INDAHNYA PERBEDAAN
Di dunia ini tak ada seorangpun yang persis sama sekalipun mereka anak kembar. Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) adalah: ‘Berbeda-beda tetap satu jua’. Itu menjadi semboyan bangsa Indonesia dan tertulis pada lambang negara Garuda Pancasila. Indonesia merupakan negara kepulauan, ada 17.508 pulau besar dan kecil. Seluruh WNI menginginkan Indonesia yang bersatu-rukun-tertib-aman-sejuk dan damai.

Beda itu indah pembaca! Di dunia ini tak ada seorangpun yang persis sama sekalipun mereka anak kembar. Itulah Maha Kuasanya Tuhan Sang Pencipta dunia dan seluruh isi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, mengapa adanya perbedaan selalu dijadikan pemantik pertikaian? Coba kita bayangkan, kalau saja pelanggi itu waranya hanya merah semua atau hijau semua, tentu tidak akan elok dipandang. Justru warna-warni itulah yang nampak indah. MEJIKUHIBINIU (Merah-Jingga-Kuning-Hijau-Biru-Nila-Ungu).
Perbedaan jangan dianggap sebagai penghalang untuk bersatu. Bukankah makna Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity) adalah: ‘Berbeda-beda tetap satu jua’. Itu menjadi semboyan bangsa Indonesia dan tertulis pada lambang negara Garuda Pancasila. Indonesia merupakan negara kepulauan, ada 17.508 pulau besar dan kecil. Keberagaman Suku, Agama, Ras, Antargolongan (SARA) dan aneka bahasa, adat-istiadat, serta kebudayaan harus dipandang sebagai anugerah Yang Maha Kuasa. Walaupun sangat beragam, bangsa Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hidup dan berkediaman di NKRI harus bisa toleransi, saling menghormati, saling menghargai, saling tolong-menolong (gotong royong) akan menjadikan bangsa ini kuat dan maju.
Menuju Indonesia emas di tahun 2045 harus dipersiapkan mulai sekarang. Biarlah perbedaan itu kita syukuri, kita bisa tumbuh bersama, besar bersama dan tetap memiliki cara pandang yang satu (Persatuan Indonesia), jangan sampai kerukunan ini menjadi koyak karena mau benar sendiri, mau menang sendiri, sehingga semua yang tidak sepaham dianggap lawan atau musuh. Perbedaan bukanlah sebuah kekurangan yang harus dipertentangkan, melainkan marilah kita memandangnya sebagai suatu kekuatan yang harus terus-menerus dihayati/diinternalisasikan di dalam setiap diri manusia Indonesia demi merealisasikan semangat persatuan dan kesatuan. Dalam persatuan kita menemukan energi yang dahsyat, bersinergi (menyatukan energi untuk menopang berdiri tegaknya Indonesia tercinta).
Heterogenitas dan pluralitas yang tercermin pada masyarakat Indonesia itulah cerminan dari Sila ke 3 Pancasila (Persatuan Indonesia). ‘Bersatu kita teguh – bertengkar kita runtuh’. Sejak mula berdirinya Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk. Berbeda tak selalu harus diributkan, karena berbeda bisa menjadi rahmat dan dengan perbedaan kita belajar untuk bertoleransi, dengan perbedaan pula kita dengan lapang dada memberikan apresiasi kepada sesama. Kalupun kita berbeda keyakinan, bukankah kita adalah sama-sama manusia; mengapa hati dan pikiran disulut dengan kebencian? Seluruh WNI menginginkan Indonesia yang bersatu-rukun-tertib-aman-sejuk dan damai.
Indonesia bangsa yang cinta damai, para pendiri bangsa ini telah bersepakat mengikat keberagaman dengan Pancasila. Oleh karena itu, jadikanlah Indonesia negara yang mempunyai kesepakatan yang berasaskan tunggal yaitu Pancasila sebagai dasar negara dengan menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa pada Sila pertama. Sadar dan setia akan semangat Persatuan yang dijiwai nilai Kemanusiaan dan Keadilan, Kehidupan Demokrasi di Indonesia senantiasa menjunjung tinggi Musyawarah yang dipimpin Hikmat Kebijaksanaan. Suatu mekanisme dan suasana batin yang penuh hikmat dalam permusyawaratan itulah yang diharapkan akan mampu mendekatkan cita-cita Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tidak mungkin keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia akan terwujud jika setiap warga negara nya tidak menghayati dan setia pada berketuhanan, berkemanusiaan dan penuh semangat menjaga persatuan dan kesatuan. Berketuhanan merupakan fondasi dan kesadaran awal yang harus ditanamkan pada diri sendiri setiap insan Indonesia melalui berbagai jalur pendidikan sejak dini, baik di lingkungan rumah tangga maupun sekolah. Dalam semangat keindonesiaan menjadikan masyarakat Indonesia lebih nasionalis dan rasional dalam memahami sesama manusia termasuk agama dan keyakinannya.
Lembaga pendidikan baik formal maupun non formal hendaknya tetap diwajibkan menyajikan Pendidikan Pancasila. Bukankah tujuan pendidikan itu sendiri adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya, yakni membantu mereka atau masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan berbeda satu sama lain. Sebagai pendidik, guru hendaknya mau dan mampu memahami ciri khas peserta didiknya, itulah yang akan dapat meningkatkan kualitas belajar sekaligus meraih hati anak (peserta didik), membangun sikap toleransi beragama dalam masyarakat plural harus senantiasa didengungkan dalam pengajarannya baik di kelas maupun di luar kelas.
Sekolah harus membuat peserta didik peka terhadap persamaan dan perbedaan di antara cara-cara tiap-tiap agama yang berbeda menyangkut eksistensi manusia dan mendorong setiap peserta untuk memegang dan memeriksa kepercayaan mereka dalam satu sikap bertanggung jawab. Mendidik siswa (peserta didik) nya untuk menjadi warga negara yang baik dan benar, menjadi manusia yang memiliki integrasi antara kapasitas dan sensibilitas, intelektual, moral dan kapasitas sensibilitas (kepekaan) sehingga mereka nantinya merasa betah hidup dalam dunia yang dihuni manusia yang kaya dengan keanekaragaman. Adanya perbedaan itu wajar dan hak setiap individu, yang tidak boleh adalah perpecahan saat menemui perbedaan.
Indahnya perbedaan menuntun kita untuk menyusun kekuatan dalam kebersamaan, karena dapat:
- Melihat peluang dengan puluhan mata.
- Saling mengisi dan menguatkan.
- Berbagi kompetensi dalam menghadapi tantangan ke depan.
- Memecahkan masalah bersama.
- Belajar bersama, tumbuh bersama dan besar bersama.
Indonesia mewarisi budaya peradaban yang tinggi dengan adat-istiadat dan kebudayaannya. Sudah sejak zaman nenek moyang kita Indonesia adalah bangsa yang beradab dan halus budi pekerti. Oleh karena itu, sebagai penutup tulisan ini, ijinkan penulis melukiskan:
- Indahnya pelangi karena warna;
- Indahnya taman karena bunga;
- Indahnya hati karena kebaikan;
- Indahnya cinta karena ketulusan dan
- Indahnya hidup di Indonesia ini, jika kita saling menghormati-saling menghargai-saling tolong-menolong, sesuai semangat gotong-royong.
Jakarta, 3 Juni 2021
Salam sehat dari penulis; E. Handayani Tyas – [email protected]
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.