Menulis Nonfiksi Kreatif
Bagaimana kalau tulisan nonfiksi menggunakan elemen-elemen fiksi? Simak bagaimana penulis dapat menggabungkan narasi dan refleksi ke dalam karya nonfiksi, tetapi tetap setia pada fakta.
Ternyata menulis nonfiksi itu tidak harus garing dengan bahasa yang datar tanpa emosi. Di dalam genre nonfiksi ternyata terdapat beberapa subgenre yang salah satunya adalah nonfiksi kreatif. Jika menulis dalam subgenre ini, berarti Anda menerapkan gaya dan teknik yang biasa digunakan dalam karya-karya sastra atau fiksi.
Sekilas memang terdengar aneh mengingat nonfiksi adalah karya yang memiliki syarat-syarat yang ketat. Syarat-syarat ini terutama terkait objektivitas dan fakta yang berbasis pada riset atau dengan pengalaman dan pengamatan penulis yang ahli pada suatu bidang. Sementara itu, tulisan fiksi atau karya sastra adalah cerita yang dikembangkan dari imaginasi sang penulis tanpa batas dan memiliki prosa estetis, bukan kalimat-kalimat efektif dan bernada objektif.
Namun, sudah cukup lama genre nonfiksi berkembang menjadi subgenre yang mengintegrasikan gaya tulisan yang bukan sekadar storytelling, tetapi menggunakan struktur penulisan layaknya karya-karya fiksi.
Subgenre nonfiksi kreatif atau creative nonfiction atau sering disebut juga literary nonfiction dan narrative nonfiction dapat ditelusuri dari karya-karya segelintir penulis Amerika pada akhir 1960-an, seperti David Madden dan Lee Gutkind. Gutkind sering disebut sebagai pelopor nonfiksi kreatif. Subgenre ini menjadi mata kuliah di Amerika Serikat pada 1970-an—itu pun tidak mudah diterima pada mulanya karena pemisahan yang kaku antara karya fiksi dan nonfiksi pada masa itu. Di Indonesia, subgenre ini menjadi populer pada tahun 1990-an melalui tulisan-tulisan Gunawan Muhammad, Putu Wijaya, Lelila Chudori, dan Titi Said.
Virginia Woolf
Namun, saat ditelusuri lebih mendalam, ternyata istilah “creative nonfiction” sudah ada jauh sebelumnya dan berasal dari Kanada. Terdokumentasi bahwa pada 1943 di Kanada ada penghargaan karya tulis dengan kategori creative nonfiction yang dimenangkan oleh Bruce Hutchison untuk karya otobiografinya yang berjudul The Unknown Country. Kalau kita melihat lebih jauh lagi pada karya tokoh-tokoh aliran modernis, gaya penulisan seperti nonfiksi kreatif sudah ditemukan pada tulisan-tulisan Virginia Woolf, Ernest Hemingway, dan George Orwell. Bahkan jauh lebih lama lagi, dikatakan bahwa gaya menulis ini sudah ditemukan pada naskah dan puisi zaman kuno.
Karya-karya yang biasanya dikategorikan ke dalam nonfiksi kreatif, antara lain, adalah memoar, otobiografi, biografi, esai pengalaman pribadi (personal essay), jurnalisme sastra (literary journalism), artikel feature, dan travelogue. Dalam karya-karya tersebut, layaknya menulis fiksi, penulis menggunakan dialog, adegan, penggambaran tokoh, dan narasi—intinya, mengawinkan substansi dengan gaya menulis. Mirip fiksi, struktur yang lazim digunakan adalah: peristiwa penting–konflik–klimaks–resolusi–akhir cerita.
Mirip fiksi, struktur yang lazim digunakan adalah: peristiwa penting–konflik–klimaks–resolusi–akhir cerita.
Lantas, apa yang membedakan karya fiksi dan nonfiksi kreatif? Kalau sudah ditambahkan kata kreatif di belakangnya, apakah berarti bahwa tulisannya boleh dikombinasikan dengan cerita-cerita yang dibangun dari imaginasi si penulis? Apakah dapat ditambah dengan narasi fiktif untuk membuat tulisan itu lebih menarik, agar menggugah emosi pembaca, misalnya? Jawabannya tidak. Ribet ya, mau kreatif, tapi dipagari oleh fakta. Justru di situlah seninya nonfiksi kreatif, penulis harus memiliki keterampilan untuk membangun narasi yang tetap setia pada fakta. Karya nonfiksi kreatif menurut motonya Gutkind adalah “True stories, well told”.
Misalnya kalau saya menulis tentang kisah sejarah dan saya menambahkan sebuah adegan atau dialog, tetapi tidak berdasarkan apa yang tertulis dalam dokumen/data yang tersedia, artinya yang saya tulis itu sudah termasuk karya fiksi karena peristiwa diceritakan tidak berdasarkan yang tercatat benar-benar terjadi. Kalau seorang penulis ingin menambahkan sebuah adegan atau dialog berdasarkan interpretasi penulis tentang apa yang terjadi, ia tetap perlu menuliskan semacam catatan atau disclaimer bahwa bagian tersebut adalah karangan penulis. Ini ibaratnya film dokumenter yang menampilkan tulisan kecil di pojok layar, “dramatization” pada adegan-adegan yang menggambarkan apa yang kira-kira terjadi. Nah, itulah hal yang sengaja atau tak sengaja sering saya abaikan.
Hal di atas juga yang membedakan karya nonfiksi kreatif dengan historical fiction. Kalau fiksi sejarah adalah cerita yang dapat dikarang bebas dengan setting sejarah, misalnya sebuah era atau peristiwa bersejarah. Karena ia fiksi, maka tidak semuanya harus seakurat sebagaimana dipaparkan oleh ahli-ahli sejarah. Persamaan nonfiksi kreatif dengan historical fiction adalah keduanya ditulis berlandaskan sebuah riset, tetapi yang pertama adalah 100 persen cerita nyata dan yang kedua adalah sebuah kisah khayalan yang menyertakan kejadian-kejadian nyata pada masa lampau.
Ernest Hemingway
Mungkin muncul pertanyaan, karena berat pada fakta, apakah nonfiksi kreatif sama dengan jurnalisme sastra dan artikel feature? Meski istilah jurnalisme sastra dan nonfiksi kreatif sering diperlakukan sebagai padanan, sebenarnya keduanya tidak sama. Jurnalisme sastra merupakan bagian dari nonfiksi kreatif. Kalau artikel feature juga merupakan bagian dari karya nonfiksi kreatif, tetapi lebih tepat disebut sebagai salah satu bentuk dari jurnalisme sastra.
Sama dengan tulisan jurnalistik tradisional, jurnalisme sastra menggunakan 5W+1H dan kalimat-kalimat yang singkat dan efisien sehingga cukup ringkas. Bedanya, struktur penulisannya tidak menggunakan teknik piramida terbalik sebagaimana yang menjadi pakem jurnalisme biasa. Kekhasan jurnalisme sastra adalah pada gaya bahasanya yang informal dan intim dan sudut pandangnya yang condong pada aspek kemanusiaan, misalnya bagaimana suatu peristiwa faktual berdampak pada seseorang atau kelompok tertentu. Dalam tulisan jenis ini, tak jarang penulisnya juga mengungkapkan pendapat pribadinya sehingga memberi ruang untuk subjektivitas.
5 R nonfiksi kreatif:
- Write about real life
- Conduct extensive research
- W(r)ite a narrative
- Include personal reflection
- Learn by reading
Penyertaan opini dan refleksi penulis memang merupakan salah satu ciri khas karya nonfiksi kreatif. Terdengarnya suara khas penulis di dalam rajutan fakta dan narasi adalah di mana nonfiksi itu menjadi kreatif. Mengambil penjelasan dari situs web Owlcation, suara penulis berperan lebih penting pada tulisan nonfiksi kreatif daripada tulisan fiksi. Dalam karya nonfiksi kreatif, Anda sebagai penulis melalui gaya bahasa Anda menuntun pembaca dari satu fakta ke fakta lainnya.
Tampaknya, memerlukan waktu untuk bisa terampil dalam subgenre ini. Salah satu cara untuk membangun keterampilan Anda dalam menulis nonfiksi kreatif adalah dengan membaca beragam karya dalam subgenre tersebut untuk mempelajari berbagai gaya dan teknik yang digunakan para penulisnya.
Kita dapat meringkas penjelasan di atas ke dalam formula yang selama ini diajarkan oleh para ahli nonfiksi kreatif yang disebut 5 R nonfiksi kreatif:
- Write about real life
- Conduct extensive research
- W(r)ite a narrative
- Include personal reflection
- Learn by reading
Sudah ada beberapa pelatihan yang tersedia, termasuk di Indonesia, jika Anda ingin belajar menulis nonfiksi kreatif. Kalau para senior di TheWriters.id pasti sudah paham mengenai subgenre ini. Silakan kalau ada pembaca yang ingin menambahkan informasi terkait lainnya pada kolom komentar atau mengoreksi penjelasan saya jika ada yang kurang tepat. Terima kasih.
Gambar: Pinterest
Sumber:
Bradley, William (2015) ‘Putting the "Creative" in Nonfiction.’ Creative Nonfiction. https://creativenonfiction.org/writing/putting-the-creative-in-nonfiction/ [Diakses 28 Januari 2023].
Dupuis, Leon (2022) ‘The Five R's of Creative Nonfiction.’ Owlcation. https://owlcation.com/humanities/The-Five-Rs-of-Creative-Non-Fiction [Diakses 28 Januari 2023].
Glatch, Sean (2020) ‘Understanding Creative Nonfiction: What It Is and How to Write It.’ Writers.com. https://writers.com/what-is-creative-nonfiction [Diakses 28 Januari 2023].
Gutkind, Lee (2021) ‘The New Outliers: How Creative Nonfiction Became a Legitimate, Serious Genre.’ Literary Hub. https://lithub.com/the-new-outliers-how-creative-nonfiction-became-a-legitimate-serious-genre/ [Diakses 28 Januari 2023].
hmn.wiki (2023) Nonfiksi kreatif. https://hmn.wiki/id/Creative_Non-Fiction [Diakses 28 Januari 2023].
Moore, Dinty W. (n.d.) ‘Why We Call It "Creative Nonfiction”.’ Creative Nonfiction. https://creativenonfiction.org/writing/why-we-call-it-creative-nonfiction/ [Diakses 28 Januari 2023].
Sparks, Alicia (2023) ‘What Is Creative Nonfiction?’ Language Humanities. https://www.languagehumanities.org/what-is-creative-nonfiction.htm [Diakses 28 Januari 2023].
Wikipedia (2023) Jurnalisme sastra. https://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalisme_sastra [Diakses 28 Januari 2023].
Writer's Relief (2022) Writing Historical Fiction Vs. Creative Nonfiction. https://writersrelief.com/2022/06/23/writing-historical-fiction-vs-creative-nonfiction-writers-relief/ [Diakses 28 Januari 2023].
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.