Komunikasi sebagai Jalan Pembuka Menyelesaikan Masalah

Sebuah komunikasi dibutuhkan sebagai perantara dalam menyalurkan sebuah ungkapan 'minta tolong' terhadap sesama agar maksud dan tujuan bisa tersalurkan dengan baik.

Komunikasi sebagai Jalan Pembuka Menyelesaikan Masalah

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hal ini, manusia tidak bisa lepas dari pertolongan antar sesama. Kerap kali saat dilanda suatu masalah, manusia membutuhkan pertolongan orang lain jikalau mereka tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Untuk hal itu, sebuah komunikasi dibutuhkan sebagai perantara dalam menyalurkan sebuah ungkapan 'minta tolong' terhadap sesama agar maksud dan tujuan bisa tersalurkan dengan baik.

Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila kita menyadari bahwa kita semua memiliki perbedaan dalam cara kita memandang dunia dan menggunakan pemahaman ini sebagai petunjuk saat berkomunikasi dengan orang lain (Tony Robbins). Dengan kata lain, saat kita berkomunikasi dengan sesama kita harus paham bahwa setiap individu memiliki jalan pemikirannya sendiri dan kita tidak bisa memaksa untuk hal itu.

Sama halnya dengan saat kita membutuhkan pertolongan untuk masalah yang kita hadapi. Peran komunikasi disini sangat penting, untuk setidaknya sebagai jalan pembuka menyelesaikan masalah. Namun agaknya, kita juga harus memperhatikan etika dalam berkomunikasi. Dengan tidak bertindak egois dan mementingkan kepentingan sendiri.

Suatu masalah dapat terselesaikan apabila komunikasi yang dijalankan mencapai pada tahap persetujuan. Dengan memulai menyampaikan maksud dan tujuan dari upaya penyelesaian masalah, tahap berunding, hingga tahap menyelesaikan masalah. Semua itu dibutuhkan sebuah komunikasi yang efektif agar maksud dan tujuan bisa tercapai.

Namun sebaliknya, suatu masalah tidak dapat terselesaikan apabila kita menyimpannya sendiri dan berlagak seperti kita tidak membutuhkan bantuan orang lain. Hidup bermasyarakat mendorong kita untuk peduli terhadap sesama, terlepas dari apapun itu. Kita tidak bisa abai terhadap suatu masalah yang terjadi di sekitar kita. Hati nurani akan mendorong kita untuk melakukan tindakan yang seharusnya kita lakukan.

Sekiranya, kita juga harus berhati-hati dalam berkomunikasi. Sebuah upaya berkomunikasi yang kurang tepat dapat menimbulkan suatu masalah baru, alih-alih solusi. Hidup di jaman modern seperti ini, media sosial seperti sebuah dunia ajaib yang mampu menyihir setiap individu untuk bebas berekspresi. Tentu boleh berekspresi, namun kita juga harus memiliki etika dalam penyaluran ekspresi tersebut.

Seperti, menyebarnya suatu berita yang belum tentu benar. Namun masyarakat sudah ramai membicarakan berita tersebut. Dan yang lebih parahnya, masyarakat sampai menghakimi pelaku dari berita tersebut tanpa mencari tahu kebenarannya. Sungguh disayangkan memang.

Dan sekali lagi, peran komunikasi pada contoh kasus tersebut sangat dibutuhkan. Komunikasi berperan sebagai suatu alat untuk mencari kebenaran. Seharusnya masyarakat bisa bertanya kepada pihak terkait atau sumber lainnya mengenai kebenaran berita tersebut, alih-alih terpancing dan main hakim sendiri.

Jika kita menggali ingatan di masa lalu, mungkin kita akan mengingat bahwa jaman dulu sebelum internet menyebar luas seperti ini, informasi sangat susah didapat. Hanya segelintir masyarakat yang mungkin mengetahui adanya suatu informasi penting dan yang lain acuh tak acuh dengan hal itu. Tidak seperti sekarang, informasi sangat mudah didapat. Bahkan tercampur dengan informasi palsu dan masyarakat susah membedakannya, yang hasilnya menimbulkan perpecahan tersendiri. Jika saya katakan, jaman dulu minim informasi namun jaman sekarang berlebih informasi. Artinya adalah di jaman sekarang ini, kita harus pandai dalam memilah informasi. Jangan sampai kita terkecoh dan jatuh dalam kepalsuan yang merugikan. Disinilah pentingnya komunikasi untuk memastikan kebenaran suatu informasi.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.