Alien

PR latihan menulis dengan 6 kata ajaib : perahu, alien, telanjang, darah, ranjang, kopi.

Alien

 

Namaku Caroline, Kakakku bernama Alina.
Tapi Omaku selalu memanggil kami dengan nama yang sama, “ALIEN!”
Memang dulu kita sering tertukar, mengira Oma memanggilku, ternyata memanggil kakakku.
Tapi lama kelamaan kita menjadi terbiasa, kita bisa menduga dari konteks kalimatnya.
“Alien, Jangan pakai rok mini, kamu masih kecil, enggak usah sok sexy!” kata Oma
Itu pasti panggilan Alien untukku.
“Alien, jangan kebanyakan main game, nanti oma buang tuh nintendonya!” itu pasti panggilan Alien untuk kakakku Alina.
Kami sudah berkali-kali minta dipanggil dengan nama yang berbeda, tapi Omaku tetap saja memanggil kami Alien. Akhirnya kita menerima saja kenyataan ini.
Omaku mungkin sudah mulai pikun.
“Alien, ambilin KOPI, sekalian pijitin aku. Masaknya udah selesai belum? aku lapar nih!” seru Oma.
Kalau yang itu bukan panggilan Alien untuk aku atau kakakku. Tapi untuk bi Ijah, pembantu kami. Jauh sekali ya Ijah jadi Alien. Maklumlah omaku memang sesuka-sukanya. Semua orang dipanggil Alien.
Kadang kadang bi Ijah memanggil kami Alien satu dan Alien dua. Alien satu adalah kakakku Alina sebagai cucu pertama. Aku adalah Alien dua. Dan bi Ijah menamakan dirinya sendiri Alien tiga.
Sering aku dan Alina juga iseng menggunakan nama Alien satu, dua dan tiga. Hingga teman teman kami ikut ikutan memanggil seperti itu.
Bi Ijah segera membawakan makanan dan kopi ke RANJANG Oma.
Oma memang suka makan di ranjangnya, malas turun dari ranjang.
Oma membaca alkitab kesayangannya. Kadang kadang Oma mengundang pendeta untuk datang. Karena Oma sering sakit dan suka malas pergi ke gereja. Buku alkitab itu sudah tua, penuh coretan coretan Oma. Setelah membaca alkitab, biasanya Oma akan memberikan nasehat nasehat untuk kita. Nasehat yang sama yang diulang-ulang setiap hari, kita sudah hapal.
“Alien jangan suka pakai baju terbuka, kamu harus pintar menjaga diri, baru umur 17!” kata Oma.
“17 sudah dewasa Oma!” aku membela diri.
“17 masih kecil, Alien!, Laki laki yang baik tidak suka melihat wanita pakai pakaian seperti itu, nanti kamu cuma menarik laki laki bajingan!” kata Oma.
“Tapi ini enggak sexy Oma, cuma tank top sama celana pendek doang kok. Semua anak juga pake, Oma kuno sih!” gerutuku.
“Alien, kamu jangan malas, main game terus, kapan kamu belajar?” tegur Oma pada Alien satu.
“Kan aku sudah buat PR Oma, hari ini hari minggu kok, boleh dong main!” kata Alien satu.


Kedua orangtuaku sudah meninggal sejak aku masih bayi. Kakakku pun tidak ingat wajah orangtuaku. Kami hanya berbeda 2 tahun. Alina sama sekali tidak memiliki kenangan tentang orangtua kami. Tidak ada foto foto mereka. Mungkin omaku lupa di mana menyimpan foto foto itu. Kami memiliki gudang besar di lantai 3 yang penuh dus dus tua. Tidak ada yang berani masuk ke sana, karena kabarnya berhantu.
Bahkan foto Opa kami pun tidak diketahui keberadaanya. Siapa nama orangtua dan Opa kami pun kami tidak tahu. Omaku sudah lupa semuanya. Setahuku semua saudara kami tinggal berjauhan di luar pulau, bahkan diluar negeri. Tapi tak ada satupun yang kami ketahui alamatnya atau nomer teleponnya. Kami memang hidup terasing dengan Oma kami yang sudah pikun. Oma sudah lupa semua saudara kami.
Pembantu kami bi Ijah baru bekerja setelah Opa dan orangtua kami meninggal, bi Ijah juga tidak tahu tentang mereka.

 

Aku mendapat tugas dari guruku untuk membuat silsilah keluarga. Aku kebingungan harus menulis apa, nama orangtua kamipun kami tak tahu. Aku meminta tolong kakakku untuk membantuku.
“Alien satu, bantuin gue dong!,  Kita bongkar gudang di atas yuk. Kita harus cari foto keluarga kita, cari kartu keluarga kita.”
“Ah takut ah, kan gudang itu berhantu!” kata Alien satu.
“Ah penakut kamu, udah gede masih takut hantu, kan kita bongkarnya siang siang. Mana ada hantu siang siang!” ujarku.
Akhirnya mau juga Alien satu membantuku.
Berjam jam kami di gudang, tapi belum ketemu juga kartu keluarga atau foto orangtuaku. Masih banyak kardus yang belum kami buka.
Kubuka kardus yang kesekian. Di dalamnya ada beberapa album foto. Aku berdebar debar, berharap menemukan foto orang tua kami. Kulihat foto foto seorang gadis cantik yang berpose seperti model. Kulitnya putih, hidungnya mancung, bibirnya tipis, rambutnya bergelombang. Ada pose di dalam PERAHU, di tengah laut. Dia mengenakan aneka baju renang, dari 1 piece hingga bikini. Lekukan tubuhnya indah, tinggi semampai.
“Mungkin ini Mama kita!” ujarku.
Alien satu ikut penasaran, membalik balik album foto itu.
“Sepertinya foto itu hasil jepretan photographer. Kelihatan pencahayaannya professional.” kata Alien satu.
Masih banyak pose pose cantik lainnya dengan berbagai latar belakang pemandangan yang indah. Lalu kami menemukan sebuah majalah tua dengan foto wanita cantik itu sebagai covernya.
“Lihat, mama kita ternyata cover girl!” kataku bangga.
Alien satu membalik-balik majalah itu.
“Majalah terbitan tahun 1965!, 55 tahun yang lalu. Dia pasti sudah berumur di atas 70 tahun sekarang. Tidak mungkin Mama kita!” kata Alien satu.
Lalu dilihatnya nama foto model yang tertera di keterangan cover. “Model: Nancy Meyer!” seru Alien satu.
“Itu Oma kita!” seruku.
Kami membuka kotak yang baru, isinya tumpukan majalah lama. Aneka majalah dalam dan luar negeri. Semua penuh dengan wajah Oma Nancy. Ada yang di cover, ataupun di foto editorial.
Oh ternyata Oma kita cantik sekali saat muda dulu. Siapa sangka Oma ternyata model terkenal. Kami memandangi foto foto di majalah itu dengan bangga.
Hingga kita menemukan majalah Playboy terbitan tahun 50 an. Covernya bukan Oma.
Deg-degan kami membuka halaman demi halaman. Dan persis di tengah-tengah halaman majalah itu, terlihatlah tubuh seorang wanita. TELANJANG, hanya mengenakan sepatu hak tinggi. Wajah indonya tersenyum nakal, rambut ikalnya tertiup angin.
Aku dan Alien satu terperangah. “Oma!”
Tak disangka Oma kita ternyata centerfold Playboy.
“Tiap hari ributin gue nggak boleh pake baju sexy, ternyata dia centerfold Playboy!” ujarku.
Aku dan Alien satu tertawa terbahak bahak.
“Dasar Oma kita muna!” kataku.
“Jangan jangan dia dulu juga kecanduan main game tiap hari!” seru Alien satu.
“Nggak ada nintendo jaman dulu Alien, paling main congklak!” kataku.
“Ya mungkin dia kecanduan congklak!” ujar Alien satu, membuatku terpingkal lagi.
“Hus Alien dua!, cepetan bongkar kardusnya, masih banyak nih, kapan kamu bisa ngerjain PR?” seru Alien satu mengingatkanku.
Kami cepat cepat membongkar kardus kardus lain.
“Alien, Alien, Non Alien!” teriak Alien tiga, tergopoh-gopoh naik ke gudang di lantai tiga.
“Kenapa Alien?” tanyaku.
“Oma non Alien, Oma muntah DARAH!” teriak Alien tiga panik.
Kami bergegas turun memeriksa Oma.
“Alien, cepat telpon dokter!” seru Alien satu.

 

Dokter bilang sakit Oma sudah parah. Tinggal menunggu waktu.
Selama beberapa minggu terakhir ini, setiap pagi dokter keluarga kami datang memeriksa Oma. Setiap malamnya pak pendeta mengunjugi kami.
“Nanti siang ada tamu datang dari Amerika, Teman lama Oma yang sudah lama tidak bertemu. Ini permintaan terakhir Oma kalian!” kata dokter sebelum pulang.
Seorang wanita tua datang siang itu. Umurnya terlihat sekitar 70 an, seumur Oma. Rambutnya putih, tapi pakaian modis membalut tubuh tingginya. Matanya besar, hidungnya mancung. Walaupun wajahnya berkerut, kita masih dapat melihat sisa-sisa kecantikannya dulu. Wanita itu terlihat elegant.
“Alien, Alien…!” Oma memanggil kami dari ranjangnya.
“Kenalkan teman lama Oma, namanya Alien!” kata Oma.
Kami menyembunyikan tawa kami. Dasar Oma, semua orang dipanggil Alien!
“Maaf tante, Oma sudah mulai pikun, semua orang dipanggil Alien!” kata Alien satu.
“Siapa yang pikun? memang namanya Alien kok!” ujar Oma kesal.
Tamu itu tersenyum.
“Memang nama saya Alien!” kata wanita itu.
Kami terlihat kurang percaya. Mungkin dia hanya ingin menyenangkan Oma.
Dia menyodorkan kartu identitasnya.
Name: Alien Smith. Oh ternyata benar namanya Alien.
“Maaf Oma, kita nggak tahu, soalnya Oma selalu memanggil kita Alien. Bi Ijah juga dipanggil Alien.” aku membela diri.
“Mungkin kamu kangen aku, jadi semua orang dipanggil Alien ya?” gurau Tante Alien.
“Ya aku kangen sekali darling, sudah berapa tahun kita tidak bertemu?” tanya Oma.
“Sejak kita berpisah dan kamu pindah ke Indonesia, karena kamu ingin punya anak!, hampir 20 tahun yang lalu!” kata Tante Alien.
Aku berpandang-pandangan  dengan Alien satu. 20 tahun yang lalu? Apakah tante Alien sudah pikun juga? Mana mungkin orang tua kami berusia 20 tahun? Sedangkan Alien satu sudah 19 tahun?
“Maafkan aku sayang!” kata Oma lirih, tangannya teraih ingin memeluk Tante Alien.
Tante Alien memeluk Omaku. Mereka bertangisan.
“Aku tidak pernah menceraikan kamu, kamu tetap istriku!” kata Oma.
“Lihat aku masih memakai cincin pernikahan kita” kata Oma menunjukkan cincin di jarinya.
Tante Alien mengeluarkan sebuah foto dari tasnya.
“Lihat aku masih menyimpan foto pernikahan kita  di Denmark dulu!” kata Tante Alien.
“Aku sudah tinggal di banyak negara, berganti banyak pasangan, tapi cuma kamu yang paling aku sayang!” Kata Tante Alien.
Aku dan Alien satu hanya diam terpaku, saling memandang.
Terlalu banyak informasi akhir akhir ini.
Pertama kami menemukan foto Oma jadi centerfold Playboy.
Lalu kami kedatangan Tante Alien yang ternyata istri Oma.
Tidak pernah terbersit di benak kami, Oma kami yang setiap hari rajin membaca alkitab, ternyata punya pasangan sejenis.
Dan masih misteri kenapa Oma baru punya anak 20 tahun yang lalu.
“Kenalin ini Alien dan Alien!” kata Oma.
“Ini dua anak angkat kamu?” tanya Tante Alien.
“Iya” jawab Oma.
“Saya sudah terlalu tua untuk jadi mamanya, lebih baik dianggap cucu saja!” kata Oma menjelaskan.
“Nama kita Caroline dan Alina, Tante” kataku.
“Alien saja lebih bagus!” ujar Oma.
Tante Alien tertawa kecil.
“Alien, bawakan minum untuk Alien!” seru Oma.
“Iya Oma!” jawab Alien Tiga.
“Alien satu sama alien dua mau minum juga?” tanya Alien tiga.
“Iya” jawab Alien satu.
“Gila, ternyata Oma kita…” bisikku pada Alien satu.
“Oh my God, Who is she?” bisik Alien satu.
“Alien!” bisikku
Kami menahan tawa bersama.
“Dasar Alien!” bisik Alien satu.
Alien tiga membawakan minum untuk Alien satu, Alien dua, Tante Alien si Alien keempat. Dan biang Alien, Alien zero si Oma.
 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.