Kisah Si Nona Hujan

Kisah Si Nona Hujan

Aku memalingkan muka. Terdengar suara grusak grusuk dari belakang meja. Si Pita sedang berberes. Buru-buru ia mengemas berbagai perkakasnya.

“Cepet beresin, tuh Si Nona lagi murung, bentar lagi pasti hujan turun,” tanpa menoleh, Si Pita tahu aku sedang memperhatikannya.

Ku lihat di ujung rungan. Si Nona memang sedang murung. Wajahnya telipat membentuk guratan kesedihan.

Tak selang lama langit mulai gelap. Sinar mentari mulai terhalang awan. Awan hitam mulai berkumpul, siap menumpahkan air yang dikandungnya. Dan benar, bersamaan dengan air mata Si Nona, langitpun ikut menangis.

***

Pagi ini mentari bersinar cerah. Angin semilir terasa begitu menyegarkan. Ah, Si Nona sedang bahagia.

Aku melihat ke ujung dekat jendela. Si Nona sedang tersenyum. Matanya berbinar, memancarkan kebahagiaan.

Bertemulah dengan pria baik, Nona. Berbahagialah, agar seminggu ini langit tidak menangis. Aku resah. Karena aku harus menemui milikku di ujung senja esok lusa.

#farabercerita

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.