Karya Dahsyat Perempuan Hebat
Peluang usaha bagi perempuan diberbagai bidang, kaum perempuan penerus cita-cita R.A. Kartini harus kreatif dan inovatif.
Setiap bulan April menjelang peringatan Hari Lahir Ibu Kartini tanggal 21 April, rasanya tangan ini tak bisa diam, ia inginnya terus menari-nari di atas kertas atau di atas tombol komputer. Menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan itu mudah tetapi untuk tulisan yang dapat menggugah hati manusia, teristimewa kaum perempuan rupanya tidak mudah. Berkecambuk di pikiran ini, siapa sesungguhnya ‘tulang punggung’ keluarga itu? Suami atau isteri (jika ia sudah berkeluarga), laki-laki atau perempuan penanggung jawab mencari nafkah?
Sebagaimana kita saksikan dan alami bersama, selama bulan puasa yang berlangsung 30 hari lamanya, setiap sore jelang berbuka puasa, berderet orang berjualan jajanan (takjil), berbagai kudapan yang bisa dinikmati sesaat setelah berbuka puasa, terutama bagi mereka yang masih sedang dalam perjalanan. Biasanya berupa makanan manis dan segar, seperti kolak pisang, sop buah, es kelapa muda, es campur, lontong nasi (arem-arem), aneka gorengan, dan lain-lain. Pertanyaannya, siapa umumnya yang menyediakan/menyiapkan semua itu, tentunya kaum perempuan bukan, maka pantaslah ia dikatakan mempunyai karya yang dahsyat.
Berbagai menu dikemas untuk menjadi suatu sajian yang sedap, indah dipandang dan lezat disantap. Kreativitas dan inovasi dipikirkan terus-menerus agar tersaji menarik dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Di samping kudapan tentu disambung dengan berbagai macam lauk yang benar-benar membangkitkan selera makan bagi keluarga dan siapa saja yang memerlukannya. Di sinilah hebatnya perempuan, ia berpikir, ia berkarya, ia berjuang, bahkan ia siap ‘banting tulang’ demi bergulirnya roda ekonomi keluarga di tengah segala kesempitan dan himpitan.
Di tengah situasi pandemi covid-19 yang berlangsung lebih dari dua tahun lamanya. Terjadinya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di sana-sini, sehingga banyak keluarga yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, perempuan hebat tampil dan berjuang demi kesejahteraan seluruh keluarganya. Peran perempuan sejak dulu hingga kini tidak bisa dipandang remeh (sebelah mata). Kalau di luar sana ada yang mengakui bahwa di balik kesuksesan seorang suami pasti ada perempuan hebat di belakangnya, pernyataan itu perlu dibuktikan. Melalui kesempatan ini, di bulan April ini segenap bangsa Indonesia tidak ada yang tidak mengenal tokoh perempuan yang bernama R.A. Kartini.
Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879, putri tertua dari keluarga Ningrat Jawa atau biasanya dikenal sebagai keluarga priyayi atau bangsawan. Ayahnya Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Sosroningrat dan ibu bernama M.A.Ngasirah yaitu putri dari seorang guru dan keluarga Kartini dikenal cerdas. Tujuan peringatan Hari Kartini adalah menghormati perjuangannya untuk mewujudkan kesetaraan kesempatan antara laki-laki dan perempuan di era modern, secara khusus terutama dalam bidang pendidikan dan secara umum kesetaraan gender di semua bidang. Teringat penulis ketika masih duduk di bangku SD – SMP – SMA, semua peserta didik perempuan diwajibkan memakai kebaya ketika tanggal 21 April.
Bukti Kehebatan Kaum Perempuan
Sengaja penulis menggunakan kata perempuan karena kata perempuan berasal dari kata per–empu–an, yang memiliki arti ahli atau mampu, orang yang mampu, orang yang mahir, karena empu berarti tuan. Kata perempuan bernilai cukup tinggi, sarat akan keberdayaan, salah satu buktinya kata perempuan dipakai sebagai simbol pergerakan, misalnya Kongres Perempuan Pertama, tanggal 22 Desember 1928. Pada zamannya, R.A. Kartini terus berjuang untuk kaumnya, melalui tulisan-tulisannya yang dimuat oleh majalah perempuan di Belanda, kemudian dibukukan dan diberi judul Door Duisternis tot Licht atau dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai ‘Kegelapan Menuju Cahaya’. Pada tahun 1922 tulisan tersebut diterbitkan menjadi buku kumpulan surat R.A. Kartini ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’.
Perempuan tidak saja berkarya di bidang masak-memasak, melainkan juga aneka kue kering dan kue basah, tata busana, berbagai kerajinan tangan dan perawatan tubuh, dunia kecantikan dan masih banyak lagi. Hebatnya ia mampu bekerja sama dan membangun kolaborasi dengan kaum laki-laki. Setelah karyanya jadi (ready), ia memasarkannya lewat media sosial seperti FB, IG, WA, didukung dengan gambar-gambar foto yang sangat menarik sehingga menimbulkan bangkitnya selera untuk membeli dan menikmati. Kemudian ia menjalin komunikasi dan kerja sama juga dengan jasa Gojek, Grab, Kurir, sehingga beraneka rupa paket pun saling bergantian tiba di rumah atau tujuan masing-masing.
Selain memberi rejeki kepada orang lain, perempuan hebat itu juga menjalin kerjasama dengan berbagai jasa layanan, misalnya dengan ‘Si-Cepat’ yang kini telah mengembangkan sayapnya dengan melayani Si-Cepat Food. Semua orang yang rajin tentu bisa menangkap peluang, apapun dan bagaimanapun situasinya. Peluang itu harus dijemput, peluang itu sulit datang berulang, karenanya manusia harus rajin dan cekatan. Sekalipun pandemi covid-19 itu belum sepenuhnya usai namun, geliat perekonomian sudah mulai nampak. Penulis sendiri mengamatinya, betapa larisnya gerai-gerai kuliner di mal-mal setiap hari terutama menjelang berkumandangnya azan magrib.
Banyak orang sudah sangat rindu untuk menikmati makan bersama keluarga dan atau sahabatnya setelah dua tahun lamanya terkendala. Meskipun demikian tetap harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, semua itu dilakukan demi menjaga agar tetap sehat karena dengan badan yang sehat orang dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Diberbagai konter makanan siap saji nampak pengendara gojek berderet antri untuk memenuhi pesanan pelanggannya. Sungguh melegakan hati karena roda perekonomian berputar kembali.
Usaha di bidang kuliner memang cukup menjanjikan, apalagi di bulan ramadhan. Ide usaha kuliner di bulan puasa memang harus dikembangkan, dipicu dan dipacu, direalisasikan oleh tangan-tangan terampil baik oleh kaum perempuan maupun kaum laki-laki, itulah yang dimaksudkan Kartini, yakni adanya kesetaraan gender. Laki-laki dan perempuan setara dalam perannya, saling melengkapi dan bersinergi dalam bekerja. Penulis optimis, pasca pandemi Indonesia pasti bangkit, mari ubah pesimis menjadi optimis. Tidak hanya optimis di bidang kuliner saja melainkan kuliner erat kaitannya dengan pariwisata dan pariwisata erat juga dengan souvenir, transportasi, dan lain-lain.
Jakarta, 18 April 2022
Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.