KOPI TERAKHIR

Hampir tengah malam di kedai kopi. Dua cangkir kopi latte, kue cokelat, dan gelisah tersaji di meja kayu. Aku baru akan menelpon, Vino sudah berdiri di pintu. Senyumnya kaku. Sejenak kami dikuasai sepi, sibuk dengan pikiran sendiri.
"Aku tak bisa menunggu, San, ini menyiksaku." matanya basah, bibirnya bergetar.
"Vino, aku mencintaimu." Vino menangis, memelukku dan berbisik, "Aku mencintaimu, San, pergilah dalam damai. Aku segera menyusulmu."
Aku mengangguk. Bersama gelegar guntur dan deras hujan, sebuah peluru menembus jantungku. Vino tersedu lalu menyusulku pergi, dengan satu tembakan di kepala.
***
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.