Jaga Lilin?

Bertahun-tahun disangka kerja yang enggak jelas, dan dianggap dapat duit dari pesugihan karena lebih sering ada di rumah saja.

Jaga Lilin?
Sumber: screenshot dari aplikasi saham di handphone.

Tahun 2000. Saat masih freelance bikin website dari rumah ....

"Eh, aku lihat lagi, anak Bu Tantri di ATM."

"Oh ya? Narik duit lagi?"

"Duit dari mana lagi itu? Dia kuliah sambil kerja?"

"Memangnya anak kuliah ada kerjaan apaan, bisa narik duit segepok tiap minggu dari ATM?"

"Jangan-jangan jual diri. Hiiiyyyy ..."

"Huss! Ngajar les, kali?"

"Dianya di rumah terus sepulang kuliah. Kapan kerjanya?"

"Lah, masa dia bobol ATM?!"

 

Tahun 2005. Saat kerja freelance di market indeks future asing .... 

"Eh, cepet amat pulangnya, Rin. Gak kuliah hari ini?"

"Oh, sudah lulus, Tante."

"Hoo? Sudah lulus toh? Terus, enggak kerja, jam segini udah pulang?"

"Sudah selesai, Tante. Makanya bisa pulang."

"Enak amat jam tiga siang begini sudah bisa pulang. Memang jam kerjanya dari jam berapa?"

"Masuk jam enam pagi, Tante."

"Hah? Jam enam pagi?"

"Iya, Tante. Ikut jam buka luar negeri soalnya. Mereka buka saat waktu sini masih pukul enam lewat empat puluh lima."

"Jam buka luar negeri? Terus selesainya jam berapa?"

"Sebenarnya jam satu siang juga sudah bisa pulang kalau klien sudah gak butuh lagi."

"Klien?"

"Iya, Tante."

"Ririiiin, cepat masuk. Ini orangnya telepon lagi!"

"Iya, Ma! Ah, maaf Tante, saya duluan masuk ya."

"Oh, iya, iya. Silakan."

"...."

"Klien ...? Sudah bisa pulang kalau klien sudah gak butuh lagi? Kerja apaan dia? Jual diri?"

 

Tahun 2007. Saat jadi programmer yang setor kerjaan jarak jauh dari rumah ....

"Bu Tantri, si Ririn anakmu itu jarang-jarang keluar ya," tiba-tiba terdengar celetukan Bu Lina. "Memangnya dia nggak bosan di rumah aja?"

Spontan saja pembicaraan seru ibu-ibu di samping mereka terhenti. Semua mata mereka teralih kepada Bu Tantri.

Bu Tantri menyadari keheningan mendadak di sekitarnya itu, lalu mengangkat bahunya. 

"Dia sekarang kerja dari rumah, sudah enggak perlu ke kantor lagi," sahut Bu Tantri singkat, lalu lanjut menggunting rumput di depan pagar rumahnya. 

"Kerjaan apa itu, bisa dikerjakan dari rumah?" giliran Bu Elis usil bertanya. "Enak bener, enggak perlu absen ke kantor?"

"Bikin program. Kan dia kerja pakai komputer. Sekarang sudah ada internet. Kerjaannya tinggal kirim ke bosnya lewat internet," jawab Bu Tantri.

"Haaa, bisa ya begitu, pake kirim lewat internet. Terus si bosnya cara nyuruhnya gimana? Memang kerjaan dia enggak bisa ada salah, enggak perlu ada koreksi segala?" sambar Bu Lina yang semakin penasaran. 

"Kan komunikasi sama bosnya lewat telepon dan email," sahut Bu Tantri.

"Apa itu imel?" tanya Bu Lilik kebingungan.

"Kaya surat, Bu. Tapi lewat komputer," kata Bu Elis.

Bu Lilik cuma bisa manggut-manggut sambil melongo. 

"Tapi gak normal ah, Bu Tantri. Si Ririn nggak keluar-keluar, gak ada pergaulan begitu," protes Bu Lina. "Kerja yang normal itu ada interaksi sama orang. Keluar-keluar gitu, lho. Jangan di rumah terus."

Bu Tantri mengangkat bahunya. 

"Eh, serius Bu Tantri. Suruhlah dia keluar jalan-jalan sekarang. Mumpung hari terang begini, interaksi sama tetangga. Apalagi sekarang di rumah aja, dan gak perlu setor muka ke bosnya segala. Berarti kan bebas, dia gak perlu terus-terusan kerja segala, kan enggak kelihatan oleh bosnya dia lagi kerja atau enggak," cecar Bu Lina lagi.  

Bu Tantri menghela napasnya.

"Tapi dia kan ikut jam kerja kantornya, Bu. Kalau dari kantor ada waktunya, tidak bisa suka-suka," jawab Bu Tantri. 

"Lah kan enggak perlu absen, toh?" tanya Bu Lina lagi. 

"Tapi selama masih jam kerja kantor, sewaktu-waktu Ririn bisa ditelepon pihak kantor kalau ada apa-apa, dan dia tetap harus laporan perkembangan kerjaannya itu sudah sampai mana," sahut Bu Tantri, sementara di dalam batinnya rasanya ingin sekali mengelus dada.

"Ah, gimana toh ini. Di rumah sendiri tapi urusan waktu aja masih gak bebas," gerutu Bu Lina.

"Tapi kan si Ririn lagi ngikut jam kerja kantor, Bu ...," sahut Bu Tantri gemas. 

 

Tahun 2018. Saat sudah full time jadi trader saham online. 

"Si Ririn sekarang kerja apa lagi tuh. Dengar-dengar sudah resign dari kantornya, terus sekarang tetep gak ngantor ke perusahaan manapun. Ke ATM jarang, ke bank pun jarang."

"Ikutan MLM, kali?"

"Mana mungkin! Kalau ikut MLM tuh ya, pasti dia keluar-keluar prospekin orang buat dijadiin downline dia. Minimal dia bakalan rusuh tawarin produk ke tetangga kiri-kanan lah. Kaya anak si Bude tuh, gencar banget tawarin kosmetiknya ke kita-kita. Tapi si Ririn mana, gak ada tanda-tanda begitu, kan?"

"Punya toko online, kali? Kayanya sering ada yang anter paket ke rumahnya."

"Enggak. Waktu kutanya anakku, katanya Ririn enggak jualan online. Itu paket mah belanjaan emaknya semua. Bu Tantri sekarang udah malas ke mall."

"Si Ririn masih terima orderan bikin program dari jarak jauh, kali?"

"Kayanya enggak deh. Kalau ada orderan kerjaan mana bisa santai-santai aja. Kemarin dia malah tenang-tenang makan di kafe depan sana bareng dua orang, tapi mata mereka semua malah ngeliat hape melulu. Mainan medsos kayanya. Payah. Ketemuan orang bukannya ngobrol santai, malah pada lihat hape masing-masing."

"Tapi ibunya tenang-tenang aja, kan? Eh, anaknya datang tuh!"

"Selamat sore, Tante."

"Sore, Rin. Hapenya keren."

"Oh? Terima kasih, Tante. Hape Ririn biasa aja, kok. Yang penting bisa buat kerja."

"Naaah! Kebetulan Tante penasaran. Kamu kerja apaan liatin hape melulu?"

"Oh, ngawasin posisi, Tante."

".... Ngawasin posisi?!"

"Iya. Kok Tante sampai kaget begitu?"

"Bukan jaga lilin?"

"Lilin? Ahahaha! Tante lucu, deh."

"Eh serius. Kamu ini kok nyantai-nyantai aja. Yang lain pada pagi-pagi berangkat, malam baru pulang."

"Iya. Kan dari aplikasi di hape Ririn sudah bisa kepantau."

"Memang pantau apaan?"

"Transaksi jual-beli, Tante."

"Lho, kata Dion kamu gak punya toko online?"

"Memang bukan toko online, Tante."

"Terus apa dong?"

"Ahahaha. Ada deh, Tante. Yang pasti bukan jaga lilin seperti yang Tante maksud."

"Bukan jaga lilin seperti yang saya maksud? Berarti ada jenis jaga lilin versi lain ya?"

"Ahahaha. Tante bisa aja. Iya kali, ya?"

"Eh, serius Rin."

"Serius, Tante. Kalau dipikir lagi, memang Ririn termasuk jaga lilin juga."

"Waduh!"

"Ahaha, tapi lilinnya beda, Tante. Lilinnya digital."

"Waduh! Rin, tetangga pada curiga kamu pesugihan. Jadi betulan ini?!"

"Sabar dulu, Tante. Ririn gak pesugihan."

"Lah, kamu bilang lilin tadi itu?!"

"Ini lilinnya beda. Warnanya ada yang hijau, ada yang merah. Enggak ada apinya. Gak takut apinya ketiup padam."

"Eh?! Maksud kamu gimana, sih?"

"Ini lho, Tante ... Lilinnya ada di dalam grafik saham kaya begini. Nama bekennya si lilin tuh 'Candlestick'. Yang warna merah kalau harga turun. Yang warna hijau kalau harga naik."

"Hah?! Oalahhh. Kamu main saham, tohh?!"

"Iya, Tante. Sekarang sudah enak, dari hape juga bisa. Kalau beberapa tahun lalu, masih harus lewat komputer, jaringan internet masih parah pula."

"Oalahhh."

"Kalau sekarang enak, bisa dibawa ke mana-mana. Sambil janjian sama teman makan di luar juga bisa sambil pantau saham."

"Oalahhhhhh ...!!!!!!"

"Iih, Tante. Jadi selama ini semua termasuk Tante menganggap Ririn pesugihan toh?"

"Ya iya lah. Habis kamu ini misterius bener. Banyakan di rumah aja. Kerja enggak jelas, duit ada terus."

"Jiaahhh, Tante. Sekarang kan sudah ada banyak pekerjaan yang bisa jarak jauh lewat internet. Ahahahaha!"

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.