Alat Kontrasepsi dan Sebuah Asumsi

Alat Kontrasepsi dan Sebuah Asumsi

Tahun 2010 aku masih bekerja di minimarket sebagai pramuniaga. Pada saat itu bertepatan dengan piala dunia dengan tuan rumah Afrika Selatan. Sebagaimana layaknya momen Piala Dunia, banyak produk-produk yang ikut ambil bagian dari kemeriahan ini. salah satunya yaitu produk alat kontrasepsi pria. Ini cukup unik, karena produk ini menghadirkan edisi khusus dengan mengganti desain kemasannya dengan motif bendera-bendera negara peserta piala dunia saat itu.

“unik” itu yang terucap dari mulutku saat itu

Suatu malam, dua orang anak kecil laki-laki datang ke minimarket tempatku bekerja. Dari fisiknya, ku perkirakan usia mereka 10 tahun. Mereka tampak berkeliling melihat-lihat produk yang di display, namun tak satu pun yang mereka angkut. Jujur saja aku sedikit curiga, karena beberapa hari lalu pun ada dua orang remaja dengan gerak-gerik yang sama seperti kedua anak ini, yang tertangkap basah mengutil beberapa barang di toko ini.

Aku terus mengintai mereka dengan santai dari balik sela-sela rak yang sedang ku isi beberapa barang dari gudang. mereka terus menyusuri rak dari ujung belakang, hingga rak yang ada di dekat kasir. Ia berhenti tepat di depan rak itu, rak dimana alat kontrasepsi berdesain bendera negara itu di pajang. Mata mereka tampak menyisir deretan display alat kontrasepsi itu dengan seksama. Entah kenapa, melihat itu, kecurigaanku malah berubah. Jangan-jangan ada orang dewasa yang sengaja menyuruh mereka membeli barang itu. Atau mungkin mereka sendiri yang mau beli?

“ah masa iya?” gumamku dalam hati.

Aku pun berjalan menghampiri ke arah mereka untuk menawarkan bantuan sebagaimana layaknya seorang pramuniaga. Belum sempat langkahku sampai di hadapan mereka, salah seorang dari mereka menoleh dan dengan polosnya bertanya,

“Om yang bendera Indonesia ga ada ya?”  

“Oh ga ada dek” jawabku dengan ramah, sambil menahan tawa.

"hush! mana ada, Indonesia kan ga masuk piala dunia" koreksi anak satunya seraya menyikut dengan pelan lengan temannya yang bertanya tadi. "saya yang ini aja om", lanjutnya, sambil menyodorkan alat kontrasepsi berdesain Bendera Brazil.

"yee... salah, bayarnya di kasir, bukan sama Om-nya, ya kan om?" kali ini gantian anak pertama yang memberi koreksi.

"Adik-adik, ini bukan mainan ya..." kataku dengan pelan sambil masih berusaha menahan tawa.

"terus apa Om? kok kayak mainan sih" tanya anak satu dengan penasaran.

"itu mainan de, tapi mainan orang dewasa" jawab kasir yang sedari tadi memperhatikan interaksi kami sambil cengengesan. akupun tak dapat menahan tawa.

Keduanya pun semakin bingung lalu keluar meninggalkan toko sambil terus bertanya-tanya satu sama lain.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.