TENTANG ORANGTUA DAN ANAK
Cinta orangtua pada anak, adalah aliran yang alami, dan salah satu aliran cinta yang paling kuat. Secara alami, tugas orangtualah untuk memberi, mendampingi, merawat, dan menopang hidup anaknya, sekaligus membantu anaknya untuk belajar mandiri dan bisa hidup sebagai dirinya sendiri kelak, sampai sang anak menempuh jalan hidupnya sendiri.
Cinta orangtua untuk anak tidak akan bisa dibalas dengan apapun. Betul, anak tidak akan bisa membalasnya kembali kepada orangtua, tetapi anak akan meneruskan aliran cinta orangtuanya untuk anaknya kelak. Ia akan meneruskan peran orangtua bagi anaknya. Ia akan melakukan hal-hal yang dilakukan orangtuanya kepadanya, kepada anaknya. Pay it forward, mungkin adalah konsep hubungan natural antara orangtua dan anak.
Hubungan orangtua anak, saat anak dewasa nantinya, hanya akan merefleksikan apa yang ditanamkan oleh orangtuanya. Maka, jika ingin memiliki anak penuh cinta kasih, jadilah orangtua yang penuh cinta kasih. Jika ingin memiliki anak dengan kepribadian yang sehat, jadilah orangtua yang berkepribadian sehat. Jika ingin memiliki anak yang bahagia, jadilah orangtua yang bahagia.
Orangtua yang menuntut, tidak heran kalau kemudian anaknya tumbuh menjadi pribadi yang penuntut pula, sulit dipuaskan, sulit menghargai diri dan hal-hal dalam hidupnya, selalu merasa kurang. Orangtua yang mengharuskan anaknya menurut, tidak heran kalau kemudian anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sering merasa ragu-ragu, merasa bersalah, atau justru bertumbuh ekstrim melawan ke arah sebaliknya, menjadi pribadi pemberontak.
Maka, jika setelah dewasa, ada anak-anak yang berbakti pada orangtuanya, sebetulnya itu adalah tuaian buah manis dari aliran cinta kasih sang orangtua yang membentuk dan menumbuhkan anak, sehingga ia menjadi pribadi yang peduli dan penuh kasih sayang. Tanpa diminta, cinta akan murah hati, lemah lembut, penuh kasih, sabar, karena memang itulah buah-buahnya.
Namun, bakti anak yang berasal dari rasa bersalah, rasa tertekan, takut berdosa, takut durhaka, akan memberikan buah yang jauh berbeda, baik bagi anak, maupun bagi orangtuanya.
Meskipun demikian, selalu ada orangtua yang beruntung, yang anaknya kemudian memiliki kesadaran merdeka setelah mereka dewasa. Merdeka, sehingga bisa membentuk pola diri sendiri. Meskipun mereka dibesarkan dengan disirami rasa bersalah, rasa takut, rasa sungkan berlebihan, rasa harus menurut, ternyata mereka mampu melepaskan itu semua, dan merdeka menemukan jalan mereka sendiri untuk bertumbuh dalam cinta kasih. Anak-anak seperti ini akhirnya pun akan bisa memberi buah cinta bakti kepada orangtuanya. Maka saya sebut beruntung, karena bagaimana tidak beruntung, jika kita menanam ilalang namun yang tumbuh adalah bunga? Namun, kembali lagi, jika orangtuanya masih memiliki taman ilalang yang sama di dalam dirinya, mereka pun masih akan terus memberi ilalang, baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk anaknya. Bagaimanapun, keberuntungan itu akhirnya tetap menjadi milik sang empunya kesadaran itu sendiri.
Membaca buku Consious Parenting, Shefali Tsabary, menjadi orangtua yang berhasil ternyata bukanlah tentang bagaimana membesarkan anak agar mereka menjadi anak yang baik dan hebat. Keberhasilan menjadi orangtua ternyata selalu berbicara tentang kesadaran membangun diri sendiri. Kesadaran akan hal-hal, pola-pola, yang tertanam di dalam diri sendiri. Tidak seorang pun lahir dan langsung menjadi taman bunga. Kita semua lahir dengan campuran ilalang dan bunga. Sebagian mungkin beruntung tumbuh di lingkungan yang lebih luas taman bunganya, namun sebagian mungkin tumbuh di hamparan ilalang, jarang sekali menikmati keindahan bunga. Namun, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bisa membangun dan memiliki taman bunga di dalam dirinya. Kesadaran, adalah kunci setiap orang untuk menciptakan taman bunganya sendiri.
Layaknya aliran air yang selalu mengalir turun, demikian jugalah hubungan pengaruh antara orangtua dan anak. Orangtua dengan mudah membentuk anak-anak mereka, namun sulit bagi anak untuk membentuk orangtua mereka. Orangtua, selalu adalah taman pertama bagi anak-anak mereka. Bagi orangtua yang berkesadaran, mereka memahami bahwa anak adalah partner dalam perjalanan ia menciptakan taman bunga di dalam dirinya sendiri. Saat orangtua mampu terlebih dahulu menciptakan taman bunganya, maka kemudian ia akan dapat mencintai dan mendampingi anak dalam perjalanan mereka menciptakan taman bunga mereka sendiri.
Ketika orangtua dan anak bertumbuh bersama dalam kesadaran, terjalin hubungan yang mendalam di antara mereka. Dari jalinan itu, akan tumbuh bakti dengan definisi yang sepenuhnya berbeda dari bakti yang tumbuh dari beban dan keharusan. Dalam hubungan berkesadaran, bakti menjadi ungkapan cinta kasih anak terhadap orangtua yang mengalir alami. Karena alami, maka rasanya ringan dan mudah. Kedua belah pihak sama-sama menyadari perjalanan mereka, sama-sama mensyukuri kehadiran satu sama lain, dan sama-sama bertumbuh dalam cinta kasih yang universal.
Dalam cinta kasih yang universal, semua berkelimpahan. Maka, tak ada lagi keharusan untuk membalas dan membayar. Semua mengalir, semua penuh, dan semua memberi sekaligus mendapatkan.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.