SURGA ITU BERNAMA BALIKPAPAN

“Aku mau pulang saja ke ibukota!!!,” sahutku kepada diri sendiri. Mungkin saat itu hanya asisten rumah tangga yang dapat mendengar tangisku. Memang sebisa mungkin aku menolak berkeluh kesah kepada suami yang sedang bekerja. Pindah dan tinggal ke luar daerah tidak pernah sedikitpun terbersit olehku.
Walau keluarga dan teman- teman senantiasa mendukung kepindahanku ke Balikpapan, tapi selalu ada saja yang berkomentar,
”Whuii Balikpapan? Kalimantan bukannya hutan semua, tuch, di sana? Jangan- jangan gak dapat signal hp lo di sana?…hahahaha”.
Ada juga yang bertanya,”Yakin mau tinggal di Kalimantan? Gak mau tinggal di Jakarta aja, biarin aja ntar bapaknya yang kerja di sana? Nanti tinggal diatur kapan ketemuannya?”
“Bu, emang di Balikpapan ada KFC?”
Walau belum mengenal siapa- siapa tapi kehadiran bayi pertamaku yang masih berumur 4 bulan di tahun 2008 membuat hari- hariku cukup sibuk. Sampai suatu ketika aku menghadapi bagaimana sulitnya menghadapi hari- hari dengan keadaan mati listrik dan air. Sekali mati listrik bisa berjam- jam bahkan pernah mati listrik hampir satu hari penuh.
Menurut ibuku, Balikpapan adalah kota jalur lewatnya matahari, alias berada tepat di garis Khatulistiwa. Bisa dibayangkan betapa panasnya kota itu di siang hari tanpa AC di kamar. Ketika air dijalankan untuk mandi pun air yang keluar berwarna coklat. Duh, sungguh lemas membayangkan masa- masa itu! Bayangan ibukota Jakarta dan segala fasilitasnya senantiasa menghiasi hari- hari itu.
Life is always about the journey! Yes, aku sangat percaya hal itu. Betapa aku salah menilai kota minyak ini. Terlalu banyak kenangan indah yang tidak habis diceritakan dalam satu hari. Listrik yang Byarpet yang sudah menjadi bagian hidup kami yang bisa diatasi dengan pembelian genset. Bunyi genset tetangga siang dan malam selalu hadir masa- masa itu. Menyalakan genset ternyata ada beberapa cara, ada yang ditarik, dipencet dan seterusnya …..hihihi. Air kotor bisa diatasi dengan pembelian filter air tabung setinggi 1 meter yang sudah berdiri dengan kokoh di depan rumah.
Walau bahan pokok dan sayur- sayuran di pasar cukup mahal buktinya makanan seafood nan segar melimpah ruah di kota pinggir pantai ini. Harganya pun cukup murah. Oh, iya bagi kalian yang pernah ke Balikpapan pasti pernah mendengar resto Kepiting Kenari atau resto Kepiting Dandito khan?
Karena jauh dari keluarga, kalau di rumah, dulu aku terbiasa dimasakin atau beli. Sejak di Balikpapan ilmu memasak jadi lebih meningkat, walau gak jago tapi paling tidak keluargaku dan beberapa teman bisa menikmatinya. Bersyukur banget adanya mbah Google di era seperti ini. Kalau weekend kami suka makan di luar. Ingat banget masa itu belum ada McD dan bioskop, loh, di Balikpapan, mallnya juga cuma ada 2 itupun gak kayak bayangan kita layaknya mall di ibukota. Akhirnya, pernah demi makan di McD dan nonton bioskop kami sekeluarga berangkat ke Samarinda.
Tetangga adalah saudara di perantauan. Tuhan Yang Maha Baik memang selalu memberi jalan untuk umatNya. Ketika bertetangga dengan orang di komplek, aku mulai berkenalan dengan ibu- ibu dan suster pengasuh anak. Sharing ilmu buat anak, curhatan mengenai resep berlanjut ke acara undangan saat ulang tahun, Idul Fitri, Lebaran Haji dan seterusnya. Tak kusangka dan tak kuduga malaikat- malaikat berdatangan dan memberi masukan bagiku untuk dapat melakukan berbagai hal positif, salah satunya dengan menggunakan fasilitas untuk belajar bahasa Perancis dengan gratis di kantor suamiku. Betapa belajar Bahasa Perancis menjadi me time yang sangat mengasyikkan.
Main ke pantai menjadi salah satu hiburan yang sangat luar biasa bagi kami, sekedar main di pantai, menikmati sunset sembari main pasir dan menikmati pemandangan lalu lalang kapal pengangkut minyak dan batubara. Kadang kami bermain di lapangan Merdeka,seperti alun- alun kota yang merupakan sebuah lapangan terbuka yang sering digunakan untuk anak- anak sekedar lari atau belajar naik sepeda. Sewaktu mereka kecil mereka suka sekali main odong- odong dan main pancing- pancingan ikan plastik di sana.
Selain wisata pantai Balikpapan di Pantai Kemala,Lamaru dan Manggar 1 jam dari tempat ini terdapat tempat pemeliharaan orang utan yang terlantar dan perlu direhabilitasi. Nama tempat itu BOS (Borneo Orang Utan Survival) Foundation. Selain itu ada juga tempat pemeliharaan Beruang Madu Borneo serta tempat penangkaran buaya.
Belajar mengemudi menjadi salah satu kegiatan juga yang dilakukan diawal kepindahanku, mengingat suami kadang bertugas juga di Jakarta dan kota lainnya. Betapa enaknya belajar mengemudi di Balikpapan yang tidak pernah macet, akses ke pasar, ke sekolah, ke bandara hanya diperlukan waktu antara 15- 30 menit.
Di tahun ke dua kehadiran kami di Balikpapan lahirlah si buah hati yang kedua. Diikuti juga dengan adanya pembangunan mal yang cukup besar lengkap dengan fasilitas bioskop, juga hadirnya restoran dan tempat makan yang dulu hanya bisa kami nikmati di Jakarta, contohnya es teller 77, donut Jeco dan Solaria.
Tahun 2011 kami dipindahkan ke komplek perumahan dari kantor suami. Masuk kompleks adalah salah satu rejeki yang Tuhan berikan untuk kami di Balikpapan. Masuk kompleks berarti bebas dari rasa takut mati listrik dan mati air, di dalam kompleks tersedia genset besar dan air sendiri yang sudah diolah. Jika terjadi mati listrik, genset otomatis mengambil alih dan menjalankan tugasnya.
Kurang dari 1 tahun, kami lagi- lagi kami dipindahkan ke kompleks perusahaan namun masih di Balikpapan juga tepatnya di Jl. Minyak. Kompleks perumahan dari kantor begitu asri dan hijau karena pohon- pohonnya tidak ditebang. Tapi karena asrinya masih banyak hewan yang bisa ditemukan, seperti monyet, tupai, aneka burung, biawak dan ular. Sempat dua kali rumah kami kemasukan ular, untungnya ular yang hampir 3 meter masih berada di teras dan sempat diamankan petugas keamanan di malam menjelang pagi buta itu.
Arsitek rumah juga rapi dengan banyak kaca yang memungkinkan penghuni menikmati pemandangan serasa berada di Puncak. Saat kami pindah 80% penghuninya adalah orang bule berkebangsaan Perancis. Wajar saja jika di playground, kolam renang, club house pokoknya daerah kompleks kami bahasa Perancis kerap bergaung dimana- mana. Syukurnya mereka mau diajak berbicara bahasa Inggris.
Ternyata ibu- ibu bule ini punya suatu wadah organisasi yang keren banget seperti kelas belajar berenang, melukis, memasak, ketrampilan dan seterusnya. Bahkan mereka menginisiasi membuat kelas Baby group dengan tetangga- tetangga. Kegiatan dimana anak berumur 2-4 tahun saling berinteraksi dan bermain ke rumah tetangga. Tujuannya sich sebenarnya sosialisasi sama temen sebaya dan bisa sharing mainan. Anak- anak tuch excited banget liat mainan baru selain mainan di rumahnya. Tapi karena anak- anak tetangga banyakan berbahasa Perancis dan anak kita gak ngerti, bersama mba Cyndha kami menginisiasi untuk membuat Baby group yang isinya anak- anak Indonesia.
Selama di perumahan kompleks, kami diberikan udara segar bebas polusi dan pekarangan rumah hijau yang indah untuk dipandang, bahkan siyap kami tanami tanaman apapun. Depan rumah kami bahkan ada lapangan bola kecil. Begitu keluar dari kompleks kita disuguhkan pemandangan kilang- kilang yang bertebaran lengkap dengan sebuah tungku tinggi dan api yang tidak pernah mati, keluarga kami menyebutnya api abadi.
Karena Balikpapan bebas dari macet, dan ke rumah teman paling lama 30 menit, berkegiatan menjadi hal yang mudah dilakukan. Contohnya jika kita mau mengadakan suatu kegiatan dan perlu rapat, kita dapat mudah melakukannya di rumah teman. Entah satu kompleks atau di luar kompleks, kalau mau ketemuan di tempat makan kita tinggal sarber, singkatan dari sarapan bersama hehehehe. Ide- ide positif bermunculan dan wadah Bidang Wanita dari kantor telah membawaku melakukan aksi sosial, budaya, olahraga dan keagaaman dalam 1001 bentuk dan rupa.
Selain berkegiatan, rasa Bhinneka Tunggal Ika yang begitu kental terasa di kota yang menamakan dirinya Kota Beriman. Manis dan pahitnya kehidupan dapat kubagi dengan teman yang beragama Muslim,Kristen,Katolik,Budha bahkan Hindu. Sekolah menjadi bagian komunitas malaikat yang kembali Tuhan kirim untuk kami. Anak- anak mereka menjadi sahabat anak- anakku. Rejeki mereka menjadi bagian dari rejekiku. Berbagi hal positif tentang mendidik anak dan sekedar curhat terjadi dlm berbagai WA Group.
Saat ulang tahun ibu dan anak, kami sekeluarga diundang makan siang atau makan malam bersama. Saat berbagi kasih Natal kami dapat berbagi bersama. Saat mereka merayakan Lebaran, kami diajak bersilaturahmi dan menikmati hidangan bersama.. Saat mereka merayakan Imlek, anak kami kecripatan angpao, saat ada guru beragama Hindu diving berlisensi, kamipun kembali menikmati ilmunya.
Ah rasanya 12 tahun keberadaan kami di sorga ini tidak dapat dibayar dengan apapun juga. Ketenangan, kekeluargaan, persahabatan…..terlalu banyak memori indah yang selalu membuatku berlinang air mata.
Terima kasih Balikpapan, jika nanti kami kembali ke Jakarta…
kenangan sejuta rasa itu tak akan pernah terlupakan.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.