke wilayah lain. Edukasi hanya perlu disebarkan melalui platform media sosial seperti Instagram, Facebook, YouTube, hingga Whatsapp.
Dengan demikian, media sosial dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dalam upaya melawan stigma negatif penyintas covid. Perlu kerja sama yang baik antara berbagai pihak agar edukasi kepada masyarakat ini berhasil. Peran masyarakat terutama generasi muda sangatlah penting dalam meluruskan sikap dan pemahaman masyarakat mengenai COVID-19 karena pemuda merupakan pengguna media sosial terbanyak berdasar data dari Statista. Diharapkan para pemuda yang telah mengetahui dampak buruk stigma penyintas COVID-19 dapat memanfaatkan media sosialnya dengan baik dan mengedukasi masyarakat di sekitarnya yang belum memiliki akses media sosial sehingga tujuan edukasi ini tercapai. Hal tersebut bisa dimulai dari lingkup kecil terlebih dahulu, seperti keluarga. Selain itu, para penyintas COVID-19 butuh untuk dirangkul dan didukung demi terwujudnya kesehatan fisik dan mental.
Daftar Pustaka
Amani, N. K. (2020, Desember 22). Update 22 Desember 2020: 77,3 juta orang di dunia positif COVID-19, Jepang darurat medis. Liputan6. https://www.liputan6.com/global/read/4439349/update-22-desember-2020-773-juta-orang-di-dunia-positif-covid-19-jepang-darurat-medis.
Buletin APJII. (2020, November 9). Siaran pers: Pengguna internet Indonesia hampir tembus 200 juta di 2019 – Q2 2020. APJII. https://blog.apjii.or.id/index.php/2020/11/09/siaran-pers-pengguna-internet-indonesia-hampir-tembus-200-juta-di-2019-q2-2020/.
Hadyan, R. (2020, Oktober 1). Ternyata, masyarakat Indonesia banyak habiskan waktu di media sosial. Bisnis.com. https://lifestyle.bisnis.com/read/20201001/220/1299346/ternyata-masyarakat-indonesia-banyak-habiskan-waktu-di-media-sosial
International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies, United Nations Children's Fund, & World Health Organization. (2020). A guide to preventing and addressing social stigma. https://www.unicef.org/media/65931/file/Social%20stigma%20associated%20with%20the%20coronavirus%20disease%202019%20(COVID-19).pdf
Livana, P.H., Setiawati, L., & Sariti, I. (2020). Stigma dan perilaku masyarakat pada pasien positif covid-19. Jurnal Gawat Darurat, vol. 2 (2), 95-100.
Pramudiarja, U. A. (2020, Desember 22). Update Corona RI 22 Desember: Tambah 6.347 kasus, total positif 678.125. Detikhealth. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5305392/update-corona-ri-22-desember-tambah-6347-kasus-total-positif-678125.
Pratama, A. M. (2020, November 9). Pengguna internet Indonesia hingga Kuartal II 2020 capai 196,7 juta orang. Kompas.com. https://money.kompas.com/read/2020/11/09/213534626/pengguna-internet-indonesia-hingga-kuartal-ii-2020-capai-1967-juta-orang.
Statista Research Department. (2020, Februari 19). Breakdown of social media users by age and gender Indonesia 2020. Statista. https://www.statista.com/statistics/997297/indonesia-breakdown-social-media-users-age-gender/.
World Health Organization. (2020). Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications for IPC precaution recommendations. https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/modes-of-transmission-of-virus-causing-covid-19-implications-for-ipc-precaution-recommendations.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.