Kujelang hari

Rutinitas pagi seorang budak korporasi

Kujelang hari
https://pixabay.com/illustrations/woman-coffee-window-rain-rainy-5632867/

Disapa hujan deras sejak dini hari. Kilat dan guntur datang silih berganti. Aku terbangun sekejap lalu terlelap kembali. Kutarik selimut tinggi-tinggi menyelubungi diri. Alarm menjerit memanggil ku tak ambil pusing, tak mau peduli. Tapi ia tak mau berhenti.. ia memanggil lagi dan lagi, hingga akhirnya akupun frustasi. Dengan kesal, jari jemariku menggapai alarm itu dan memencetnya hingga ia mati. Kemenangan semu menguasai diri. Aku kembali memejamkan mata dan tidur lagi. Lima menit kemudian, alarm kembali berbunyi. Kali ini lebih keras dari yang tadi. Oemji...

Dengan langkah berat tertatih, akhirnya kuberingsut bangun pagi. "Brrr.. rasanya aku tidak sanggup mandi, hawanya dingin sekali", kataku dalam hati. Ku menuju dapur, kubuka pintu kulkas tanpa tujuan yang pasti, ku bengong sejenak di depannya dan kututup lagi. Akhirnya kuseduh secangkir kopi untuk menghangatkan diri. Kubuka tudung saji. "Aha.. ada sepiring gorengan ubi, cocok untuk teman ngopi," jeritku gembira dalam hati. Secangkir kopi di tangan kanan, sepotong ubi di tangan kiri sambil menatap hujan yang turun terus tiada henti. Sungguh nikmat sekali.

Setelah kafein mulai menjalar di seluruh pembuluh nadi, otak mulai cemerlang mengatur strategi. "Jalur mana yang harus aku lalui ke kantor pagi ini, pasti macet dimana-mana nih,"kataku ngomel-ngomel sendiri. Lalu tiba-tiba kusadari, hingga akupun terkekeh geli. "Hihihi..,"aku geli sendiri. Saudara-saudara, ternyata hari ini Minggu pagi. 

Setelah menghabiskan kopi dan ubi, akupun masuk kamar dan tidur lagi.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.