Serakah (Bagian kedua: OCD)

Cerpenting dua bagian. Dari kisah nyata.

Serakah (Bagian kedua: OCD)

 

Kemarin aku pasang alarm ku untuk bangun jam 4.45 pagi.
Ada webinar jam 5. Sebenarnya mereka mengadakan acaranya jam 11 siang waktu setempat. Karena perbedaan waktu, jadi di tempat aku masih terlalu pagi.
Hari ini ada 5 webinar yang akan kuikuti. Dari pagi hingga malam, jadwalku padat.
Setelah alarm berbunyi jam 4.45.
Aku bangun, ke kamar mandi, siap-siap di depan laptop.
Zoom belum dimulai, masih menunggu gurunya hadir.
Sambil nunggu aku malah ketiduran lagi. Bangun-bangun sudah  jam 5.30. Sudah terlambat 30 menit. Tapi kok aku nggak bisa masuk ke kelas itu.
Jangan-jangan pembicaranya punya aturan ketat, kalau telat nggak boleh masuk. Karena ada juga yang model begitu.
Karena aku panik, kuhubungi pembicaranya lewat text di sosmed.
Untung segera dijawab.
Jam 9 waktu kamu!  tulis gurunya.
Ternyata bukan telat, malah aku kepagian. Bingung juga padahal sebelumnya aku sudah mencari info perbedaan waktu dari google.
Kata mbah google beda 6 jam, berarti kukira di tempatku jam 5 pagi.
Udah dibela-belain bangun pagi, ternyata kepagian.
Ya udah aku tidur lagi aja deh. Alarm kupasang lagi untuk bangun jam 8.45. Tapi aku tak sengaja melihat pesan-pesan yang masuk di HP ku. Banyak video-video lucu. Aku jadi nonton dulu.
Tak terasa sudah jam 8 lewat. Cepat-cepat aku mencoba tidur, biarlah cuma beberapa menit juga

Tapi sekali lagi saat aku bangun jam 9, ternyata 15 menit kemudian masih belum bisa masuk kelas zoom juga.
Dengan malu terpaksa kuhubungi lagi pembicaranya.
Ternyata dia salah hitung juga.
“Jam 11 waktu kamu ternyata!” kata pembicaranya.
Ternyata entah kenapa seharusnya jamnya sama, jam 11 juga waktu aku di sini. Aneh banget sih google bisa salah info.

Tapi bagaimana ini ya, jam 11 aku ada webinar lain. Waktunya bentrok dong.
Aku terpaksa harus memilih salah satu. Mudah-mudahan ada yang direkam, biar bisa nonton semuanya.

Lalu aku menonton webinar lainnya, back to back semua, sampai lupa makan.
Akhirnya makan pagi, siang dan malamku digabung  jam 5 sore. Karena ada kelas yang ada acara buat tugasnya juga. Itupun makan sambil nonton webinar.
Ini aku lagi nganggur tapi kok sibuk amat sih? Serakah sih.
Mentang-mentang kelas gratisan, mau diambil semua.

Selesai webinar sekitar jam 9 malam. Aku rencananya mau bobo langsung. Udah capek banget.
Tapi mau nonton telenovela sebentar, setengah jam aja, biar hiburan sebentar.
Ternyata tidak terasa sampai jam 3 pagi masih nonton juga.
Parah nih, karena ketagihan, seru, susah berhenti.
Ah besok aku mau bangun siang aja. Sebenarnya besoknya ada beberapa webinar juga. Tapi jamnya siang, Jadi aku bisa bangun siang.


Tapi jam 5 pagi aku terbangun, kebelet pipis.
Setelah itu, aku iseng ngecek telponku. Liat kiriman video-video lucu lagi.
Tidak terasa sudah jam 7 pagi. Duh ngantuk banget. Baru tidur 2 jam tadi.
Baru mau tidur, ada bel bunyi.
Aku malas bangun, aku acuhkan aja.
Kalau pagi begini palingan pembersih gedung, yang suka rewel memintaku memindahkan sepatu di depan pintu. Kadang aku lupa memindahkan sepatuku masuk ke unit apartemenku.
Padahal bisa aja dia geser sebentar sepatuku. Nggak perlu pencet bel, pikirku kesal.
Tapi bunyi bel dipencet berkali-kali. Lalu ganti jadi ketukan panjang. Mungkin dia mengira belnya rusak karena nggak  aku jawab.
Terpaksa aku buka pintu.
Ternyata bukan pembersih gedung, tapi tetanggaku yang tinggal di unit sebelah.
“Maaf mengganggu, Ada kebocoran di lantai bawah, nanti akan ada tukang yang akan datang memeriksa pipa kita, kamar mandi dan dapur. kita harus ada di rumah hari ini!” katanya.
“Jam berapa datangnya?”
“Nanti siang!” katanya.
Sebetulnya siang ini aku ada banyak webinar dan mau ke perpus juga mulangin buku. Bisa batal gara-gara tukang pipa datang.


Kulihat kamar mandiku, ember cucian penuh tumpukan baju kotor yang belum dicuci.
Aku nggak mau tukang itu melihat baju kotorku. Terpaksa segera kucuci bajuku. Perlu 2 group cucian karena banyaknya. Ah sekalian aja bersihin kamar mandi.
Lalu kulihat dapurku penuh cemilan berantakan.
Sambil membereskan cemilan, kulihat tumbukan bumbu-bumbu dan makanan kaleng. Itu juga perlu di sortir sesuai tanggal kadaluarsa dan jenis makanan. Aku biasanya selalu mengklasifikasikan. Tapi kalau lagi buru-buru lupa dimasukin ke group yang tepat.
Lalu aku masak makan pagi dan makan siang sekaligus. 
Ah sekalian aja beresin ruang tamu juga. Banyak buku berserakan. Ada sekitar 30 buku yang aku pinjam dari perpustakaan, sekitar 15 DVD yang belum aku tonton. Padahal harus dikembalikan segera. Soalnya aku serakah minjam buku & DVD kebanyakan. Kadang-kadang ada buku yang aku harus kembalikan tanpa dibaca, DVD yang belum ditonton. Aku kurang bisa mengukur kemampuan. Waktu peminjaman cuma 3 minggu. mana bisa kubaca 30 buku dalam 3 minggu?
Sambil membersihkan imeja, Ya udah sekalian sapu dan pel lantai aja.
Akhirnya tak terasa beberapa jam aku cuma beberes rumah. Padahal tadi niatnya cuma mau cuci baju. Padahal ngantuk banget. Baru tidur dua jam semalam.

Tak lama kemudian, tukang betulin pipa datang.
Dia mengecek wastafel.
“Tidak ada masalah.” katanya.
Lalu mengecek toilet.
“Ini masalahnya nih, pemasangan toiletnya ngaco, tidak kencang. Bocor, harus dipasang ulang!” katanya.
“Tapi aku nggak liat ada yang bocor tuh?” protesku.
“Nggak terlihat di sini, tapi bocor ke lantai bawah.” katanya.
“Harus aku pindahin toiletnya, lalu aku betulin dan pasang kembali!” katanya.
Aduh aku stress banget. Aku paling benci kalau ada acara pembetulan toilet.
Tahun lalu aku udah ngalamin hal seperti ini.
Dan aku tahu tukang betulin toilet biasanya jorok-jorok.
Setelah mereka selesai, aku harus beres-beres berat.  Padahal tadi baru dibersihin kamar mandiku. Masak harus dibersihin ulang?
Bukan cuma lantai kamar mandi yang perlu aku bersihin.

Tahun lalu tukangnya bikin kotor seisi rumah.
Tembok di luar kamar mandi juga dipegang-pegang dengan tangan kotornya yang malas dicuci. Dia keluar jalan ke dapur, ke ruang tamu. Dia pegang barang-barang di dapurku, kulkas dan segala macam dipegang tanpa cuci tangan habis betulin toilet.
Bahkan lukisan aku dan lukisan anakku juga dipegang-pegang. Lukisan aku sih dari canvas bisa dibersihkan. Lukisan anakku di kertas, di pajang dikulkas. Ya ngga bisa dibersihin. Terpaksa kubuang.
Setelah selesai dia mau salaman lagi sama aku. Aku nggak mau salaman dengan tangan kotor.
Eh malah dia minta dipeluk. Ya Tuhan, masa aku harus meluk? Ntar kotoran di bajunya nempel ke aku.
Masalahnya dia bukan tukang profesional. Pekerjaan dia sebenarnya di perusahaan minyak. Tapi dia teman dari pemilik aparteman yang kusewa itu. Dia baik cuma membantu aja, tidak dibayar.
Jadi sebagai teman dia minta dipeluk.
“Maaf ya, aku nggak mau meluk kamu” kataku.
“Aku sih meluk semua orang, laki atau perempuan sama aja!” katanya.
Iya aku sih nggak peduli juga laki atau perempuan, santai aja aku nggak takut meluk orang.
Tapi aku takut kotorannya nempel.
“Nanti aja peluknya ya, kalau kita ketemu lagi pas kamu nggak lagi kotor, Maaf ya.” kataku.
Dia terlihat agak tersinggung. Mungkin aku nggak tau diri sudah dibantu tapi sombong.
Tapi aku nggak sanggup meluk orang belepotan kotoran. Apalagi aku sedikit OCD.
Bisa nightmare, trauma bertahun-tahun kali.
Akhirnya setelah tersiksa seharian, menahan tidak bisa menggunakan toilet, aku harus ngebersihin rumah besar-besaran setelah dia pulang. Sampai bathtub juga penuh kotoran manusia. Dapur dan ruang tamu juga penuh jejak kotoran.
Untung aja dia nggak masuk ke kamar tidur, kalau nggak, bisa gila aku.


Mudah-mudahan yang ini nggak sejorok yang tahun lalu.
Tapi rasanya sih sama aja.
“Berapa lama kira-kira proses perbaikannya?” tanyaku
“Cuma 10 menit aja!” katanya.
“Kok bisa secepat itu?”
“Aku tiap hari betulin toilet berkali-kali, sudah terlatih, makanan sehari-hari” katanya.
Aku agak lega.
Kayaknya dia terampil, bisa cepat, untunglah tidak seperti tahun lalu, harus tersiksa seharian tidak bisa pipis.

Setengah jam setelah itu belum selesai juga.
Malah dia sibuk nelpon orang.
Ku cek dia di kamar mandi.
“Sorry ya, agak telat nih. ada masalah sedikit” katanya.
“Masih berapa lama lagi?”
“Paling 15 menit aja. nggak lama!” katanya.

Sejam kemudian, masih belum selesai juga.
“Ada alat yang mau aku ambil dimobilku sebentar!” katanya.
“Nggak perlu beli lagi kan? udah ada di mobil kamu?”
Aku khawatir karena tahun lalu, tukang yang betulin bisa pergi berjam-jam saat beli alat.
“Iya, ada cuma tinggal ngambil!” katanya.
Tapi sejam kemudian dia baru kembali.
Sejam berusaha memperbaiki toilet, masih belum selesai juga.
Katanya cuma 10 menit? Apa ada masalah yang membuatnya makin lama?
Aku menunggu di kamar tidur sambil main computer.
Tiba-tiba kulihat dia udah ada berjalan mondar-mandir di ruang tamu dan dapur
Aduh mampus banyak makanan di situ, aku nggak mau pada kotor semua.
“Nyari apa pak?”
“Ini nyari pemanas untuk manasin ini, biar nggak beku!” katanya.
Aku segera menunjukkan pemanas.
Bukannya tanya, malah mondar-mandir sendiri, bikin kotor aja!
Lama dia menunggu alatnya mencair.
Setelah beberapa jam kemudian.
“Udah beres semua, udah selesai!” katanya sambil membereskan semua peralatannya.
“Syukurlah!” kataku.
“Yah bocor lagi!” serunya tiba-tiba.
Ya Tuhan, kenapa bocor lagi?
“Tenang aja, kerjaan 2 menit betulin ini!” katanya.
Ah masak bener 2 menit aja? aku kayaknya nggak percaya. Tadi bilangnya 10 menit tapi berjam-jam belum selesai.


Sejam kemudian.
“Udah selesai!” katanya.
“Beneran udah selesai semua, kamu ga perlu ke sini lagi?”
“Nggak, udah beres!”
“Terima kasih ya!” kataku lega.
Hari sudah malam sekarang. Katanya cuma10 menit, jadi setengah hari!
Ini tukang sama seperti aku, tidak bisa mengukur kemampuan sendiri.
 

Setelah dia pergi, giliran aku yang kerja bersihin rumah lagi. Padahal tadi pagi baru selesai beres-beres. Terpaksa kuulang lagi.
Berjam-jam aku bersihin seluruh rumah lagi. Buat aku yang rada OCD, siksaan banget bersihin rumah setelah perbaikan toilet. Terutama karena tukang yang jorok menyebarkan kotoran ke seluruh rumah. Kenapa sih mereka pada jorok begitu? Apa rem kebersihannya sudah dol, karena tiap hari berkutat dengan pekerjaan seperti itu?
Atau memang orang yang memilih pekerjaan seperti itu memang tidak bisa orang yang sok resik rada OCD seperti aku.  Bisa gila, setahun sekali begini aja udah stress.
Kenapa sih setiap tahun saat sekitar Halloween, selalu ada aja cobaan untukku?
Buat aku membersihkan kotoran lebih menyeramkan dari hantu.


Jam 9 malam, aku baru selesai beres-beres rumah. Aku baru makan. Makan pagi, siang dan malam sekaligus. Karena aku nggak sanggup makan saat ada perbaikan toilet.
Buyar semua rencana webinar hari ini. Nggak ada waktu. Karena nggak bisa webinar saat ada tukang lagi bersihin toilet. Harus aku babysitterin. Supaya jangan sampai menebarkan kotoran ke seisi rumah. Tapi toh akhirnya aku kecolongan juga, dia sudah mondar-mandir ke seluruh rumah tanpa aku sadari. Cuma kamar  tidurku yang tidak dimasuki.

Setelah makan malam,  lalu rencananya langsung tidur. Cape banget. Mana semalam cuma tidur 2 jam.
Eh iseng lagi membuka HP. Ngecek video lucu-lucu lagi.
Sampai ngantuknya ilang. Tapi jengkelnya belum ilang.
Ya udah tulis aja deh. Curhat aja deh. Biar jadi terapi diri.

 

Catatan.
OCD singkatan dari OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER.
Salah satu cirinya adalah takut akan kotoran.


 

 


 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.