Before the Show
Pernahkah terpikir bahwa ketika kita memesan kopi, kita menciptakan ketidakadilan kepada alat seduh yang tidak kita pilih? Pernahkah terpikir bahwa si alat seduh menjadi minder karena tidak pernah atau jarang digunakan?
![Before the Show](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_6456220a4d7a1.jpg)
Eppi berdiri mematung. Ia melotot memandang Vivi yang menurutnya terlalu centil. Vivi yang bertubuh putih sempurna itu segera jadi primadona. Hasil kerjanya clean and perfect, tak ada yang mampu menandinginya, begitu kata orang. Bahkan Phin memuja Vivi, dan ikhlas jadi nomor dua. "Jadi nomor buntut serasa jadi underdog", demikian gerutu Eppi. Ia tak pernah sekalipun mendapat giliran menunjukkan keahliannya.
Telah sebulan mereka bertiga ada di kedai kopi mungil ini. Orang-orang yang datang selalu memesan kopi hasil kerja Vivi. Satu dua orang dalam seminggu menunjuk Phin yang bekerja. Eppi? Belum ada satupun yang menyuruhnya. "Apa kekuranganku?" tanda tanya besar bagi Eppi.
Hingga suatu sore, seorang tamu datang dan menunjuk Eppi. "Saya suka kopi tubruk, tetapi saya tidak mau ampasnya," begitu alasan tamu itu. Ia meminta kopinya diseduh memakai Eppi, alias si french press. Eppi menari kegirangan ketika ia diangkat dari rak. Ia bersiul-siul gembira ketika mendapat guyuran air panas sebagai preheat. PYAAARRR!! Eppi pecah terbanting ke lantai. Tangan si penyeduh terciprat air panas sehingga Eppi terlepas dari genggaman. Hilang sudah peluang mempertontonkan kebolehannya. (rase)
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.