Diari yang Membuka Mata Dunia

Rajutan kata-kata pada setiap helai kertas yang lahir dari goresan pena perempuan remaja itu merupakan saksi terhadap salah satu dari sekian sejarah kelam kemanusiaan. Diari yang terbit 75 tahun yang lalu kini kembali menjadi berita setelah bukti-bukti baru dipublikasikan.

Diari yang Membuka Mata Dunia

 

Ketika saya berumur 11 tahun, saat sedang berberes-beres di rumah, saya menemukan sebuah buku yang kovernya menampilkan foto hitam-putih seorang perempuan remaja. Tertarik melihat foto perempuan yang sepertinya sebaya dengan saya, saya mengeluarkan buku tersebut dari sebuah kotak dan mengamati fotonya dengan seksama. Mengenakan baju berwarna muda, ia sedang duduk pada sebuah meja. Kedua lengannya dilipat dan terdapat sebuah buku yang terbuka di hadapannya. Bola matanya menatap kamera dan bibir tipisnya tersenyum, mengungkap sedikit giginya. Rambutnya gelap, sedikit berombak, menutupi lehernya. Judul bukunya menyebutkan nama perempuan itu yang sekaligus penulis bukunya … namanya terdengar familiar.

Saya membuka halaman-halaman awal buku tersebut, dan seterusnya, saya tidak dapat meletakkannya kembali. Saya tenggelam dalam tutur kata penulis buku itu yang menceritakan tentang pengalaman hidupnya sehari-hari yang tidak bebas seperti remaja lain dan tentang cita-citanya menjadi penulis.

Karena bisa dibilang kami sebaya, saya bisa relate banget dengan curhatan si penulis. Misalnya, ketika pertama kali ia mengalami menstruasi atau ketika pertama kali ia naksir cowok. Ia pun sekali-sekali melemparkan opininya tentang masyarakat … sudut pandangnya membuat saya berpikir.

 

 

Sampai pada akhir buku, saya mengetahui bahwa buku yang merupakan sebuah diari itu, diterbitkan setelah penulisnya, yaitu Anne Frank, meninggal pada usia 15 tahun di sebuah kamp konsentrasi Nazi pada 1945. Buku aslinya berjudul Het Achterhuis, diterbitkan pada 1947 oleh ayahnya, Otto Frank, satu-satunya anggota keluarga yang selamat dari kekejaman kamp konsentrasi. Kedua putrinya, Anne dan Margot, meninggal di kamp konsentrasi Bergen-Belsen dan istrinya, Edith, di Auschwitz. Keluarga Frank adalah keluarga Yahudi-Jerman yang ketika Anne balita pindah ke Belanda untuk menghindari persekusi orang Yahudi di Jerman, di bawah kekuasaan rezim fasis Hitler.

Ketika Belanda diduduki Jerman, keluarga Frank hidup dalam persembunyian selama dua tahun di bangunan belakang kantor Otto Frank sendiri. Mereka bersembunyi bersama satu pasangan lain dengan satu anak laki-laki serta seorang laki-laki lajang.

 

 

Selama bersembunyi mereka dibantu oleh beberapa pegawai kantor, termasuk Miep Gies. Perempuan yang sebelumnya bekerja sebagai sekretaris Otto, mengantarkan makanan dan minuman serta kebutuhan mereka lainnya setiap hari. Semua itu harus ia sembunyikan sepanjang perjalanan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang sekitar, termasuk pegawai lainnya di kantor yang mengira keluarga Frank telah melarikan diri keluar negeri.

Namun, tanggal 4 Agustus 1944, kantor tersebut dirasia oleh polisi Jerman. Semua yang bersembunyi ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi. Hanya Otto yang kembali.

 

Otto paham bahwa putrinya yang bercita-cita menjadi penulis ingin mempublikasikan diari ini.

 

Miep telah menyimpan barang-barang pribadi keluarga Frank, termasuk diari Anne, yang kemudian ia berikan kepada Otto setelah bapak itu dibebaskan dari Auschwitz. Ketika membacanya, Otto melihat ada bagian-bagian yang direvisi Anne dan nama-nama yang disamarkan. Otto paham bahwa putrinya yang bercita-cita menjadi penulis ingin mempublikasikan diari ini.

Cerita Anne tentang kehidupan sehari-harinya di dalam persembunyian akibat kebencian rasial begitu membekas di dalam benak saya hingga saya dewasa. Ketika zaman internet tiba dan mencari foto-foto Anne dan keluarganya begitu mudah, semuanya makin mengguggah perasaan saya. Saya temukan banyak foto keluarga Frank, dari ketika putri pertamanya, Margot, baru lahir dan ketika Anne lahir, saat Margot dan Anne mulai tumbuh remaja–mereka tersenyum lebar bermain di pantai–hingga foto-foto mereka bebas bersekolah dan bermain dengan anak-anak tetangga sebelum ada pemisahan masyarakat Yahudi. Tentunya, mereka tak pernah menduga kehancuran yang menunggu keluarga mereka di masa mendatang.

 

 

Buku Anne Frank juga telah membuka mata dunia. Diarinya merupakan salah satu buku terlaris di dunia dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia (dari edisi bahasa Inggris, Anne Frank: The Diary of a Young Girl). Tahun ini, tak lama setelah Holocaust Remembrance Day, 27 Januari, terbit buku baru mengenai hasil investigasi penangkapan keluarga Frank. Buku ini hendak menjawab pertanyaan mengganjal yang masih mengganggu para sejarawan: keluarga Frank telah aman bersembunyi selama dua tahun, siapa yang kemudian mengungkap keberadaan mereka kepada pihak berwenang?

 

Keluarga Frank telah aman bersembunyi selama dua tahun, siapa yang kemudian mengungkap keberadaan mereka kepada pihak berwenang?

 

Pada tahun 2016, sebuah tim independen yang terdiri atas berbagai ahli dari beragam bidang melakukan investigasi untuk mengungkap siapa yang telah melaporkan keberadaan keluarga Frank. Investigasi yang berlangsung selama enam tahun itu menelusuri dokumen-dokumen lama dan menggunakan teknologi mutakhir.

Tim investigasi menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti-bukti yang terhimpun, seorang laki-laki Yahudi yang merupakan ketua konsil Yahudi, sebuah badan yang didirikan Nazi, adalah orang yang mengungkap keberadaan keluarga Frank. Diduga ia melakukannya karena ia dipaksa memlilih: menyelamatkan keluarganya sendiri atau mengorbankan keluarga lain.

 

 

Hasil investigasi tersebut ditulis dalam sebuah buku, The Betrayal of Anne Frank, oleh Rosemary Sullivan dan belum lama ini diterbitkan. Namun, cukup mengejutkan bahwa tak lama setelah terbit, pihak penerbit Belanda menghentikan pencetakan buku selanjutnya. Hal ini dikarenakan kritik para sejarawan dan ahli lainnya yang menilai bahwa investigasinya menghasilkan bukti-bukti lemah hingga kesimpulannya tidak ditopang oleh fakta akurat.

Menariknya, bukti investigasi tetap dipandang lemah oleh para ahli, meski salah satu bukti yang digunakan para penyidik adalah sebuah surat anonim yang pernah diterima Otto dan catatan beliau sendiri mengenai isi surat tersebut. Isi surat anonim tersebut menyebutkan nama yang melaporkan keluarga Frank, yaitu nama ketua konsil Yahudi.

 

 

Memang menimbulkan pertanyaan, jika Otto mengetahui siapa yang telah melaporkan keluarganya, mengapa ia tidak pernah mengungkapkannya kepada publik? Para investigator menduga ia ingin menghindari kontroversi yang mungkin timbul kalau pelakunya, yang sesama Yahudi, diungkap. Akhirnya, The Betrayal of Anne Frank menyulut kontroversi ini. Ketua tim investigasi, mantan FBI, Vincent Pankoke, memandang bahwa serangan terhadap hasil investigasi mereka disebabkan kesimpulannya tidak menyenangkan banyak pihak. Ia menekankan bahwa pengungkap adalah korban dari sistem penindasan Nazi, bukan pelaku.

 

 

Buku tersebut juga dianggap makin memicu antisemitisme. Hingga kini, masih ada pihak-pihak yang tidak mempercayai kebenaran peristiwa Holocaust dan otentitas isi buku diari Anne Frank, meski pada 2011 hasil pemeriksaan forensik terhadap diari Anne mengonfirmasi keaslian diari tersebut.

Situasi politik saat ini yang kembali memicu kebencian rasial juga menyumbang pada penafian terhadap genosida yang terjadi pada Perang Dunia Kedua, padahal kebencian berbasis ras tak bisa dibenarkan di mana pun keberpihakan politik Anda.

 

Sumber:

DutchNews.nl (2022) Anne Frank investigator defends betrayal book, stands by findings. https://www.dutchnews.nl/news/2022/02/anne-frank-investigator-defends-betrayal-book-stands-by-findings/ [12 Februari 2022].

Sky News (2022) Anne Frank betrayal suspect named by researchers after new investigation. https://news.sky.com/story/anne-frank-betrayal-suspect-named-by-researchers-after-new-investigation-12518235?fbclid=IwAR0gGrgmTTOuZVZu-fu6vivT_UNuRl5DpA7GRkGcNG6nS1Hi1hCmRw0eO2E [18 Januari 2022].

The Globe and Mail (2022) Criticism of The Betrayal of Anne Frank puts spotlight on Rosemary Sullivan. https://www.theglobeandmail.com/arts/books/article-criticism-of-the-betrayal-of-anne-frank-puts-spotlight-on-rosemary/ [7 Februari 2022].

The Guardian (2022) Apology over Dutch book that claimed to identify Anne Frank’s betrayer. https://www.theguardian.com/world/2022/jan/31/apology-over-dutch-book-that-claimed-to-identify-anne-franks-betrayer [2 Februari 2022].

Sumber foto

Foto utama: Debby Hudson, Unsplash Photo Community

Foto lainnya: Pinterest

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.