Rumah

Rumah

Rumah

Rumah porak-poranda, sisa-sisa pecahan gelas berserakan di lantai marmer putih, teriakan orang tua yang mengaku dewasa itu memekakkan gendang telinga Vanya.

Vanya kecil hanya bisa terdiam. Ingin nangis udah males, pengen ikutan marah, enggak punya kekuatan. Di bayangannya saat itu, dia ingin menjadi Hulk, yang mampu berubah menjadi kuat saat emosi sedang tidak stabil seperti yang dia rasakan saat ini. Bukan kali ini saja orang tuanya ribut besar untuk hal kecil. Apakah kehidupan orang dewasa sebegitu rumitnya?

Sejak kejadian malam itu, Vanya sudah tidak melihat ayahnya berada dalam satu kamar yang sama dengan bundanya. Ayah memindahkan semua barang pribadinya ke kamar tamu di bawah.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut orang tuanya walau mereka setiap hari berpapasan di dapur, di ruang tamu, bahkan di lorong sempit sudut rumah menuju taman belakang.

Keadaan ini sudah berlangsung selama beberapa minggu, dan Vanya udah enggak tahan untuk menanyakan kepada mereka tentang apa yang terjadi. Vanya kecil dipaksa tua oleh keadaan.

Ini mau sampai kapan Ayah Bunda enggak teguran?” tanya Vanya santai sambil ngemil rumput laut kesukaannya.

Orang tua Vanya hanya saling menatap tanpa jawaban.

Kata guru agama aku, enggak menyapa lebih dari tiga hari itu haram! Kalau Ayah Bunda kan udah tiga minggu nih, jadi harammm, M-nya lebih banyak!” sindir Vanya berusaha bergurau.

“Ya kalau ayahmu kan enggak paham agama, jadi mana ngerti dia!” ketus bunda tersulut emosi.

Kamu yang enggak paham agama, bagaimana seharusnya istri mampu menghormati suami!” kali ini giliran ayah menjawab dengan suara lantang.

Tiba-tiba suasana kembali memanas. Niat Vanya membuat orang tuanya bertegur sapa berubah menjadi arena debat kusir yang tidak berkesudahan. Saling caci maki tanpa henti.

“Stop! Mending Ayah Bunda pisah aja deh, aku capek dengernya!” teriak Vanya dengan berlinang air mata. Kali ini, Vanya tidak ingin berubah menjadi Hulk. Dia hanya ingin jadi Vanya yang dulu, di mana saat rumah ini penuh cinta.

 

--------------------------------------------

 

Stempel yang diberikan banyak orang untuk Vanya sebagai anakbroken home membuat dirinya tertantang untuk membuktikan masa depannya tetap akan baik-baik saja. Karena hidup itu pilihan, mau terus temenye-menye menangisi keadaan atau ikhlas menerima semua ketetapan Allah. Karena sesungguhnya setiap kesulitan itu ada kemudahan. Sebuah potongan ayat yang sangat menyejukkan jiwa membuat Vanya menjalani hidup dengan lebih tenang di dunia yang penuh drama ini.

Ternyata hidup di usia dewasa memang serumit itu. Banyak hal yang belajarnya justru di belakang, setelah kita mengalami suatu kejadian. Itu juga kalau kita mampu ambil pelajaran berharga dari yang kita terima. Kalau enggak mampu, yang kita ambil cuma pelajaran kosong.

Belajar cara mecintai dengan tulus pun tidak ada sekolahnya. Definisi cinta itu apa juga berbeda-beda. Tidak ada aturan pakem dalam hal cinta. Semua soal persepsi masing-masing.

Cinta itu buta, cinta tak harus memiliki, cinta adalah pengorbanan, cinta itu sederhana, cinta adalah bla bla bla.... Ah cuih lah semua! Sampai sekarang, Vanya juga belum paham arti cinta itu apa.

Cinta menurut Vanya adalah Risqi, yang dia tau hanya itu. Ini bukan Risqi rezeki, tapi nama sosok pria yang sudah bersamanya selama tiga tahun ini. Pria yang mampu meyakini akan ada cerita keluarga bahagia di kehidupan nyata, bukan hanya di film Keluarga Cemara.

Will you marry me?” ujar Risqi saat makan malam cantik di sebuah resto di pusat Kota Jakarta.

Kamu maunya aku jawabnya pakai bahasa apa nih? celoteh Vanya sok manja.

“Pakai bahasa apa aja, asal jawabannya iya!” ucap Risqi penuh tekanan.

Oui!” jawab Vanya singkat.

Merci!” kali ini wajah Risqi merona bahagia.

Dua pasangan yang baru ikut kursus bahasa Prancis dan baru tau beberapa kata ini langsung cekikikan menertawakan noraknya mereka.

 

--------------------------------------------

 

Vanya memasuki babak baru kehidupan. MENIKAH!

Walau terlihat sok tegar dan berusaha tenang, Vanya tak mampu membohongi hati kecilnya jika trauma masa lalu soal pernikahan sesekali membayanginya.

Selama pesta berlangsung, Vanya memperhatikan ayah bundanya sudah bersama pasangan barunya masing-masing dan terlihat baik-baik saja, bahkan ayah bundanya kini nampak sangat akrab layaknya sahabat.

“Duh, mereka aja udah bercengkerama, kenapa gue masih drama sih.. ayo, Vanya, lupakan trauma itu, semua akan baik-baik saja!” ujar Vanya meyakinkan hati.

Di malam pertama pernikahan, masalah mulai timbul. Suara ngorok tanpa dosa yang mengalun berirama nampak dilakukan Risqi dalam tidurnya yang semakin nyenyak. Suasana seperti ini tentu membuat Vanya syok. Bagaimana tidak, puluhan tahun dia terbiasa tidur dengan sunyi senyap.

Pagi harinya, Vanya berusaha tidak membahasnya. Tekadnya menjalani pernikahan dengan mengecilkan masalah besar dan tidak perlu membahas masalah kecil. Tidak akan ada keributan di rumah ini! itu aturannya.

Beberapa hari kemudian, Vanya melihat pasta gigi yang tidak ditutup lagi setelah dipakai, handuk lembab terlentang manja di atas kasur, belum lagi sikap Risqi yang seru sendiri main game online bersama teman-temannya di tengah kerepotan Vanya membersihkan rumah.

Kejadian ini sudah berlangsung berulang kali.

Semua sikap ngeselin yang tidak pernah diketahui selama masa pacaran ini dipendam dalam, dengan berlindung di balik prinsip “tidak boleh ada keributan” yang dideklarasikan Vanya untuk dirinya sendiri yang ketakutan kejadian masa lalunya terulang.

Romansa seru saat pacaran juga serasa menghilang. Apakah setiap laki-laki bila mampu menikahi sudah merasa menyentuh “garis finish”? Ingin kembali merasakan nonton bioskop berdua, atau sekedar makan jajanan kaki lima berdua pun tak berani diutarakan. Batin Vanya yang pura-pura semua baik-baik saja, kini mulai bergejolak walau prinsip belum tertolak.

Hari ini adalah ulang tahun Risqi. Beberapa keluarga dan sahabat akan berkunjung ke rumah. Bak superhero kesiangan, Vanya ingin mengerjakan semuanya sendiri. Dari mulai masak beberapa menu sampai dekorasi, hanya untuk melegitimasi diri sendiri bahwa dia adalah istri hebat atau mungkin mendengar sedikit pujian. Padahal, dia sadar sepenuhnya butuh kerja ekstra keras untuk melakukan semua itu.

Ayam goreng kemiri andalan Vanya gosong lupa diangkat karena saat masak sekalian dekorasi, bahkan beberapa buah untuk salad belum dikupas. Dia mulai panik dan tiba-tiba menumpahkan amarahnya ke sang suami yang sedang bekerja di depan laptopnya sejak tadi. Naluri dasar sebagai sosok Hulk kembali muncul.

Kamu bisa yah santai depan laptop, sementara aku sibuk ngerjain semua!” ketus Vanya dengan tatapan tajam ala tokoh antagonis di FTV.

Loh emang aku lagi di pantai santai-santai? Aku dari tadi kerja, kamu kan tau aku hari ini work from home. Lagipula aku udah bilang dari awal, makanan kan bisa pesen online, ngapain kamu repot.” jawab Risqi dengan tenang.

Kamu emang enggak pernah ngerti yah. Selama ini aku berusaha menjadi istri yang sempurna buat kamu. Aku enggak pernah bahas soal ngorok kamu, soal lempar handuk di kasur atau kamu yang lebih intim dengan handphone kamu daripada sama aku!” tangis Vanya tumpah. Gambaran menjadi istri (sok) sempurna versi Vanya yang selalu menciptakan kedamaian kini menguap dan hilang.

Risqi bergegas memeluk vanya sambil berkata lembut, Kamu enggak perlu jadi sempurna, karena kamu itu manusia! Aku minta maaf yah, kalau ada yang kamu enggak suka dari aku, tolong jangan nunggu sampai besok. Kamu harus kasih tau aku. Kadang sabar tidak selalu membuat orang lain sadar.

Untung saja Risqi saat itu tidak ikut menaikan suaranya beberapa oktaf dan cepat-cepat mengakui kesalahannya. Kalau tidak, mungkin Vanya sudah berubah jadi kombinasi Hulk dan naga.

Kejadian hari ini bukan saja menyadarkan Risqi, tapi juga Vanya. Mereka kini belajar bagaimana seharusnya menjalani pernikahan yang sehat, setidaknya versi mereka.

Menjadi diri sendiri, berani mengeluarkan pendapat satu sama lain, menjadikan pasangan sebagai partner hidup yang saling melengkapi, memberi ruang pada hobi masing masing, apapun masalah yang dihadapi, harus dituntaskan segera. Dan yang terpenting adalah saling mencintai karena Allah.

Vanya mulai berdamai dengan masa lalunya. Ingin sekedar menunjukan semua baik-baik saja ternyata bukan jalan keluar yang baik.

Memang, dalam berumah tangga, kita akan menemukan jalan yang terjal, berlubang, berkelok, tikungan tajam, bahkan tanjakan yang melelahkan. Tapi percayalah, kita akan selalu menemukan jalan mulus untuk kembali pulang ke tempat yang kita sebut rumah.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.