Main Band dibayar pake nasi goreng

Dedi (bukan nama sebenarnya) adalah seorang penyanyi amatir. Bersama kelompok band-nya dia mengembara dari kafe ke kafe untuk merintis karirnya. Rata-rata mereka main di kafe dari jam 9 sampai jam 1 malam. Imbalannya cuma dikasih honor Rp 600 ribu. Karena mereka berenam, pas dibagi rata, masing-masing cuma dapet Rp 100 ribu. Melas banget dengernya ya...
"Lo cuma dibayar Rp 600 ribu?" tanya saya gak percaya ketika ketemu Dedi.
"Eh, itu udah bagus, Om Bud. Sebelumnya kami cuma dibayar pake nasi goreng. Hahahaha..." jawab Dedi ngakak.
Jawaban Dedi membuat saya kebingungan. Mau ikut ketawa, kok, gak tega. Mau sok prihatin tapi dia keliatan biasa-biasa aja.
Namun kondisi tersebut ternyata ada sisi positifnya. Tekanan berat itu membuat Dedi dan kelompok band-nya termotivasi. Semangat berjuang untuk memperbaiki nasib membuat mereka kreatif. Cita-cita untuk menjadi public figure memicu mereka untuk berkarya.
Dan Tuhan memang selalu memberi hadiah bagi yang bekerja. Usaha keras membuahkan hasil. Lambat tapi pasti, kesuksesan menghampiri. Panggilan job datang dari mana-mana. Mereka menjadi kaya-raya. Ada yang beli rumah, ada yang beli mobil mewah. Semua berkat berkat karya-karyanya yang luar biasa.
Nah, sekarang kita masuk ke bagian yang paling penting. Setelah hidup mapan, tau gak apa yang terjadi? Dedi Cs mengalami kesulitan untuk berkarya. Sekarang, kok, susah banget mencipta lagu? Kenapa bisa gitu, ya? Karena belum ada lagu baru, mereka terpaksa selalu membawakan lagu-lagu lamanya. Tidak! Mereka tidak malas! Setiap hari mereka berusaha mencipta lagu namun ide-ide sepertinya macet. Entah tersumbat apa. Sebenarnya apa yang terjadi?
Di kasus Dedi di atas, analisanya begini. Mereka tidak terlatih dengan creative attitude. Mereka butuh tekanan untuk membangkitkan kreativitasnya. Mereka membutuhkan "kekejaman" Tuhan sebagai pemicu untuk berkarya. Ketika hidup mapan, mereka kehilangan pemicu tersebut. Itu sebabnya idenya macet.
Creative attitude memang perlu dilatih. Kepekaan sangat penting untuk dimaksimalkan. Dengan creative attitude kita akan selalu mampu menemukan ide. Kita tidak butuh penderitaan berat untuk berkarya. Peristiwa sepele sudah cukup untuk menjadi pemicu untuk berkarya. Misalnya suara tokek di belakang lemari, suara tangis bayi di malam hari, bau indomie yang yang sedang dimasak oleh temen kos-kosan kita...semua bisa jadi pemicu. Semua bisa kita konversikan menjadi ide.
Bagaimana cara mengukur apakah kita sudah memiliki Creative Attitude atau belum? Di acara Seminar Penulisan 'Meet THE WRITERS', salah seorang speaker yang bernama Chappy Hakim memberi contoh yang mencerahkan. Dia berkata pada audience bahwa manusia terbagi jadi dua bagian. Yang pertama yang memiliki Creative Attitude dan yang kedua memiliki Reactive Attitude. Di momen tersebut Sang Narasumber juga memberikan contoh yang bagus.
Ada pengumuman seminar marketing di social media. Kelompok pertama langsung daftar karena merasa materinya penting. Mereka mau-maunya bayar Rp 5 juta untuk datang ke acara seminar tersebut. Jarak yang cukup jauh dan biaya mahal mereka kesampingkan. Keinginan untuk mencari ilmu dan memperbaiki diri mengalahkan semua halangan.
Kelompok kedua adalah orang dengan Reactive Attitude. Mereka sebenarnya juga tertarik mau dateng ke seminar itu tapi begitu denger harganya, semua langsung bereaksi
"Ah mahal banget?"
Begitu denger lokasinya, "Ah, jauh banget!"
Begitu denger waktunya, "Kok week days, sih? Kita, kan, harus ngantor."
Ketika tau acaranya week end, "Kok, week end, sih? Itu waktu gue kumpul bersama keluarga."
Reaksi tersebut membuat mereka akhirnya kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri. Sayang sekali. Kita perlu memahami bahwa ilmu tidak pernah mencari manusia. Manusialah yang harus mencari ilmu.
Di Kelas Penulisan The Writers Batch 24 nanti, sesi pertama yang akan kita bahas adalah seputar Creative Attitude. Di sesi ini kita bisa mendeteksi seberapa besar Creative Attitude kita. Sesi berikutnya bagaimana melatih Creative Attitude tersebut. Kalau berminat, kalian bisa bergabung.
Seperti biasa kelas akan diadakan di group WA dengan 8X pertemuan. Mulainya tanggal 8 Agustus, 2023, pukul 20 - pukul 22. Kelas akan diadakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis.
Buat yang belum pernah ikut, silakan daftar. Kontak admin The Writers di no. WA 0811 909 100.
Biayanya? Silakan bayar seikhlasnya.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.