Lembaran Kisah Usang

Goblokkkk!!!
Mungkin sudah puluhan kali aku lontarkan kata kasar itu. Prasetya hanya tertunduk lesu sedang aku berjalan mondar mandir didepannya sambil mengomel panjang lebar. Rasanya darahku mendidih mendengarkan pengakuan dari laki-laki yang duduk dihadapanku.
‘’Yangggg...aku minta maaf. Kamu boleh maki-maki aku sepuas hatimu karena aku pantas untuk itu bahkan kalau kamu mau tampar, gak masalah, asal itu meredam emosimu.’’ Dengan hati-hati Prasetya berbicara seolah-olah dengan hitungan detik masalah akan selesai.
Siang itu seorang perempuan bernama Dewi menghubungiku melalui sambungan pesawat telpon di kantor. Ya...Dewi...mantan kekasih Prasetya yang sudah menikah dengan laki-laki lain. Aku banyak mendengar cerita tentang Dewi dari teman-temanku sekantor. Jauh sebelum aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Prasetya, Dewi pernah mengisi ruang hati Prasetya tetapi akhirnya Dewi mengundurkan diri dari pekerjan.
Aku terkejut mendengar pengakuan Dewi jika selama ini ia masih berhubungan dengan Prasetya dan gilanya lagi Dewi bilang kehadiranku mengubah Prasetya dan memintaku untuk menjauhi Prasetya. OMG....jadi selama ini...
Dasar perempuan sintingggg...
Entah apa yang ada dikepalanya sedangkan dia adalah perempuan bersuami. Apa urusannya lagi dengan Prasetya. Mungkin saat itu otaknya tertinggal di toilet sehingga dengan ringan memposisikan dirinya sebagai kekasih abadi Prasetya.
Prasetya menyesap kopinya pelan-pelan. Sengaja aku bikin pakai garam supaya dia tidak bisa menikmati kopi kesukaannya malam itu. Di kantor Prasetya memang atasanku tetapi diluar kantor lain lagi ceritanya. Contohnya malam itu aku puas memaki, dan sepertinya semua isi kebun binatang sudah keluar mulus dari mulutku.
‘’Emang anak itu anak kamu Pras? Sampai-sampai kamu rela mengeluarkan uang banyak.’’ Tanyaku padanya. Prasetya diam tidak menjawab. Dia bercerita jika ia hanya membantu Dewi secara finansial karena penghasilan suaminya tidak mencukupi.
Ckckckckckck...
Prasetya...Prasetya...dasar bodoh. Aku terus membatin tak habis pikir dengan semua keadaan ini. Tidak elok rasanya meminta bantuan kepada mantan tanpa sepengetahuan suami. Entah sebutan apa yang pantas disematkan kepada Dewi. Sepertinya Dewi adalah makhluk aneh dari planet lain yang nyasar ke bumi untuk membuat huru hara.
Dipenghujung 2002 kuputuskan untuk mencampakkan Prasetya dari hatiku. Selama ini toh dia sudah berkhianat. Yang aku syukuri, aku bisa menjaga diriku utuh. Prasetya tidak menerima keputusanku begitu saja. Di kantor dia terus saja mencari kesempatan untuk membangun komunikasi denganku tapi aku hanya berbicara kepadanya untuk urusan pekerjaan. Hatiku terlanjut sakit, dari sahabatku akhirnya aku mengetahui jika anak pertama Dewi adalah anak Prasetya tetapi meninggal dunia sesaat setelah anak itu lahir. Ternyata setelah menikah, tanpa sepengetahuan suaminya, Dewi dan Prasetya masih melanjutkan romansa mereka.
Cuihhhhh….tiba-tiba aku jijik dengan dua manusia laknat itu. Sedang anak kedua Dewi, tidak jelas anak siapa, entah anak suaminya atau anak Prasetya. Yang jelas anak itu digunakan Dewi untuk mengikat Prasetya agar tidak menjalin kasih dengan perempuan lain. Betapa hina dan piciknya perempuan bernama Dewi ini. Namanya tidak seindah perbuatannya. Berbagi ranjang dengan suami dan mantan kekasih.
Natal 2002 adalah natal terpahit dalam hidupku. Tak satu pun pesan damai natal yang disampaikan lewat mimbar yang menembus relung hatiku. Saat itu aku hanya ingin berdamai dengan Tuhan tapi tidak dengan sesamaku. Katakanlah aku egois tetapi untuk kali ini aku ingin menjadi egois karena aku pun sangat menyayangi hatiku. Tak akan kubiarkan luka terlalu lama meraja disana.
Tak lama kemudian aku menemukan pekerjaan di tempat lain. Kutinggalkan semua kenangan yang ada diperusahaan lama tempatku selama ini bekerja. Dari kaca jendela ruanganku dilantai tiga yang berhadapan dengan pantai, aku memandangi perahu nelayan yang hilir mudik. Bersama Prasetya, kami memang sering berdiri disini sebelum mulai disibukkan dengan pekerjaan.
Ahhh Prasetya...kamu memang laki-laki brengsek. Aku menyesal kamu pernah singgah dihatiku. Aku melangkahkan kaki keluar dengan perasaan yang sulit aku gambarkan. Didalam mobil sayup-sayup terdengar lantunan lagu dari Roxette yang diputar oleh salah satu saluran radio dikotaku diiringi hujan yang sedari pagi membasahi bumi….
It must have been love but it’s over now
It must have been good but I lost it somehow
It must have been love but it’s over now
From the moment we touched, `till the time had run out
Jimbaran 2018...
Aku hendak membayar tagihan ketika owner restaurant mengajakku berbincang-bincang. Ketika aku menyebutkan dari kota mana aku berasal dan di perusahaan mana saja aku pernah bekerja, si owner langsung memotong pembicaraanku dan berkicau jika dia punya seorang adik laki-laki yang bekerja di kota tempat aku tinggal. Dan ia menyebutkan nama perusahaan tempat adiknya bekerja.
‘’Prasetya Winata...itu nama adik saya mbak, apa mbak kenal?’’Tanya owner restaurant itu.
‘’O...iya mbak saya kenal.’’ Jawabku. Tentu saja aku tidak bilang kalau aku adalah mantan kekasih adiknya.
Si pemilik restaurant lalu menanyakan namaku dengan sopan. Aku memberitahukan namaku bukan berarti aku punya maksud tertentu, aku hanya menjawab pertanyaannya saja. Belasan tahun berlalu akhirnya aku mendengar seseorang menyebut nama itu. Aku memang tidak pernah mengenal anggota keluarga Prasetya karena dia anak rantau dikotaku.
Dimasa lalu beberapa kali Prasetya mengajakku untuk berlibur ke kota kelahirannya dan mengenalkanku pada orangtua dan saudara-saudara kandungnya. Tapi saat itu aku selalu menolak. Bahkan Dewi dulu tidak pernah diajak ke kotanya dan tidak pernah dikenalkan kepada sanak saudara Prasetya. Dalam hal ini aku merasa menang dari Dewi.
‘’Mbak...anaknya kembar ya ?’’ Si owner masih lanjut dengan pertanyaannya padahal aku sudah tidak sabar untuk minggat dari sana. Dari tempatku berdiri, aku melihat suami dan anak-anakku berlarian kecil dipinggir pantai bertelanjang kaki.
‘’Iya,’’ jawabku singkat.
‘’Wahhhh Prasetya juga anaknya kembar, sama dengan mbak, anak kembar perempuan,’’ lanjut si owner dengan mata berbinar-binar.
Dari sang kakak aku tahu bahwa Prasetya akhirnya dijodohkan dengan perempuan pilihan orang tuanya karena ia tak kunjung membawa perempuan yang dijanjikan untuk dikenalkan kepada mereka. Anehnya sepanjang berbincang tadi kakak Prasetya menatapku dengan tatapan penuh arti, aku jadi berpikir apa namaku dulu pernah disebut Prasetya didepan keluarganya.
Sang kakak juga bilang bahwa ia akan menceritakan kepada Prasetya bahwa aku dan keluargaku mampir di restaurantnya.
Nusa Dua di malam hari...
Aku mendekati suamiku yang sedang berdiri dekat jendela kamar, asik dengan gawainya. Lalu aku memeluknya dari belakang sambil membaui aroma yang menguar dari tubuhnya.
‘’Tumben Ma... meluk-meluk dari belakang,’’ ujar suamiku.
‘’Ehhh jangan bilang kamu mau minta jatah ranjang,’’ lanjutnya lagi. Aku tertawa dari balik punggungnya.
‘’Gak kok, cuman pingin meluk aja,’’ jawabku singkat.
Aku memang jarang memeluknya dari belakang. Kupejamkan mata sambil melangitkan doa yang kuucapkan dalam hati. Aku bersyukur Tuhan dulu pernah mematahkan hatiku sampai menjadi serpihan untuk mempertemukan aku dengan pemilik tulang rusuk yang sesungguhnya.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.