Mencari Sosok Idola

Sejak dini saya sudah berpikir pentingnya terlibat aktif dalam proses pembentukan pribadi dan karakter anak. Impian kecilnya, bagaimana agar bisa menjadi sosok ayah idola, yang dianggap pahlawan bagi anak laki-lakinya dan menjadi cinta pertama bagi semua anak perempuannya.
Saya pun mencoba memulai dari diri sendiri. Saya bukan orang yang suka mengidolakan tokoh, baik itu artis, pejabat, kiai hingga orang2 hebat kelas dunia. Semua kehebatannya sekadar saya apresiasi dan bila mampu saya tiru. Tidak lebih.
Kalo ada yang harus saya sebut tokoh idola (selain Rasulullah saw), adalah orangtua saya, khususnya almarhum ayah dan ayah mertua. Kenapa mereka? Karena keduanya orang-orang biasa, orang kebanyakan yang menjalani kehidupan secara wajar sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di bumi dalam menjalankan perannya di masyarakat.
Almarhum Ayah saya hanya seorang kiai kampung. Meski miskin, selalu nampak kaya di mata saya. Banyak orang datang dengan berbagai maksud dan seonggok masalah, dari berbagai profesi dan latar belakang sosial beda, semua diterima dengan senyum. Kenapa ia begitu dipercaya banyak orang untuk mengatasi berbagai problem orang lain? Barangkali karena kebersihan hati dan keikhlasannya berbagi yang tanpa pamrih.
Sejak ayah meninggal, saya harus memunguti kenangan demi menemukan jejak orang-orang hebat yang menjadi role model ayah dalam menjalani kehidupannya. Saya menemukan banyak orang-orang salih yang kemudian coba saya belajar dari mereka.
Bagaimana dengan ayah mertua?
Sejak menikah, saya kembali menemukan sosok ayah pada mertua. Sosok yang saya rindukan untuk bisa belajar menjadi ayah bagi anak-anak saya. Saya merasa perlu memerlakukan sebagaimana ayah sendiri dan mencoba belajar tentang kehidupannya.
Satu hal yang saya suka dari sosok ayah mertua, dia murni orang desa sekaligus petani tulen. Ia hanya makan dari apa yang ditanam. Apa yang diperoleh dari pekerjaannya tak lebih dari umumnya petani, yang hanya sewajarnya, sakderma. Tak ada dalam kamus hidupnya untuk menguasai, mengeksploitasi alam atau kepada sesama petani. Beban hidup yang menindih karena harus menanggung biaya hidup keluarga, tak membuatnya berbuat hal-hal yang di luar kewajaran.
Ia juga kiai kampung dan imam ratib pada masjid peninggalan mertuanya. Ia benar-benar mengabdikan seluruh hidupnya untuk memakmurkan masjid dan membimbing masyarakat menjalani pola hidup berimbang, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Saat orang datang berkunjung untuk suatu keperluan, minta didoakan, atau restu ini dan itu, ia membantunya sebagai bentuk kewajiban sosial tanpa berharap balasan. Ia bisa menjadikan kesuksesan orang-orang di desanya sebagai kebahagiaan bagi dirinya. Sebuah sikap ksatria orang-orang bersahaja yang kini jarang dimiliki orang di sekitar kita.
Meski semua nampak wajar dan biasa, tapi saya cemburu pada kualitas hidupnya. Bagaimanapun, keseharian yang dijalani dalam memerankan fungsi sosialnya benar-benar dilakukan atas dasar kewajiban hidup bermasyarakat, bukan sebagai karir. Fungsi itu pula yang sesungguhnya bisa memberi kekuatan dan daya hidup seseorang dalam menghadapi berbagi problem kehidupan dan dinamika perubahan gaya hidup yang “membunuh” nalar sehat kita.
____________
Belakangan banyak tokoh dan pesohor diidolakan, mulai dari mereka yang menjadi pejabat publik, tokoh masyarakat, artis dan seleb papan atas, ustaz milenial hingga para pesohor dadakan yang mendadak jatuh pamornya karena kasus yang menimpanya. Apa yang nampak lahir, ternyata tak benar-benar menunjukkan kepribadian yang sesungguhnya. Begitulah hidup. Bisa jadi hari ini mereka nampak paling hebat, salih atau paling alim, tapi siapa bisa melawan kehendak Allah bila berkenan membalik-balik hati hambaNya?
Bagaimana dengan Anda? Jadilah pribadi yang bisa menjadi sosok idola bagi orang-orang tercinta dengan belajar dari orang-orang saleh yang kebaikannya terpahat pada dinding sejarah peradaban umat manusia.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.