The Power of Hypnotic Copywriting

The Power of Hypnotic Copywriting

 

Siapa yang percaya bahwa dirinya tidak bisa atau sulit dihipnotis/diberi sugesti?

Itu valid.

Karena menurut Stanford Hypnotic Susceptibility Scale (SHSS), tingkat kemampuan manusia menerima pesan terbagi ke dalam 3 kelompok. 

Kelompok pertama adalah orang-orang yang sangat mudah disugesti atau diberi pesan. Populasinya 10%. 

Kelompok kedua, orang-orang moderat, yaitu orang yang tidak sulit tapi juga tidak mudah menerima pesan. Populasinya sekitar 85% (paling banyak). 

Kemudian kelompok ketiga, tipe yang sulit menerima pesan. Populasinya 5% saja (paling sedikit).

Saya termasuk yang 5%. Gimana cara tahunya?Di buku ini ada simulasinya.

Sebelumnya saya juga pernah ikut simulasinya di kelas The Writers. Kang Asep Herna memberikan sugestinya. Tapi tidak terjadi apa-apa pada saya. Belakangan saya tahu, bahwa butuh tombol ON untuk masuk ke wilayah tersebut, wilayah yang gelombang frekuensinya berbeda dengan saat kita dalam keadaan sadar.

Apa perlu memahami wilayah sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) ini?

Kalau ingin tahu, kenal, bisa, paham, tentang bagaimana teknik memengaruhi lawan bicara/audiens/calon konsumen sebagai tindakan persuasif (ajakan), kamu perlu ilmu hypnotic copywriting ini.

Karena faktanya, daya pengaruh subconscious mind terhadap tindakan manusia itu sekitar 88%. Sedangkan ajakan secara sadar, penuh rasional, pertimbangan, hanya efektif 12% aja. Bahkan kata para praktisi kreatif iklan sendiri, sepakat memercayai bahwa pendekatan iklan paling efektif adalah menghadirkan emotional benefit. Bukan rational benefit.

Buku setebal 196 halaman terbitan Bravebooks (2023) karya Asep Herna ini membongkar banyak rahasia. 

Pertama, rahasia bagaimana cara menancapkan brand di benak konsumen.

Kedua, rahasia pola hypnotic copywriting. Gak tanggung-tanggung, ada 20 cara diumbar! Salah satunya teknik iklan Gojek di lampu merah yang dulu sempat viral. Ternyata ada polanya. Lalu iklan Sprite yang hanya monolog Cak Lontong, juga dibahas semua. Di buku ini ada penjelasannya.

Kang Asep sudah membidani ratusan brand, contoh sedikitnya Nestle KitKat, Foxs, Polo, Sutra-Fiesta, Djarum Black, dan masih banyak lagi yang lainnya. Jadi secara track record, ilmu Kang Asep selama 20 tahun di dunia kreatif iklan ini valid dan dapat dipercaya.

Saya juga pakai ilmunya di beberapa postingan  ini.

Yang mana coba? ????

DM Kang Asep atau Mas Andung (bravebooks) untuk punya bukunya sekarang.

(IG @asep_herna @andung.yulianto)

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.