Genderang Perang Perasaan

Genderang Perang Perasaan

“dug dug dug”
Suara detak jantungku semakin kencang yang seakan - akan menjadi genderang pertanda peperangan akan dimulai sebentar lagi.
Semakin aku berusaha menyembunyikan rasa gugup ini semakin cepat saja tabuh genderangnya.
Bukan tanpa sebab, karena ini adalah kali pertamaku sejak setahun lalu ikut acara daring dengan berbagai orang - orang asing, yang aku belum pernah ku kenal sebelumnya.
Orang – orang yang kompeten di bidangnya menajdi pematerinya. Gila pikirku, kapan lagi bisa mendapatkan kesempatan ini.
Ya terakhir kali aku ikut webinar itu pun banyak orang yang ikut, jadi aku hanya bisa jadi pendengar dan mencatat materi yang disampaikan. Di sana kamu bisa berbaur dengan banyak orang menjadi silent listener. Tapi kali ini beda, ini seperti mini class yang sudah pasti kamu bakal diperhatiin dan diajak untuk aktif dalam kelas.
Dan perasaan ini bak pisau bermata dua. Satu sisi senang dan excited, di lain sisi grogi dan nervous.
Ibaratnya ini adalah perasaan pertama kali kamu dapet pasangan dan tiba tiba pacarmu bilang “yang, ada sesuatu yang mau aku omongin” dicampur jadi satu.
Nah begitu, begitulah rasanya. Excited ditambah nervous. Sebuah campuran yang menarik.
Aku pun tak tinggal diam. Aku coba menenangkan diriku.
Beberapa cara coba ku lakukan.
Pertama, aku coba untuk sambil menuliskan apa yang ada di pikiranku, menuliskan materi – materi yang disampaikan.
“dug dug dug”
Tapi detak jantungku ini masih berpacu dengan cepat. Masih nyaman di tempo yang cepat kayaknya.
Perasaan ini benar – benar membuatku tidak tenang sepanjang materi disampaikan.
Dan akhirnya dari seberang keluarlah kata – kata yang membuatku hampir mati duduk.
ya duduk karena posisiku sedang duduk, bukan sedang berdiri.
"ayo yang mau bertanya?"
"ilham, ada pertanyaan gak?"
"diem banget kamu"
"ya pak, aku ada .. aku ada beberapa pertanyaan pak" kalimat - kalimat itu keluar dari mulutku dengan terbata - bata.
Aku berusaha untuk cepat cepat menyelesaikan pertanyaanku sehingga pengucapan, intonasi dan pace kata – kata yang keluar benar benar kacau.
Dan akhirnya pertanyaan itu ku tutup dengan kalimat
"maaf kalo pertanyaannya agak bodoh, terimakasih"
Lalu terdengar tawa kecil dari seberang. Tawa yang sederhana dan hangat.  Dengan suaranya yang tegas tapi hangat itu pemateri itu jelas sudah tahu pasti jika orang yang dia tanya sedang dilanda nervous tak berkesudahan.
"baik baik, paham kok. relaks aja ya. gak ada pertanyaan yang bodoh, yang bodoh itu kalo gak mau bertanya",
dan mendengar jawabannya aku pun lega, seakan - akan kemelut irama jantungku tadi tidak pernah terjadi dan aku pun merasakan kembali kesenangan berbagi pendapat dengan orang lain.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.