Madu Menuju Surga - The Mee is Three
![Madu Menuju Surga - The Mee is Three](https://thewriters.id/uploads/images/image_750x_638205e4aff63.jpg)
Memulai percakapan dengan Nurlela saat ini adalah hal terberat yang aku lakukan. Entah dari mana aku harus memulai. Walaupun terkesan simple, tapi aku tak tahan untuk mengatakannnya secara lugas. Kami berdua duduk terdiam lumayan lama. Nurlela, wanita yang suah aku nikahi selama ini dua puluh tahun ini mencoba untuk mencairkan suasana, namun tetap aku belum punya kekuatan untuk memulai berkata
Yahh, aku teringat dua bulan lalu saat aku mendapatkan ide gile dari Nurlela yang menjodohkanku dengan maduku, Wulan seorang perempuan muda nan molek yang juga sahabat Nurlela saat mereka kuliah dulu. Awal dari perjodohan itu adalah tidak mampunya Nurlela hamil. Sudah banyak cara kami usahakan untuk mendapatkan buah hati di keluarga kami. Namun tahun demi tahun hingga usia pernikahan kami ke dua puluh tahun, Tuhan belum mengizinkan kami untuk mendapatkan momongan.
Hingga suatu hari Nurlela berkesempatan bertemu dengan salah satu sahabatnya, Wulan yang menjanda dan sudah memiliki dua momongan. Sayang, nasib pernikahan Wulan tidak berjalan dengan mulus. Dirinya mengalami KDRT hingga memutuskan bercerai dengan pasangan. Dan kedua buah hatinya harus rela ia lepas kepada keluarga mantan suami. Wulan sudah tak tahan menerima kekejaman sang suami. Bagi Wulan saat itu adalah keselamatan jiwanya. Dia berharap nantinya anak-anaknya bakal mencarinya dan ia bisa menceritakan keadaan sebenarnya yang terjadi pada pernikahannya.
Nasib pun mempertemukan Nurlela dengan permasalahan rumah tangga kami dan Wulan. Sudah beberapa kali Lela, panggilan sayangku pada istriku ini, menyarankan Wulan sebagai madunya agar aku bisa mendapatkan keturunan yang aku inginkan. Lela juga mengatakan bahwa dirinya memikirkan masak-masak tentang idenya itu. Dan berulang kali aku mencoba menolak keinginannya itu.
Tapi hatiku pun luluh saat Lela meyakinkanku terakhir kali. Aku benar-benar menyakinkan apa yang akan dihadapi istriku ini. Akankan Lela sanggup menerima konsekwensi dari permintaan ini. “Siapkah kamu Lela?,” tanyaku berulang kali. Dia menjawab dengan sabarnya, “Akang selalu membahagiakan dan menyenangkan hatiku. Aku ingin akang juga bahagia. Dan memiliki keturunan adalah hal yang membahagiakan Akang. Insyaallah Lela siap akang.” Dan Lela pun sudah memberikan semua keperluan yang aku butuhkan untuk meminang Wulan, yang juga menyetujui menjadi madu di keluarga kami.
“Lela, ada yang ingin aku sampaikan,” kataku lirih
“Iya Akang,” jawabnya singkat.
“Alhamdulillah, Wulan sudah hamil,” kataku tetap lirih. Aku benar-benar tak ingin menyakiti hati Lela yang sudah memeberikan kasihnya selama dua puluh tahun ini
“Masyaallah tabarakallah. Selamat ya Akang,” ucapnya dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Aku tahu sekuat apapun Lela pasti hatinya akan berduka. Namun dengan baik Lela menutupinya dengan senyuman manis dan pelukan manjanya
“Insyaallah jadi anak yang sholih bagi keluarga kita ya Kang,” lanjutnya. Dia tak ingin aku kwatir dengan hatinya.
Aku membalas peluknya dengan erat.
“Ya Tuhan. Kataku lakukan ini demi keinginan Lela istriku tapi ternyata ini aku lakukan ini untuk kebahagianku. Sungguh maafkan aku Lela, hingga membuatmu bertindak seperti ini,” batinku berkata sambil terus memeluk erat tubuh Lela. Sungguh rasanya tak ingin melepas Lela.
“Lela, cuma surga hadiah buatmu,” bisikku sambil mencium keningnya
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.