Teman Kecil

Yang merah bisa dapat permen 8 biji. Yang ijo bisa dapat bubur 2 mangkok, jaman itu belum ada golongan bubur diaduk dan nggak diaduk, semua masih bersatu padu. Beberapa tahun berikutnya, mulai berubah. Semangkok porsi bubur setara dengan 1 lembar warna ijo.Kerap kali dijadikan bahan ledekan aku dan teman teman.
" Tok tok tok... Ahmad nya ada? "
" Oh.. dia lagi pergi ke belakang, " ujar temanku sambil membalikkan si warna ijo. Sontak kami yang lihat pun tertawa sedangkan Ahmad yang menjadi objek ledekan hanya tersenyum kecut.
Yang biru baru kupegang ketika kelas 6 SD. Dimana pas bel istirahat berbunyi, aku berlari menuju penjual soto disebrang sekolah. Soto paling enak dan mengenyangkan saat itu. Aroma kuah soto yang begitu enak kucium, membuat perutku berontak ingin diisi. Rasa kuah soto yang pas dipadukan dengan lontong yang lembut, beberapa potongan ayam suir dan sambal pedas serta perasan jeruk nipis yang asam membuat soto menjadi pilihan sekaligus makanan paling favorit yang kumakan saat istirahat.
Aku nggak memilih jajan yang lain, seperti yang teman temanku lakukan, saat itu kondisi ekonomi orang tua yang masih merintis. Namun aku bersyukur, soto itu menjadi penyemangatku ketika dalam belajar setelah istirahat. Dengan perut yang kenyang, membuatku mudah berkosentrasi. Dan Alhamdulillah.. namaku sering dipanggil oleh guru setiap pembagian raport, dan aku mendapat bingkisan hadiah karena prestasi yang kuraih.
Dua warna berikutnya hanya muncul ketika lebaran tiba, dimana aku, adik ku dan para sepupu ku rebutan antrian untuk mendapatkan salam tempel. Hahahaahaa.
Menulis ini membuatku tersenyum.. betapa beruntungnya aku menjadi generasi 90'an. Sekaligus membuatku sadar, bahwa kini sudah jadi emak emak, hahahhhahhaaa.
" Some memories are unforgettable, remaining ever vivid and heartwarming"
-Joseph B. Wirthlin-
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.