ALONE

Menikmati pancingan identik dengan berimajinasi dalam menulis

ALONE

ALONE

Berulang kali teman-teman membujukku untuk bersedia menemani Mereka memancing di Laut. Jujur saja yaaa, bukan Aku tidak mau. Tetapi Aku tidak menemukan keasyikan memancing. Aku termasuk manusia yang malas bergerak, apalagi untuk aktifitas yang berkeringat. Kebayangkan kalo mancing, lempar pancing terus bengong nungguin pancing disenggol sama Ikan. Padahal Ikannya sendiri juga baru bangun dan masih asyik ngelamun, eeeh dipancing. Khan aneeeeh.

Lebih aneh lagi mancing di kolam. Lhaaa gimana ga’ aneh coba. Pertama ikannya dilepas sama pemilik kolam, terus Kita pancing dan dapat. Habis itu dikiloin, bayar dan dibawa pulang, dimana asyiknya. Udahlah mending kalo mau bawa ikan untuk disantap di rumah, udah sekalian beli aja di pasar.

“Ya udaaah, kalo gitu Kita mancing di Laut aja tapi kamu ikut yaaa”, kata Arman meyakinkanku.

“Wuaduh ke laut? Kataku heran.

“Iya, Kita mancing ke Laut, sensasinya beda lho” Irma mencoba menjelaskan.

“Ya mancing, mancing aja. Pasang umpan, lempar ke laut habis itu nunggu sambil ngelamun umpannya dimakan ikan. Terus Tarik. Ya udah, dimana sensasinyaaaa” kataku mencoba membantah.

“Gini deh, Kamu ikut aja. Nanti terserah disana mau mancing boleh mau berenang silahkan” Kata Michel ga sabaran.

 

Akhirnya Kami berangkat menuju Kepulauan Seribu untuk memenuhi Hasrat teman-teman memancing. Sepanjang perjalanan perutku ga bisa diajak kompromi. Rasa mual yang sangat membuatku ingin muntah dan serasa dunia berputar terbalik. Dalam situasi setengah pingsan, Aku melihat diriku dikerubuti para Alien lengkap dengan peralatan pancingnya. Tetapi yang menjadi sasaran pancing adalah diriku. “iiiiih sereeeemmmmm”.

Setelah menempuh perjalanan laut yang membosankan tersebut, kami tiba di Pulau Bidadari. Kami berencana menginap selama tiga hari dua malam. Berbeda dengan teman-teman, kalo Mereka sibuk menyusun rencana memancing mengitari beberapa pulau dan menuju titik rumpon yang telah disiapkan oleh Pemandu. Sedangkan Aku malah sibuk mencari ide untuk menulis perjalananku yang membosankan ini.

Kami turun dari Kapal dan dengan sempoyongan Aku berjalan menuju tempat istirahat yang telah disiapkan oleh pemandu wisata. Sambil menunggu pembagian Kamar, Aku bangkit dan melangkah bertelanjang kaki mengitari pemandangan dan mencoba memikirkan apa kira-kira yang Kutulis. Kalo teman-teman berpikir berapa banyak Ikan yang akan dibawa pulang, kalo Aku sih berapa tulisan yang dapat kuhasilkan.

Di bibir pantai, terlihat seorang nelayan menurunkan hasil tangkapan sekelompok rombongan yang baru selesai memancing. Kelihatannya Mereka adalah pemancing yang sudah terbiasa memancing di laut. Ini terlihat dari banyaknya hasil tangkapan yang Mereka dapatkan. Beberapa Ikan terlihat masih mengeluarkan darah dari mulutnya. Mungkin karena melepaskan kail pancingnya dilakukan secara kasar, sehingga merobek mulut ikan tersebut.

Tanpa terasa panas matahari mulai membakar tubuh dan telapak kakiku, dengan langkah cepat Aku kembali ketempat istirahat.

“Lhoooo, Koq kosong?”tanyaku dalam hati.

“Teganya ga ngasih tahu, WA kek?’ gumamku ketus dan Aku mengambil HPku untuk memeriksa pesan yang masuk.

“Oalaaaaaaaaah, habis batere” kataku seraya mentertawai diriku sendiri.

Tak lama kemudian Pemandu wisata datang menjemputku dan kemudian Kami berjalan menuju Kamarku. Sambil meletakkan ransel dan menghempaskan tubuh ringkihku di ranjang, kucoba melepas Lelah hingga akhirnya Aku tertidur.

Saat terjaga, Aku terkejut ternyata hari sudah malam. Kulirik jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 09.00 malam.

“Wuaduh, Aku ketiduran! Kok kawan-kawan ga ngebangunin sih!”pikirku, sambil mencari HPku.

“Kuatroooooook, kenapa ga dicharge yaaaaaaaaaa!, kataku sambil menyesali diri. Aku bangkit mencari colokan listrik untuk mencahrge HPku dan akan segera tahu apakah Mereka mencari-cari ato ada upayalah untuk membangunkanku. Memang Kuakui, kalau sudah tidur, jangankan dibangunkan dengan teriakan, bom meledak disampingkupun belum mampu membangunkan tidurku.

Sambil menunggu HPku menyala, aku segera mandi dan Sholat.  Kemudian Aku telepon Restoran untuk memesan makan malam. Dari seberang Telepon operator menjawab, bahwa makan malam sudah disiapkan di restoran dan satu jam ke depan makanan akan dibereskan.

Aku tergesa-gesa menuju restoran dan terlihat suasana restoran juga agak sepi. Aku mengambil makanan seadanya dan menyantap makan malam sendirian.  Selesai makan dan sambil menunggu pesanan Kopiku datang aku merogoh jaketku untuk mengambil HPku.

“Dasar manusia super!,  HPnya khan masih  di kamar!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.