Akhirnya, kelar sudah semua pekerjaan yang harus saya lakukan. Maklum pekerja lepas, yang sudah menerapkan WFH jauh sebelum WFH jadi trend, kerja di rumah saja. Kadang kalau kerjaan datang, datang semua dalam waktu yang bersamaan sampai menumpuk tiada tara. Kalau sedang sepi order kerjaan, ya sepi dan nganggur saja. Sisi baiknya, saya jadi bisa menulis suka-suka.
Beberapa bulan belakangan, pekerjaan-pekerjaan rajin benar datangnya. Awalnya, masih bisa menyelipkan waktu untuk menulis demi kepentingan pribadi. Pekerjaan-pekerjaan ini masih berhubungan dengan bidang tulis menulis, bahkan salah satu di antaranya saya yang harus menjadi penulisnya.
Hanya saja, entah bagaimana, beda rasanya antara menulis berdasarkan keinginan pribadi dan menulis karena pesanan. Apalagi, ada jalur dan pagar-pagar yang harus saya turuti sebagai pegangan. Namanya saja menulis teknis.
Awal-awalnya, saya masih tetap bisa menyelipkan waktu untuk menulis pribadi. Sebagian tulisan kelar, sebagian lagi, meski sudah terbentuk, tapi masih tak layak dibaca umum. Dengan kata lain, masih kaku dan berantakan. Baru keluar dari ruang menulis, dan masih harus masuk ke ruang editing terlebih dahulu. Di satu titik waktu, tulisan-tulisan pribadi harus menyerah terlebih dahulu. Karena, dateline pekerjaan yang makin mengetat.
Tulisan-tulisan yang belum selesai tapi sudah bisa masuk ke ruang editing itu, saya tumpuk aja dulu di laptop. Semula, tulisan-tulisan itu ada di notes pada telepon genggam, yang lalu saya email ke laptop. Setelah ada tempo, nanti bisa diselesaikan sampai tuntas. Demikian dasar pemikirannya.
Maka, dengan selesainya semua pekerjaan saya itu, hati saya menjadi sangat girang. Karena, artinya saya bisa melanjutkan pe-er pribadi tersebut. Masuklah saya ke ruang editing dari sejumah tulisan. Namun, duh, sungguh hati jadi resah. Sebab, ternyata saya tak sanggup menyelesaikan tulisan-tulisan tabungan tersebut. Sepertinya, sangkutan emosi-nya telah lepas dan melayang entah pergi ke mana.
Barangkali, demikian kuberpikir, mungkin sebaiknya aku bikin saja tulisan baru. Kututup laptopku, kuraih telepon genggamku. Kumatikan lampu kamar, lalu berbaring di tempat tidur dan masuk ke ruang menulisku. Menyalurkan ide yang ada di kepala ke notes di telepon genggam. Aku hendak menulis sebuah eulogi pendek, untuk seorang senior yang baru berpulang. Ide tulisan sudah menggebu-gebu minta untuk dikeluarkan.
Berbaring atau goleran di kasur dan mengetik isi kepala di notes, adalah cara paling nyaman untukku saat berada di ruang menulis. Kelar ditulis dan siap untuk berlanjut ke ruang editing-ku, tulisan ku-email agar bisa dibuka di laptop. Di mana lokasi ruang editing-ku berada.
Merasa sudah siap, aku lalu mulai mencurahkan ide dan emosi untuk eulogi yang kusebut tadi. Aku sudah tahu hendak menulis apa dan bagaimana menuliskannya. Bagaimana pembukaannya, badan ceritanya, dan penutupnya; sudah tertata dalam catatan mental. Tapi, begitu sudah berada dalam ruang menulis, lagi-lagi aku merasa mandeg deg. Yang ada, aku malah mengantuk dan lalu terlelap. Begitu terjadi berulang-ulang.
Rasa mengantuk ini, kelelahan ini, mungkin disebabkan oleh karena dua hal. Pertama, karena adrenalin yang turun jauh. Pekerjaan terakhir adalah tipe pekerjaan yang ‘datang hari ini tapi dateline-nya kemarin’. Kejar-kejaran dengan dateline itu sungguh-sungguh memacu adrenalinku. Kerjaan selesai, adrenalin melesak turun. Akibatnya, aku jadi ngantukan. Lelah sungguh sangat terasa.
Sebab kedua, kemungkinan pengaruh vaksin covid-19. Salah satu efek dari vaksin ini adalah, aku jadi sering mengantuk. Saat bekerja, rasa kantuk ini kadang dihajar oleh lonjakkan adrenalin. Kalau tidak, tak selesai pekerjaanku. Duh, rasanya di badan aneh betul. Selesai pekerjaan, badan pun ganti menuntut untuk istirahat. Aaah..., kasihan badanku! Pantas mengantuk terus.
Sehingga, otak tak mau kompromi. Melanjutkan tulisan terdahulu mandeg, menuliskan tulisan baru tak bisa. Jadi, musti bagaimana donk...
Jadi mengeluh deh... Sudah ah, tidur saja dulu sepuasnya dengan kucing-kucingku. Kucing-kucing yang saat aku duduk di depan laptop, selalu rajin mengganggu. Bikin kesal saja, tapi enak lho kelonan dengan mereka. Duh..., makin nggak jelas mau cerita apa di sini hahaha...
Sudah ah... =^.^=