TERIMA KASIH SOFIA

TERIMA KASIH SOFIA

Kami berlari dengan sisa tenaga yang kami punya. Beberapa kali terdengar suara tembakan mengarah pada kami, beberapanya hampir mengenai tubuh kami. Sekeras tenaga kami berusaha keluar dari hujan tembakan tersebut. Hingga, sebuah timah panas itu menyerempet lenganku, darah segar pun mengucur, kakiku kian melambat. Aku tetap berlari sambil menutup luka dilengan, berupaya agar darah terhenti. Namun kepalaku terasa pening, mata kian berkunang-kunang. Kakiku kian terseok-seok. Aku hanya mendengar suara Sofia, sosok yang turut berlari bersamaku, “Ayo Athena kamu pasti kuat, kita hampir sampai. Kamu pasti bisa bebas.”

 

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap berlari dan mengejar langkah Sofia. Nyatanya, inginku ini bertepuk sebelah tangan. Tubuhku pun limbung dan jatuh ke tanah. Aku hanya bisa melihat cahaya malam dengan bintang-bintang menghiasinya. Aku teringat rumahku, nun jauh disana, diantara bintang dilangit.

 

Sebulan sebelum terjadi penembakan

 

Aku bangun dari ranjang dengan perasaan gembira, karena ini adalah hari ulang tahunku yang ke 121 tahun. Dan ayahku, Sang Agung berjanji memberikanku kesempatan untuk melakukan sebuah petualangan ke bumi. Untuk belajar mengenal mahluk hidup lain, selain di tempatku, klan Exterian di planet Pluto. Sang Agung merupakan pemimpin tribe-tribe di klan kami. Para tribe sangat menghormati dan menyanyangi karena kepimpinan dan bijaksananya.

 

Dan yang aku kagumi dari Sang Agung adalah, rasa welas asihnya pada setiap mahluk. Banyak delegasi, tribe atau klan yang datang ke tempat kelahiranku, Exterian. Sang Agung selalu menyambut para pendatang ini dengan kebaikan klan Exterian.

 

Karena kami memperlakukan pada semua pendatang dengan baik, maka harapanku saat aku menjelajah luar Exterian, maka aku akan mendapatkan kebaikan di tempat aku berada. Aku sangat yakin itu, dan saat itu aku bisa menyakinkan Sang Agung, ayahku untuk mengizinkanku menjelajah

 

Dan rasa bahagia itu terwujud saat sang Agung mengizinkanku ekspedisiku ke luar Exterian dengan menggunakan pesawat Konques yang di awaki oleh pasukan terbaik yang sang Agung miliki, demi menjaga keselamatanku selama ekspedisi

 

Dua Minggu sebelum Penembakan

 

Sudah 7 (tujuh) hari aku dan para crew melakukan expedisi. Di tujuh hari itu pula, kami tak mengalami hal yang diluar dugaan. Namun tiba-tiba ada suara ledakan dari anjungan pesawat, kapten melakukan upaya untuk menyelamatkan seluruh awak crew, terutama diriku dan pesawat. Namun ledakan yang dihasilkan dari meteor yang tak terduga datangnya, telah meluluh lantakkan pesawat yang kami miliki.

 

Badan pesawat hampir saja hancur, aku melihatnya dari tabung pesawat yang menyelamatkanku. Dan tak mungkin ada yang bisa selamat dari ledakan dasyat tersebut. Aku hanya bisa menangis dan berteriak memanggil kapten dan para crew yang ada di dalam pesawat tersebut. Namun usahaku sia-sia saja. Pesawat tabung yang membawaku pun menjauh dari pesawat utama dan terus menjauh menuju ke suatu tempat. Aku mencoba menajlin kontak dengan siapapun yang medengar gelombang transmisi yang aku punya. Namun tak ada jawab. Hingga boooommm, suara pesawat tabungku menghantam ke permukaan.

 

Aku pun berusaha keluar dari tabung tersebut. Dan mencoba mengobservasi dimana aku berada. Menurut data yang aku punya dari mesin mikro yang tertanam di lensa mataku, aku telah sampai di planet bumi, sebuah pesisir pantai.

Dimalam itu aku mencoba melanjutkan observasiku, hinggga aku menemukan sebuah bangunan. Di dalamnya terdapat banyak sekat-sekat ruangan. Dengan suara keras namun bernada. Aku juga melihat banyak mahluk dengan aneka pakaian. Menurut data yang mensensor mahluk tersebut, ternyata mahluk tersebut dikenal dengan sebutan pria dan wanita. Masing-masing memiliki postur dan busana berbeda. Aku seperti berada di sebuah pesta. Dan tanpa sengaja aku menjatuhkan barang saat aku berupaya bersembuyi dari mahluk yang tidak dikenal ini.

 

Kecerobohanku ini pun mengundang perhatian dan petaka, para mahluk bumi ini pun terperanjat dan berteriak ketakutan. Membuatku kian takut dan kebingungan. Aku makin bingung dan mencoba berlari untuk bersembunyi. Tak nyana tubuhku menyenggol salah satu mahluk bumi ini dan membuatnya terjatuh dan terluka. Tak ayal, beberapa sosok tubuh yang mempunya kostum yang sama dan memegang senjata mencoba mengepung dan menangkapku

 

Aku pun berusaha lari secepatnya, dan menyelematkan diri dari kejaran kelompok bersenjata tersebut. Namun usahaku sia-sia, ternyata ada sebuah pesawat kecil yang terbang diatasku dan menyorotku. Aku tak bisa menghindar dari sorot cahayanya. Dan tiba-tiba aku terjerembab ke tanah dengan jala yang mengukungku. Aku juga tiba-tiba tak bisa menggerakkan anggota tubuhku, saat ada sesuatu telah menusuk lenganku. Aku pun tak sadarkan diri

 

Seminggu sebelum Penembakan

 

Aku pun terbangun, merasakan sakit seluruh tubuh. Betapa kagetnya melihat diriku telanjang dengan tangan dan kaki terbelenggu. Aku pun berontak, tapi borgol yang membelengguku lebih kuat, aku kian merasakan tubuhku kian sakit dan lemah. Aku pun menangis, teringat akan sang Agung dan bertanya-tanya dimana sebenarnya aku berada. Tubuhku kedinginang namun aku berupaya melihat sekeliling, tetap dengan posisi terlentang. Terlihat banyak monitor dan alat-alat medis yang pernah datanya aku pelajari. Tak ada siapa pun. Ada sebuah pintu akses yang terbuat dari besi tebal, tertutup.

 

Tiba-tiba aku melihat sesosok bayangan yang bersembunyi dari monitor, matanya mengawasiku. Aku balik menatapnya. Dengan pelan sekali, sosok tersebut pun berusaha mendekati dan menutupi tubuhku dengan selimut. Sepertinya dia paham kalau aku kedinginan.

 

Dia juga menyodorkan gelas yang berisi cairan gelap. Sosok tersebut berkata, “Minumlah kopi ini. Aku membawanya dari rumah.”

Dan aku pun meminumnya. Ada rasa aneh yang aku rasakan, cuma cairan tersebut serasa membangkitkan energiku walaupun hanya sedikit.

 

Sofia, nama sosok wanita yang menghampiriku ini. Bercerita bahawa aku telah dijadikan bahan eksperiman. Dimana aku dibuat pingsan, dan diambil sample darahku untuk diteliti. Aku yang berbaring lemah, berusaha menjalin komunikasi. Tapi usahaku ini sia-sia. Tenaga yang terkuras karena diskaiti sebagai bahan penelitian membuat sensorikku berkurang fungsinya dalam membaca dan memberikan data untuk berkomunikasi dengan Sofia.

 

Sofia ternyata perawat yang bertugas untuk menjagaku, memiliki rasa iba walaupun kami berbeda fisik. Ia selalu membawakan makanan untukku, terutama kopi. Tanpa kusadari, cairan ini membuatku tenaga cepat pulih. Dan semakin hari aku pun bisa berkomunikasi dengan Sofia. Kami saling bertukar cerita masing-masing background.

 

Dan aku menyatakan niatku untuk keluar dari laboraturium yang sudah menyiksaku ini. Tiap hari aku menerima perlakuan yang menyakitkan. Sedangkan klanku tidak pernah melakukan hal buruk pada tribe atau manusia lainnya. Sang Agung, selalu menjamu para delegasi dari klan atau tribe lain.

 

Sofia juga mendukung keingianku ini. Ia berusaha mencari tahu bagaimana membebaskan aku dari borgol-borgol dan mempelajari akses keluar dari laboratorium jahanam ini.

 

Saat Penembakan

 

Usaha Sofia dalam upaya membebaskan aku ternyata berhasil, walaupun masih  50% karena aku belum bisa lolos 100% dari fasilitas laboraturium ini. Jalan yang kami tempuh agar keluar dari sini masih panjang

Namun semangat untuk kembali ke klanku dan menemui Sang Agung sangat besar. Membuatku semangat untuk segera keluar. Dan tak lupa semangat Sofia juga memacu adrenalinku.

 

Usai bebas dari kamar, ake mengikuti Sofia yang membimbingku keluar dengan aman. Sayang, petugas keamanan mempergoki niat kami ini. Alarm pun berbunyi, dan seluruh fasilitas tersebut siaga untuk kembali membawaku ke ruang eksperimen.

 

Tapi ini tak menurunkan niat Sofia untuk tetap membebaskanku. Kami pun berjibaku agar bisa lolos dari kejaran para petugas keamanan. Aksi tembak pun menghiasi langkah kami. Dan salah satu pelurunya menyerempet lenganku, dan lumayan menghambat langkahku dan merobohkan tubuhku secara berlahan

 

Namun sayup-sayup aku dengar suara Sofia yang menyemangatiku, tubuhnya pun tergoboh-goboh berusaha mengangkat tubuhku dan membawaku ke tempat lebih aman

“Ayo semangat, kamu harus bertahan. Kau akan bertemu dengan ayahmu lagi,” ujarnya.

 

Tak tahu bagaimana usaha Sofia, aku mendapati tubuhku berada disebuah perahu yang sudah meninggalkan pesisir pantai dimana laboraturium itu berada. Luka lenganku pun sudah dirawat oleh Sofia. Aku melihatnya tersenyum, saat aku mencoba mengucapkan terimakasih dengan memegang tangannya

 

“Kamu harus selamat ya,” katanya lirih. Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Mata kami menatap langit. Mencoba mencari, apakah ada pesawat yang datang untuk menjemputku. Yah, aku bisa menghubungi Sang Agung, berkat Sofia yang memulihkan kenirja tubuhku sehingga aku bisa mengontak Sang Agung yang berusaha menjemputku di sebuah pantai.

 

Selama menunggu di perahu, Sofia terus menjaga dan merawatku. Sayang dia tak ingin turut ke duniaku.

Hingga sebuah cahaya dari sebuah benda dari kejahuan semakin mendekat dan sinarnya menyilaukan mata. “Aku akan selalu mengenangmu. Selalu ingat aku ya,” kata Sofia dengan kencang dan kami berpelukan erat. Saat cahaya yang ternyata adalah pesawat yang menjemputku dan membuka pintu agar aku masuk kedalamnya.

 

Aku hanya bisa melihat Sofia diatas perahu dipantai itu. Dan tak lama kemudian aku pun menghilang dari pandangan Sofia. “Terima kasih Sofia”, kataku dalam hati.

 

Tamat

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.