Belalang Batuk

daun jintan ternyata disukai belalang

Belalang Batuk
Belalang pengunyah daun jintan (foto: rase)

Pernah lihat belalang batuk? Belum? Saya juga belum pernah lihat. Tetapi saya punya hipotesis bahwa belalang juga bisa batuk. Saya punya bukti kuat tentang hal tersebut.

Sebelum menulis lebih lanjut tentang belalang batuk, izinkan saya terlebih dahulu membahas satu jenis daun, yaitu daun jintan. Ini ada kaitan erat dengan hipotesis soal belalang batuk tadi.

"Daun apa?"

Mungkin begitu respon Anda: bertanya soal daun yang saya maksud.

Namanya daun jintan. Orang mungkin menyebutnya dengan nama lain. Yang paling mudah untuk mengingatnya adalah nama mint meksiko. Mint meksiko ini rasanya lebih 'pedes' dari mint jenis lain. Daunnya lebih besar, lebih tebal dan sedikit berbulu. Penampakan batang tanaman ini juga lebih kekar. Jika kita pegang daunnya, sudah bisa dipastikan aroma kuat dan khas akan menempel di tangan.

Jintan?

Iya, jintan. Namun perlu diketahui bahwa setidaknya ada tiga tanaman berbeda memakai nama 'jintan'. Ada jintan putih, jintan hitam dan daun jintan.

Yang paling umum adalah jintan putih, sering disebut jinten (bahasa Jawa). Bentuknya seperti gabah dengan ukuran lebih kecil, ringan dan tentu saja tidak ada beras di dalamnya. Hehe. Jinten ini biasa dipakai bumbu. Masakan kari adalah salah satu yang perlu jinten.

Pernah dengar Habbatussauda? Itu adalah nama lain jintan hitam. Yang ini biasa digunakan sebagai obat herbal. Bentuknya mirip jinten, dengan ukuran lebih besar sedikit, berwarna hitam.

Nah, si daun jintan alias mint meksiko, beda lagi. Berbentuk daun. Ada yang menyebutnya cuban oregano. Bisa dibayangkan ini daun yang beraroma kuat dan khas.

Ketiga jintan ini berasal dari keluarga tanaman yang berbeda. Coba kita cek dari nama keluarga dan nama latinnya, ya?

Jintan putih bernama latin Cuminum cyminum. Ia berasal dari keluarga Apiceae.

Jintan hitam, atau habbatussauda, memiliki nama latin Nigella sativa. Ia termasuk dalam keluarga Ranunculaceae.

Si daun jintan, berasal dari keluarga Lamiaceae. Nama latinnya Plectranthus amboinicus.

Ada beberapa khasiat daun jintan bagi kesehatan. Salah satunya adalah obat batuk, dan saya berkali-kali membuktikan kemanjurannya.

Saya pernah batuk yang enggak kunjung sembuh. Laaammmaaa buangeeet batuknya. Melebihi 100 hari, jadi bukan jenis batuk ini. Saya tidak memeriksakan diri ke dokter, hanya berusaha sembuh dengan obat bebas dan ramuan herbal. Sebenarnya sih, lebih sering saya biarkan saja. Haha. Meskipun capek juga lho, batuk terus.

Rupanya yang capek denger saya batuk tidak hanya saya. Orang-orang di sekitar selalu berkomentar dan memberi saran obat. Biasanya saya hanya iyakan, tanpa benar-benar saya kerjakan. Hehe. Lha, gimana? Sarannya sudah saya pernah coba dan tidak mempan. Misalnya, nih, saran paling populer adalah perasan jeruk nipis dan kecap. Mungkin saya salah dosis atau salah ngeracik, yang jelas tidak mempan untuk batuk saya.

"Mbak, coba ini," seorang teman mengulurkan sepotong tanaman hijau berdaun. "Sekalian saja ditanam, gampang, kok," lanjutnya.

Karena saya belum pernah nyoba ramuan ini, saya tertarik.

"Ambil satu atau dua daun segar, cuci bersih, bilas air matang, lalu kunyah saja," begitu teman menjelaskan.

HUUAAAAAHHHH!!!! Pedesnya minta ampun! 

Saya penyuka mint, peppermint dan permen segar lainnya. Tapi yang ini .... Hadddooohhhh!!! Saya urung mengunyah daun kedua. Hahahaha.

Tapii ... sesaat kemudian (alias enggak pakai lama!) Tenggorokan rasanya lega dan enteng. Yang penting, batuknya ilang

Wuih! Mujarab bener, ya???

Pernah beberapa kali berikutnya saya batuk, atau merasa tidak enak di kerongkongan karena ada radang. Biasanya sih jika terlalu capek atau kurang tidur. Ya wis, tinggal petik daun jintan, cuci dan kunyah. Dosis saya cuman satu helai saja. 

Ya, saya akhirnya punya tanaman daun jintan dalam pot. Tanaman ini sama sekali enggak rewel. Ia hidup dengan subur. Hijaunya cantik, daunnya cepat sekali tumbuh. Tidak ada ulat atau hewan lain yang tertarik mengunyahnya.

Nah ... sampai beberapa minggu terakhir ini ...

Ketika saya pindah ke kota ini lima bulan lalu, saya membawa beberapa tanaman yang tak tega saya tinggalkan, termasuk si daun jintan. Dengan riang, dia menyesuaikan diri dan tumbuh subur.

"Lho? Kok daun jadi berlubang-lubang? Siapa yang mau makan daun pedes begini?" Saya benar-benar heran. Saya coba amati, tidak ketemu oknum penyebabnya. Ulat juga tidak ada. Saya menuduh ulat, karena kapan hari ada ulat di tanaman kari, sampai pohon yang masih kecil itu gundul.

Jeng jeng!

Suatu pagi, saya akhirnya potong daun-daun yang berlubang. Terlihatlah siapa yang mengunyah daun jintan: belalang!

Makanya saya mengajukan hipotesis itu tadi, bahwa belalang bisa batuk. Hahahaha.

Lha, gimana coba? Di rumah dulu, ada belalang, tapi daun jintan aman-aman saja. Di sini, sebenarnya si belalang tinggal lompat ke arah selatan, paling sekitar 20 lompatan, ke kebun Pak Azis. Di sana ada banyak tanaman yang daunnya lezat buat belalang. Ngapain coba si belalang ngunyah-ngunyah daun jintan???

Tapi .. kalo dia batuk, pasti batuk parah ... lha banyak sekali daun berlubang!!! Bingung kan antara mo ketawa atau prihatin dengan batuknya si belalang. Wakakakakk.

Yaaa ... kalo mencoba berpikir positif sih, siapa tahu itu belalang ada DNA leluhur dari Meksiko. Jadi dianya seneng nemu mint meksiko ini. Hahahaha.

Atau Anda punya hipotesis lain? (rase)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.