HIDUPKU BERKARAT

sebuah kisah untuk hati dan beban pikir yang berkarat

HIDUPKU BERKARAT

Masa sulit,masa di mana emosi menjadi tuan di dalam hati setiap insan.Masa sulit ini sering diartikan sebagai masa penyesuaian untuk mencabik diri memuaskan hasrat untuk mencapai keinginanya.Masa sulit seakan menjadi teman dalam hidupku.Tiga tahun terakhir ini bangsa kita baru saja melewati masa sulit yaitu bertahan dari gempuran virus COVID-19.Awal pandemi menjadi awal penyesuaian yang berat untuk semua sektor,kita harus membiasakan diri menghadapi penyesuaian kebijakan oemerintah untuk memerangi virus COVID-19 ini.Mulai dari menggunakan masker di tempat umum bahkan di dalam rumah sendiri,sekolah,kantor dan beberapa instansi harus menyesuaikan dengan kebijakan mencegah penyebaran virus ini menyebar luas.Menurut pendapat ku kebiasaan mulai dari jaga jarak dan mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer adalah kebiasaan baik hanya kita sering mengartikan sebuah "siksaan" yang belum terbiasa dengan penerapan hal ini.Baik kita hanya akan membahas masa sulit yang di lalui oleh salah seorang anggota keluargaku.Sebut saja namanya Mawar,saya samarkan namanya demi menjaga privasi.
Mawar sering berbagai hal dengaku,mulai dari masalah keluarga,ekomoni dan pribadi,semua kami bagi satu sama lain dengan tujuan mengurangi beban yang di emban oleh masing - masing diri.
Senin malam sekitar awal bulan Maret tahun 2021,Mawar datang ke rumahku dengan muka yang berat dengan mata lebam,sepertinya habis nangis.
Dia mengetuk pinrtu dengan tangan bergetar.
"Tok..tok...tok..Din....Tok...Tok....Din,"suara pintu dibarengi suara seorang perempuan.
'dengan tergesa aku coba buka pintu dan membalas suara tersebut."Yaa bentar....",balasku dari dalam rumah.
ku putar  kunci dan ku buka  pintu,ternyata sudah ada Mawar di depan pintu sambil menangis terisak dan muka yang kusut.
"Mawar...mengapa kamu neng?yu masuk gak enak dilihat tetangga",balasku sambil membuka lebar pintu mempersilahkan Mawar masuk.
Malam itu mawar datang sendiri,dia membawa beban yang sangat berat dan rasanya ingin sekali dia mencurahkan semua isi hati nya kepadaku.
Aku tutup pintu dengan rapat dan ku kunci pintu lalu aku mencoba mendekati Mawar sambil menuangkan air yang ada di dalam teko yang sudah tersedia di meja.
aku mulai membuka dialog,Mawar are you oke ?"tanyaku dengan nada yang sedikit pelan.
Spontan Mawar langsung memelukku lalu terdengar suara tangisan yang melengking dekat telingaku.
Aku coba menenangkan Mawar dengan membalas erat pelukannya dengan berkata,"tenang Mawar ..tenang kamu cerita ya apa yang sebenarnya terjadi,"bisikku kepada Mawar.
Dengan napas yang berat dan suara yang terdengar terbata-bata akhir nya Mawar mau bercerita.
'Dina...AKu minta maaf yaa Din,aku kepepet Din sehingga aku sekarang terjerat,'terdengar pengakuan dari Mawar dengan nada penyesalan dan tangisan yang berat.
'Hey...hey sebentar Mawar kamu memangnya sudah berbuat apa?sampai harus menyatakan penyesalan?'tanyaku dengan nada yang iba.
sejenak suasana menjadi bingung karena Mawar terus menangis,sambil tersengguk mengusap air mata menggunakan tisu yang dia ambilo di meja,akhirnya dia mulai menceritakan kejadiannya.
"Begini Din,aku terjerat utang pinjaman daring sampai puluhan juta,aku bingung,capai,kesel dengan diriku sendiri kok bisa selevel aku terjerat kedalam pinjaman setan itu',tutur Mawar sambil menyalahkan diri nya sendiri atas apa yang telah dia perbuat.
"Barusan aku di teror DC(debt collector)dari 15 pinjaman daring,berasa seperti neraka handphone ku ini,setiap menit di teror berupa telephone,bahkan semua kontak whatsapp teman kerja dan keluarga mamahku di teror Din,"tutur Dina masih dibarengi dengan nada penyesalan dan tangisan.
Aku mencoba mengelus punggung Mawar dan memeluknya kembali.
seketika perasaanku hancur melihat Mawar yang sekarang sangat rapuh.Mawar yang aku kenal dari kecil lalu masa puber sampai terakhir sebelum dia terjerat pinjaman setan itu.Dia sangat kuat dan tegar ketika menghadapi berbagai masalah.Malam ini menjadi malam yang sangat berat buat aku pribadi dan Mawar tentunya.
Posisiku sebagai teman curhat untuk meringankan beban pikiran yang selama ini dia sedang hadapi.Bagai Rantai yang berkarat,bagai besi yang berkarat seakan kropos dan rapuh karena korosi.
Malam itu kami mengobrol mencurahkans egala isi hati dan tanpa terasa sudah enam jam berlalu.Aku menoleh ke arah jam dinding tidak terasa sudah pukul 00.47 WIB.
Mawar memutuskan untuk menginap di rumahku karena dia tidak sanggup pulang karena dia hawatir teror DC masih mengincar rumah nya.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.