CARA JITU MELAWAN BOS COVI

CARA JITU MELAWAN BOS COVI
Gambar diambil dari pixabay.com

“Bos, kacau nich projek kita…”, agak takut dan gemetar Mafi salah satu dari suku Mahkota menghadap Bos Covi. Bos Covi kepala suku Mahkota terlihat begitu kejam dan menyeramkan. Perawakannya mirip kulit buah rambutan. Kulitnya dapat berubah menjadi merah, kuning atau hijau kebiru-biruan.

“Kacau gimana?” suaranya berat dan parau.

“Sekarang gak gampang masuk ke rumah mereka.” Mafi hendak meyakinkan kepala suku yang sangat dihormatinya.

“Loh… selama ini semua laporan anggota suku kita tidak begitu!”

“Memang Bos, selama tahun 2020 banyak cerita sukses. Rumah berhasil kami duduki dengan gemilang. Setiap kamar dapat kami tempati.”

 

(Mereka berdua sedang berada di sebuah markas luas. Dindingnya berwarna merah tua begitu juga dengan segala perabotan di dalamnya. Suara derap kaki di rumah sakit terdengar bolak- balik sedang aroma obat- obatan merebak ke berbagai penjuru markas mereka.)

 

“ Jelaskan dimana titik susahnya?” Bos Covi mulai menaikkan nadanya. Jelas kekecawaan tersirat di sana.

" Pintu mereka tidak mudah kami lewati. Dulu banyak yang cuek…akses ke dalam rumah tidak dijaga. Sekarang semua berubah. Mereka menjauhi kerumunan. Menggunakan masker di tempat umum. Kaum Adam makin pintar Bos. Semakin sering pula mereka mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Masker kain dipakai di situasi tertentu aja. Mereka amankan rumah mereka dengan masker medis dan masker N95.  ”

“Sudah coba akses lewat mata dan hidung rumah mereka?” Kali ini Bos Covi berharap ada berita bagus yang dilaporkan.

“Itu juga berat Bos. Selain pake masker dan face shield mereka juga menjaga jarak minimal 1 m selalu. Kesempatan tipis buat saya dan teman- teman masuk. Parahnya lagi kemarin saat mencoba membobol salah pintu rumah, saya mengalami kejadian aneh dan ajaib…”

“Akhirnya kamu berhasil masuk rumah Kaum Adam?”

“Justru itu Bos. Saya gagal lagi.”

“Kenapa lagi sih! kamu udah tau khan sistem kerja kita. Masak kamu gak bisa cari celah. Kamu anggota suku Mahkota bukan? Jangan malu- maluin generasi kita yang sudah menduduki bumi ini selama puluhan tahun?” Bos Covi berdiri dari singasananya dan suaranya menggema ke berbagai sudut markas mereka.

 

“Bos…ketika saya mau masuk lewat pintu. Ada aroma yang begitu menusuk. Bau minyak atsiri. Badan ini gak kuat..hidung saya menderita…sampai- sampai saya jadi takut masuk. Baunya khas rempah- rempah yang ada di Indonesia. Bau minyak kayu putih, peppermint, kayu manis, cengkih dan banyak lagi.” Mafi menunjukkan ekspresi mual dan jijik. 

“Saya coba intip dari jendela rumah mereka. Mereka membahas aromaterapi dari berbagai kekayaan hayati Indonesia. Dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan spa, akupresur dan juga terapi.  Yang membuat saya terkejut, kaum Adam bukan hanya membuat minyak. Mereka juga buat ramuan sendiri dan diminum. Pakai kunyit, lengkuas, jeruk nipis, air dan gula merah. Direbus, ditunggu sampe dingin lalu diminum. Gimana Bos kok bisa gitu?” Mafi bercerita sekaligus terpesona dengan fenomena yang tidak pernah dialami sebelumnya.

“Tunggu Mafi…saya cek buku ilmu pintar saya”. Setelah beberapa lama Bos Covi kembali duduk.

“Ya..ya..ya..ramuan tradisonal…rempah…empon- empon itu mengandung antioksidan, antiinflamasi, imunostimulan dan neuroprotector penting. Wah…gawat kalau kaum Adam sudah banyak tau tentang herbal. Imun mereka makin meningkat dari hari ke hari. Ini...ini tidak bisa dibiarkan…perubahan perilaku ini akan memutus mata rantai kekuasaan kita.” Bos Covi mulai galau dan berpikir keras.

 

“Bagaimana dengan rumah kaum Adam yang mempunyai komorbid, suku kita sudah jutaan yang tinggal di rumah mereka?”

 

“Dari hasil tim pemantau mereka mengendalikan komorbid mereka. Selain itu baik yang memiliki komorbid maupun tidak mulai menjaga rumah mereka dengan konsumsi gizi seimbang. Tidak stress, beraktifitas fisik seimbang dan rajin berolahraga. Banyak dari mereka mencoba istirahat cukup dan memperlengkapi rumah dengan berbagai suplemen vitamin. “

 

“Baik…baik…laporan kamu lengkap sekali, lalu kamu punya masukan apa?” Bos Covi mendadak pusing mendengar laporan Mafi.

 

“Kita cari rumah yang lengah, kumpulkan lebih banyak anggota suku kita untuk berkumpul di…” belum selesai berbicara tiba- tiba puluhan anggota suku Mahkota berdatangan menghampiri kepala suku mereka itu diiringi nada histeris.

 

“Tooolonggggg…kaum Adam menemukan senjata untuk membunuh kita semuaaa, mereka mulai serentak membagikan vaksin dimulai dari Pak Presiden!”

 

Bos Covi seperti terkena sambaran petir di tengah siang bolong. Akhirnya perlawanan itu datang juga. Dia tidak rela kerajaan yang sudah dibangun oleh tangannya sendiri harus jatuh dan tercerai- berai. Kepalanya tiba- tiba terasa berat, ia jatuh dari singasananya dan pingsan.

********

 

Tidak jauh dari markas Bos Covi.

 

(Dari kejauhan suara sirene ambulans terdengar meraung- raung. Selama beberapa bulan terakhir mobil ambulans dan mobil pembawa jenazah sering terlihat lalu lalang di jalan)

 

“Selama ratusan tahun bekerja, rasanya baru kali ini kerjaku terasa berkali- kali lipat dari biasanya Bro…”, malaikat pencabut nyawa mencoba curhat kepada seorang malaikat penjaga yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua memiliki paras yang cakap serta kulit berwarna putih keemasan. Bedanya malaikat pencabut nyawa memakai jubah hitam sedang malaikat penjaga memakai jubah putih.

 

Malaikat penjaga harus mengakui kesibukan temannya hampir 1 tahun belakangan ini.

 

“Aku juga melihatnya Bro…Bos Covi dan semua anggota suku Mahkota memang keterlaluan. Setiap hari tempat ini kedatangan kaum Adam. Dokter dan tenaga kesehatan semua terlihat kelelahan. Banyak pasien tidak memiliki tempat untuk dirawat. Sungguh memilukan, tidak tega melihatnya. Aku…sudah berusaha melindungi mereka sebaik- baiknya. Tapi terkadang kaum Adam datang ke sini terlambat...dalam keadaan terlalu buruk untuk dapat disembuhkan.”

 

Salah seorang suku Mahkota datang menghampiri mereka, “Kudengar nama Bosku...Boss Covi...disebut- sebut , ada apa yah?”

 

“Kau tau kekacauan yang sudah kau hadirkan saat ini, jumlah rumah yang kaududuki? Jumlah kematian kaum Adam di negri ini? ” malaikat penjaga mendekatinya. Mencoba mengajaknya berdiskusi.

 

“Mana kutauuu… aku hanya menjalankan perintah Bos Covi. Merebut kekuasaan lagi…lagi dan lagi. Bagi kami tidak ada yang melebihi visi itu.”  Ia lalu melengos pergi mencoba mencari target baru. Malaikat penjaga dan malaikat pencabut nyawa hanya saling bertukar pandang dan diam seribu bahasa.

“Ah sudahlah… percuma kita ngobrol dengan makhluk tak berperasaan itu, dia hanya menjalankan tugas dari atasannya.” Malaikat penjaga seakan mengerti seluk beluk keberadaan suku Mahkota.

Malaikat pencabut nyawa mulai sibuk menulis di atas kertas sambil menunggu dirinya menjalankan tugas berikutnya.

“Kamu lagi ngapain bro?” Malaikat penjaga bertanya ingin tau.

“Lagi hitung jumlah rumah yang sudah berhasil dikuasai Bos Covi dan antek- anteknya. “

“Berapa jumlahnya?”

“Hari ini per tanggal 26 Januari 2021 jumlahnya 1.012.350.”

 

Lagi- lagi suasana menjadi hening.

 

Malaikat penjaga membaca catatan yang ditulis kawannya itu dengan penuh simpati.

 

Ada 10 provinsi dengan jumlah rumah terbanyak yang mereka kuasai: 1. Jawa Timur  2. Jawa Tengah  3. DKI Jakarta   4. Jawa Barat   5. Kalimantan Timur   6. Sumatera Utara  7. Sulawesi Selatan  8. Sumatra Selatan  9. Riau  10. Kalimantan Selatan

Akhirnya ia memutuskan untuk menyemangati kawannya itu.

 

“Kita jangan mau menyerah bro. Kita lawan suku Mahkota bersama- sama. Harapan itu masih ada. Kedatangan suku Mahkota mendatangkan banyak kesedihan dan dukacita.  Namun di sisi lain kaum Adam menjadi makhluk yang lebih peduli, lebih kreatif dan inovatif dalam berbagai aspek kehidupan. Mereka mulai membatasi mobilitas dan interaksi langsung. Bumi juga dapat beristirahat. What a blessing in disguise. Bro … aku punya ide nich?" Malaikat penjaga bagai mendapat wejangan dari Yang Mahakuasa.

 

“Ide apa?... Selama ini kuperhatikan kamu sudah cukup berjuang menjaga kaum Adam sebaik- baiknya. ”

 

“Lihat saja! akan kuajak semua temanku untuk menjalani visi penting ini..." malaikat penjaga tersenyum lebar, “akan kubisiki mereka melawan Bos Covi selalu… setiap pagi, siang dan malam…Jaga IMAN, AMAN dan IMUN karena vaksin saja tidak cukup .”

 

#VaksinSajaTidakCukup

 

 

Sumber dari presentasi Webinar BASKARA “Vaksin Saja Tidak Cukup”, Jakarta 28 Januari 2021.

  1. dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes , Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemenkes RI. (Pelayanan Kesehatan Tradisional Di Masa Pandemi Covid 19- Vaksin saja tidak cukup)
  2. Prof. Dr. Mangestuti Agil, Apt.,MS, Guru Besar Fakultas Farmakognisi Universitas Airlangga (Melawan Virus Covid-19 dengan Kekuatan Rempah Indonesia)
  3. dr. Alexander K Gintings, Kabid Kesehatan Satgas Covid 19 Nasional (Tatalaksana Covid- 19)
  4. dr. Wanarani Aries, SpKFR-K, IWMA –Departemen Rehabilitasi Medik RSCM (Manfaat Inhalasi Aroma Terapi Bagi Kesehatan Saluran Pernafasan)

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.