Kembang Kenikir Bersemi Dini Hari

Kembang Kenikir Bersemi Dini Hari
id.wikipedia.org

Pada dini hari tengah malam, terdengar gemerisik yang mengganggu ketenanganku. Keheningan malam itu terasa mencekam. Suara itu terdengar semakin bergemerisik. Lalu, aku datangi dan mencoba menelusuri dari mana arah datangnya suara itu. 'Bunga sedang mekar di tangkai pohonnya'. Bunga itu terlihat sangat indah, mulai mengepakkan sayapnya setiap tangkai helai daun kelopak bunga. Bermekaran berwarna pink keunguan. Putik-putik bunga itu juga mulai terlihat. Aku memperhatikan dengan seksama bunga-bunga yang sedang bermekaran yang jarang dijamah dan dipandang manusia.

Dua hari kemudian, lengkap sudah bunga kenikir dan tangkainya berdiri kokoh di halaman kebun samping rumahku. Sepasang kaki manusia mulai berdoyong masuk dan menarik setiap tangkainya. Mencerabut batang kenikir hingga akarnya tanpa peduli bunga-bunga yang tempo hari aku perhatikan mulai tumbuh, jatuh ke pangkuan tanah. Diinjak-injak orang lalu lalang. Diterpa angin, tercerabut, terhempas hingga tiada bersisa. Bunga kenikir itu terpangkas sudah dari tangkainya. Aku yang menyaksikan kejadian itu dari jarak, di balik tirai jendela kamarku, merasa sedih dan iba.

Setetes air mata turun ke bumi. Kuperhatikan dari distance, bunga Kenikir itu menangis, luluh lantak jatuh ke bumi.

Kembang Kenikir, oh, Kembang Kenikir, malang dan nasibmu. Dihempaskan orang lalu-lalang begitu saja. Tercerabut dari tangkainya, dan terbuang di tepi tanah yang tandus. Diinjak-injak pulalah oleh orang lain.

Aku membungkam setiap helai kelopak bunga Kenikir yang jatuh ke tanah, yang telah ditinggalkan dua pasang kaki orang tadi. Memungutnya detik demi detik dengan rasa haru dan iba. Menyaksikannya penuh harap. Dan meletakkannya pada nampan putih bercorak bunga yang sama. Memetik setiap tangkai bunga Kenikir dengan lembut dan murah hati. Meletakkannya kemudian pada nampan yang sama. Melihat berbatang-batang bunga Kenikir di nampan terlihat indah, elok mempesona.

Lalu, aku melihat, bunga Kenikir itu tersenyum.

Kusiapkan selembar kertas telfon, dan pemasangan setiap helai kembang Kenikir dengan takzim dan khidmat. Menghiasinya dengan bentuk dan rupa yang rupawan dan menawan. Menggambar dua pasang gambar manusia dan menempelkannya ditengah-tengah di antara batang-batang Kembang Kenikir yang aku rekatkan menggunakan lem kertas. Menaruh setiap helai kelopaknya di langit-langit bagian atas kertas. Semuanya nampak indah, seni, dan teratur. Dan inilah yang Mulus Journal Seni (Catatan Harian Seni). Menggambar setiap sketsa menjadi sebuah karya, dan menjadikan barang yang tidak berguna menjadi sebuah karya seni yang menggugah hati bagi penikmatnya. Merekatkan setiap kertas dan tulisan seni lainnya menjadi sebuah buku.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.