Cahaya Bahagia

Cahaya Bahagia
Drawing karya Kristides Yudoko, 2016

Dalam kelas hypnowriting bersama Kang Asep Herna, ada satu sesi yang membahas tentang betapa dahsyatnya kekuatan pikiran bawah sadar manusia untuk memunculkan berbagai ingatan. Kali ini, peserta diajak untuk membuktikannya. Kami diberi beberapa instruksi untuk memanggil kembali semua memori akan peristiwa yang pernah membuat BAHAGIA. Membebaskan pikiran bawah sadar untuk memilih satu peristiwa yang paling membuat BAHAGIA, lalu menguncinya dengan sebuah simbol. Simbol ini nantinya akan beralih fungsi menjadi sebuah tombol, yang dapat sewaktu-waktu kita tekan jika dibutuhkan.

Permainan dimulai. Instruksi demi instruksi satu per satu disampaikan. Kata demi kata coba saya cermati. Dengan hati-hati, kata kunci BAHAGIA saya ketikkan dalam ingatan. Lalu perlahan saya tekan tombol enter.

Seketika itu juga, saya seperti sedang dibawa untuk menyaksikan sebuah pertunjukan kembang api. Bunga api berwarna-warni meletup-letup bergantian. Meledak-ledak beriringan dengan degup jantung saya. Indah sekaligus mengharukan.

Meletup sebentar, lalu padam.
Meletup sebentar, lalu padam.
Meletup sebentar, lalu padam. Begitu seterusnya.

Peristiwa-peristiwa yang terpanggil seolah berpuncak, lalu melandai. Peristiwa masuk sekolah pertama kali, memenangkan perlombaan, masuk kuliah pertama kali, jatuh cinta pertama kali, ciuman pertama, lulus sekolah, diterima kerja pertama kali, menerima gaji pertama, menikah, melahirkan, menyusui, dan lain sebagainya. Peristiwa-peristiwa yang berlalu-lalang, seperti jalanan yang lebar, indah nan teduh, namun terputus di ujung.

Tiba-tiba, di tengah riuh dan indahnya letupan kembang api, muncul satu cahaya terang yang tak kunjung padam. Semakin saya mendekat, semakin terang nyalanya. Semakin saya mendekat membuat hati semakin menghangat. Cahaya itu seolah menggandeng lembut tangan saya, mengajak untuk masuk lebih dalam lagi. Mengizinkan indera saya untuk meraba setiap inchi adegan lebih rinci. Warna pakaian yang saya kenakan, mata yang sembab namun berbinar, hingga raga yang lunglai namun penuh energi pun, seolah masih bisa saya rasakan saat itu.

"Ini dia!", ucap batin saya lirih.

Pikiran bawah sadar saya tak lagi kebingungan memilih. Dengan mantap, ia menjatuhkan pilihan. Sauh pun dilemparkan, sebagai tanda bahwa peristiwa inilah yang akan dipanggilnya kembali suatu hari nanti. Peristiwa di mana saya dengan mulut tergagap menyebutkan nama-nama orang yang pernah melukai hati, lalu dengan keberanian seadanya menerbangkan segenggam serbuk pengampunan. Satu-satunya peristiwa BAHAGIA yang tak berpuncak dan tak melandai. Peristiwa belasan tahun lalu, di mana saya mengalami pemulihan dan perjumpaan pertama kali dengan-NYA. Peristiwa di mana DIA memeluk erat tubuh saya yang lunglai, seusai meronta bertarung melawan ego, lalu berbisik lembut: "AKU mengampuni dan mengasihimu, apapun keadaanmu."

Pertunjukan kembang api seketika usai. Semua yang berpijar sesaat, satu per satu padam. Kini tinggallah satu cahaya terang. Cahaya yang akan selalu mengiring jiwa saya ketika sedang rapuh dan tak utuh.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.