HINDARI BERSIKAP ASAL-ASALAN DALAM BERKOMUNIKASI
Komunikasi merupakan kebutuhan paling dasar bagi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia bisa menyelesaikan dan mendapat banyak hal melalui komunikasi. Meski demikian, untuk sampai pada titik yang baik, kita juga perlu menanam komunikasi yang baik pula.
Untuk membuka alur tema kali ini, penulis akan coba memulai dengan beberapa pertanyaan: Siapa yang tidak tau perihal komunikasi? Penting kah melestarikan komunikasi? Seberapa luas komunikasi menjangkau kehidupan umat manusia? Bagaimanakah seharusnya komunikasi yang ideal itu? Serta banyak lagi pertanyaan lainnya yang tidak bisa diluapkan secara keseluruhan di sini. Nah, untuk menjawab sebagian pertanyaan-pertanyaan tersebut maka penulis sebagai pemikir paling otoritas dalam tulisan ini akan langsung menuangkan sedikit pengetahuan terkait komunikasi versi logika dan tingkat kemampuan penulis tentunya.
Manusia sebagai makhluk sosial, sejak awal sudah memiliki kesadaran dan kebutuhan kuat terhadap komunikasi. Hal ini semacam dorongan naluriyah, dimana setiap individu tidak bisa berdiri sempurna tanpa memiliki komunikasi dalam bertahan di tengah kehidupan sosial mereka. Meskipun kebanyakan individu tidak dapat menjabarkan maksud dari kata “komunikasi” itu sendiri secara detail dan resmi sesuai KBBI, tapi mereka sudah hidup dengan pengalaman berkomunikasi yang sangat mumpuni dan jelas tidak mungkin absen darinya.
Kita sebagai manusia bahkan tidak seharusnya mempertanyakan tingkat urgensi dari adanya sebuah komunikasi. Ibarat perjalanan, komunikasi adalah sebuah jembatan yang menghubungkan seorang pejalan kaki menuju tempat tujuannya. Tanpa jembatan ini, tujuan yang dikehendaki seorang pejalan kaki tidak akan bisa ditempuh. Dalam kehidupan sehari-hari, kita didorong untuk berkomunikasi antar individu maupun kelompok karena itu merupakan sebuah keharusan. Bahkan orang tua terhadap anaknya yang belum bisa berbicara pun tetap diharuskan menjalin komunikasi untuk alasan pembelajaran dan lain sebagainya. Manusia lahir dengan dibekali kemampuan berkomunikasi meski dalam level dan bentuk yang berbeda-beda. Keduanya —manusia dan komunikasi— seperti dua sisi mata koin yang tidak terpisahkan.
Sebagai manusia kita memiliki setidaknya tiga macam hubungan yang sangat menuntut adanya komunikasi, yakni: hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan sesama. Manusia akan berdoa dengan jalan mereka masing-masing untuk berkomunikasi dengan Tuhan dan melontarkan banyak harapan dan doa-doa. Untuk mendapatkan yang terbaik, manusia juga berkomunikasi dengan diri mereka sendiri demi bisa mempertimbangkan banyak hal dalam kehidupan kompleks mereka dan memilih mana yang akan mereka jadikan prioritas dan mana yang paling baik dan ingin mereka jalani. Terakhir adalah hubungan manusia dengan sesama. Jenis ketiga ini sangat menuntut adanya komunikasi. Manusia tidak bisa saling membaca pikiran serta perasaan, dan kita lahir dengan dianugerahi lisan supaya bisa saling berkomunikasi. Sesederhana belanja di sebuah warung, penjual dan pembeli harus berkomunikasi untuk tau barang apa yang dibutuhkan, sebanyak apa barang tersebut dibutuhkan, berapa harga yang harus dibayar pembeli untuk mendapatkan barang tersebut dan banyak hal lainnya. Tanpa komunikasi, seorang guru juga tidak akan bisa mentransfer ilmu mereka kepada murid di kelas. Pada intinya, komunikasi menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia.
Berkomunikasi memang memberikan dampak yang solutif bagi kehidupan manusia. Baik tidaknya hubungan seseorang dilihat dari seberapa ketat ia menjaga komunikasi antar sesama. Hubungan manusia dengan sesamanya bisa menjadi semakin erat dengan bantuan komunikasi. Dan perasaan serta pendapat seseorang bisa didengar melalui komunikasi pula.
Komunikasi dapat memudahkan dan menyelesaikan hampir semua hal, tapi untuk mencapai tujuan, solusi dan hasil yang baik sangat dibutuhkan komunikasi yang tepat. Idealnya, sesuatu yang bertujuan baik sekalipun akan diterima sebaliknya jika disampaikan dengan cara yang tidak baik atau tepat. Untuk itu kita tidak sepatutnya mengambil sikap asal-asalan dalam berkomunikasi, ada etika yang harus kita patuhi. Di antaranya, kita perlu memilih bahasa komunikasi yang sesuai dengan lawan bicara. Hal ini terlihat sepele meskipun pada kenyataannya tujuan dari komunikasi tidak akan tersampaikan dengan baik bahkan gagal jika kita tidak pandai dalam etika yang satu ini. Logikanya, se-melangit, seindah dan sedetail apapun bahasa yang kita sampaikan dalam berkomunikasi, tidak akan pernah bisa ditangkap sedikitpun oleh orang dengan tunarungu. Disini, komunikasi paling tepat yang seharusnya kita terapkan adalah menggunakan tulisan atau bahasa isyarat. Hal serupa juga berlaku untuk komunikasi dengan anak yang usianya masih sangat belia. Kita tidak bisa menggunakan bahasa yang sama yang kita pakai saat berkomunukasi dengan orang yang cukup umur.
Selanjutnya, dalam berkomunikasi kita juga harus menyertakan sopan santun. Menghormati terhadap yang lebih dewasa dan penuh kasih terhadap yang lebih muda. Hindari mengucapkan kata yang tidak pantas, yang bisa melukai hati lawan bicara dan jangan melontarkan kalimat dengan nada yang kasar atau membentak. Saling menghargai dalam berpendapat dan bertukar pikiran juga penting, tidak perlu memaksakan kehendak karena di antara tujuan komunikasi adalah menyelaraskan pemikiran supaya terhindar dari pertikaian. Dalam berkomunikasi, jangan lupa membiasakan diri dengan kata “tolong” saat meminta bantuan dan “terimakasih” saat menerima bantuan. Pada intinya, jika kita menghendaki sesuatu yang baik maka kita juga harus melakukannya dengan cara yang baik karena tanah selalu menumbuhkan sesuatu sesuai benih yang kita tanam. Komunikasi bisa menyelesaikan masalah, tapi ia juga bisa saja memperkeruh keadaan jika dilakukan tanpa etika.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.